Semburat Perjuangan Dakwah

"Dakwah adalah jalan yang dicontohkan para Nabi dan Rasul, jalan terjal, penuh duri. Dibutuhkan keimanan yang luar biasa untuk melalui itu semua. Para sahabat, sahabiyah, dan para pengikut Rasulullah saw. saat itu adalah contoh nyata, bahwa dakwah butuh keimanan yang mendalam dan keistikamahan yang luar biasa untuk mencapainya."

Oleh. Amelia Al Izzah
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.com-Tertatih-tatih menjalani kehidupan dunia tentu tidak dapat dielakkan. Menjadi sebuah risiko saat diri menempuh "Hijrah dan Istikamah", tentu bukanlah hal yang mudah untuk digapai. Jejak-jejak keyakinan diri untuk menggapai jalan perjuangan terus berusaha untuk dibenahi. Realita perjalanan di dunia ini menjadi sebuah risiko dalam hidup, akan tetapi perjalanan akan terus ada sampai Allah Subhanahu Wa Ta’ala menentukan, apakah kita berada di surga atau neraka kelak.

Pernahkah kita berpikir, bahwa istikamah itu berat dan yang ringan itu istirahat? Tentu saja! Karena konsisten dalam menjalankan dan memegang teguh perjuangan Islam butuh keseriusan. Rasanya tentu ingin istirahat saja, namun dunia ini bukanlah tempat peristirahatan, melainkan tempat perjuangan. Keistikamahan ternyata merupakan salah satu sifat yang selalu disebut oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dalam setiap doanya. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam kerap kali berdoa memohon agar diberi keteguhan hati untuk selalu taat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Seperti yang tertera dalam sebuah hadis riwayat Tirmidzi dan Ahmad mengenai doa yang sering disebut oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam.
Syahr bin Hawsyab berkata bahwa ia berkata pada istri Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam, Ummu Salamah,

" Wahai Ummul Mukminin, apa doa yang sering dipanjatkan oleh Rasulullah saw. jika berada di sisimu?

Ummu Salamah menjawab,

"Yang sering dibaca oleh Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam adalah, 'Ya muqollibal quluub tsabbit qolbii 'ala diinik (wahai Zat yang maha membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)'."

Ummu Salamah pernah bertanya pada Rasulullah saw.,

"Wahai Rasulullah saw., kenapa engkau lebih sering berdoa dengan doa Ya Muqollibal quluub tsabbit qolbii 'ala diinik (Wahai Zat yang maha membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)'."

Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam seraya menjawab,

"Wahai Ummu Salamah, yang namanya hati manusia selalu berada di antara jari-jemari Allah Swt. Siapa saja yang Allah Swt. kehendaki, maka Allah akan berikan keteguhan dalam iman. Namun, siapa saja yang dikehendaki, Allah Swt. 4pun bisa menyesatkannya."

Setelah itu Mua'adz bin Mu'adz (yang meriwayatkan hadis ini) membacakan ayat,

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sebelum beri petunjuk kepada kami." (TQS. Ali Imran: 8) (HR. Tirmidzi, no. 3522; Ahmad, 6: 315. Tirmidzi mengatakan bahwa hadis ini hasan. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadis ini hasan)

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam kekasih Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang dijamin masuk surga saja, selalu berdoa meminta Keistikamahan. Lalu bagaimana dengan kita yang penuh dengan dosa ini? Akankah kita hanya berpangku tangan, tidak menengadahkan diri ke Allahu Rabbi agar memiliki kekuatan iman dan istikamah dalam jalan perjuangan ini?

Keistikamahan adalah suatu keniscayaan, jika tidak diiringi dengan doa dan ikhtiar untuk selalu berada dalam sebuah jemaah yang hatinya senantiasa terpaut dengan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Kita butuh melangitkan doa-doa, karena hati kita bisa saja berbolak-balik. Terlebih jika kita mengambil jalan dakwah sebagai poros hidup kita. Setidaknya, ikhtiar ini senantiasa mengarahkan kita kepada keistikamahan dalam jalan dakwah, meluruskan niat dan tujuan adalah hal yang utama dalam jalan dakwah. Niat yang teriring adalah lillahi ta’alla, semata-mata karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Dakwah adalah jalan yang dicontohkan para Nabi dan Rasul, jalan terjal, penuh duri. Dibutuhkan keimanan yang luar biasa untuk melalui itu semua. Para sahabat, sahabiyah, dan para pengikut Rasulullah saw. saat itu adalah contoh nyata, bahwa dakwah butuh keimanan yang mendalam dan keistikamahan yang luar biasa untuk mencapainya.

Tak sedikit yang berguguran dalam perjuangan dakwah. Namun, ingatlah satu hal bahwa kedudukan orang yang berdakwah amatlah besar pahalanya di sisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis. Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda.

"Barang siapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka baginya pahala seperti orang yang melaksanakannya." (HR. Muslim)

Sejatinya, dakwah adalah tugas seluruh kaum muslim, karena dakwah adalah perintah Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk seluruh manusia. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,

يٰبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلٰوةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلٰى مَآ اَصَابَكَۗ اِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ

"Wahai, Anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting." (QS. Lukman: 17)

Ingatlah, selagi raga masih ada, selagi napas masih berembus, maka beruntunglah saat diri memilih jalan dakwah, serta menggenggam amanah untuk tegaknya syariat Islam di muka bumi ini. Sebuah kebahagiaan yang tak terkira saat Allah Subhanahu Wa Ta'ala memanggil kita untuk pulang dan kita tetap istikamah berada dalam semburat perjuangan dakwah, dengan keimanan dan ketakwaan yang kita genggam erat. Karena di balik kata istikamah ada perjuangan yang kuat, pengorbanan yang banyak dan doa yang tidak pernah berhenti. Bersemangatlah wahai para pejuang! Wallahu a'lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Amelia Al Izzah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Enak ya, Jadi Kamu!
Next
Eksekusi Mati Taliban, Sudahkah Syar'i Menurut Islam?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram