Saat Iman Dipengaruhi Teman

”Bahwa sosok teman akan memengaruhi kita. Karena itu, kita wajib memilih teman yang benar-benar membantu kita dekat dengan agama, sebaliknya meninggalkan teman yang membawa virus keburukan.”

Oleh. Yana Sofia
(Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Orang bilang agama seseorang bisa dinilai lewat temannya. Saat itu penulis menyangsikan. "Masa 'sih? Kan kita enggak bodoh-bodoh amat asal ikut kesalahan orang," begitu pendapat penulis sebelum memahami dahsyatnya pengaruh teman yang bisa memalingkan seseorang dari jalan kebenaran.

Penulis berpikir asal kita mampu jaga diri, punya komitmen, dan tidak mudah terbawa arus maka tidak akan ada yang mampu mengubah kita. Teman adalah teman, Tak ada hubungannya dengan pilihan dan keputusan yang kita emban. Sekalipun tinggal bersama, jalan bersama, jika kita tegas dan mengatakan ’tidak' pada sesuatu yang melanggar Islam, maka kita akan mampu jadi diri sendiri. Melakukan apa yang kita yakini benar, tanpa terpengaruh oleh kesesatan yang teman lakukan. Itu pemikiran penulis, tadinya.

Ternyata Salah

Siapa sangka, penulis akhirnya melihat dengan kedua mata sendiri. Seseorang yang berubah drastis karena dipengaruhi lingkungan dan tentu saja teman-temannya.

Alkisah, penulis punya teman yakni akhwat yang sudah hijrah, dan dia memiliki adik yang bernama Anto (nama samaran) yang pada saat itu masih SMA. Si Anto ini anaknya sangat mendukung apa pun yang berkaitan dengan Islam, kajian, pun dakwah.

Singkat cerita, beberapa tahun kemudian penulis kembali bertemu dengan si Anto ini, tepatnya di kampus tempat penulis menimba ilmu. Kebetulan dia masuk ke perguruan tinggi yang sama dengan penulis. Ia masih ramah, masih mendukung dakwah, namun sayangnya ia telah mengubah kodratnya dari dulu yang cowok banget menjadi feminin dan manja.

Kenapa ini bisa terjadi? Tidak lain karena pengaruh teman. Lingkungan telah mengubahnya dari laki-laki tulen menjadi cewek manja dengan make-up dan lipstik merah menyala mewarnai bibirnya. Sungguh penampilan ini tidak asing di netra kita. Laki-laki berwujud wanita, atau wanita yang berpenampilan laki-laki.

Hanya saja, karena penulis sendiri tahu bagaimana transformasi Anto yang tadinya cowok tegap menjadi feminin dan manja ini, merasa sangat menyayangkan. Entah apa yang dirasakan orang tuanya? Penulis menebak pasti kecewa dan sangat terluka.

Dari kakaknya penulis tahu bahwa teman dan lingkungan telah memengaruhi adiknya itu. Begitulah, sosok teman mampu mengubah iman seseorang. Teman mampu memengaruhi pemikiran kita, tingkah laku, bahkan menjadi pribadi paling buruk sekali pun.

Ah, pantas saja Rasulullah saw. mengingatkan kita melalui sabdanya, “Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang saleh dan orang yang jelek bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi. Pemilik minyak wangi tidak akan merugikanmu; engkau bisa membeli (minyak wangi) darinya atau minimal engkau mendapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau mendapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari)

Dalil di atas adalah perumpamaan yang disampaikan Rasulullah untuk mengingatkan kita, bahwa sosok teman akan memengaruhi kita. Karena itu, kita wajib memilih teman yang benar-benar membantu kita dekat dengan agama, sebaliknya meninggalkan teman yang membawa virus keburukan.

Bukan Parno!

Di era digital, wasilah berteman ada banyak. Kemudahan teknologi informasi membuat kita bisa menjalin persahabatan dengan banyak orang, bahkan yang berjarak antarnegara. Positifnya kita bisa tahu budaya dan adat orang lain, menambah ilmu, serta wawasan yang kita butuhkan dalam kehidupan kita.

Sayangnya, bergaul dengan banyak teman, tak luput dari sisi negatifnya. Jika kita tidak hati-hati, bisa-bisa mengadopsi pemikiran dan budaya yang bukan berasal dari moral bangsa dan agama. Sebut saja budaya pacaran, seks bebas, pornografi, pun LGBT yang begitu cepat penyebarannya akhir-akhir ini. Semua ini adalah budaya dan tingkah laku yang bertentangan dengan moral bangsa kita, dan bertentangan dengan agama Islam pastinya.

Tentu saja, sikap hati-hati memilih teman bukan karena kita parno. Ketakutan berlebihan sehingga mematikan potensi kita yang seharusnya bisa berkiprah di tengah umat, dengan bantuan teman dan luasnya wawasan. Bukan itu pokok pembahasan kita!

Kita boleh berteman dengan siapa saja, dengan orang mana pun, bahkan dari negara jauh sekalipun. Tak masalah! Hanya saja, yang perlu kita perhatikan layakkah kita berteman dengan seseorang yang bisa dipastikan mendatangkan kerugian bagi kita? Atau sebaliknya memilih teman yang mampu mendekatkan kita dengan ilmu, pengetahuan, dan kebangkitan Islam? Pilih mana?

Jangan sampai seperti Anto yang tiba-tiba berubah jadi Anti. Dari cowok tulen berubah menjadi perempuan jadi-jadian. Terlebih keberadaan kaum penyuka sesama jenis ini sudah sangat mengkhawatirkan. Penyumbang berbagai masalah dalam masyarakat seperti ancaman moral, penyakit mental, ancaman depopulasi, hingga menjadi sumber penyebaran penyakit HIV. Karenanya, Islam memandang aktivitas LGBT ini sebagai kriminal, di mana pelakunya wajib dikenai sanksi tegas.

Jaga Pergaulan

Dari hasil pengamatan penulis, tentang seberapa suka seseorang memiliki teman 'belok' atau teridentifikasi gay dan lesbi. Kebanyakan jawabnya senang, mereka menganggap hal itu sebagai warna baru bagi dunia pertemanan mereka. Itu karena mereka yakin bahwa prinsip hidup kaum melambai itu tak akan mampu mengubah karakter mereka, karena itu mereka beranggapan lumrah saja memiliki teman dari jenis LGBT ini. "Toh, mereka juga manusia." Begitu anggapan orang-orang.

Penulis melihat, bahwa mayoritas kita tidak menyadari apa yang menjadi pokok masalah LGBT. Di mana keberadaannya saja sudah sangat mengancam, apalagi jika mereka diterima masyarakat. Mungkin kita berpikir prinsip hidup yang kita miliki tak akan bisa diubah oleh kaum minoritas itu. Namun sadarkah kita, pemikiran dan pandangan hidup telah berubah seiring pengakuan kita terhadap eksistensi mereka? Kita baru akan menyesal jika keluarga, adik, atau bahkan anak kita yang menjadi korbannya. Persis seperti yang dialami keluarga teman saya di atas.

Karena itu, sebelum semua itu terjadi alangkah baiknya jika kita membatasi diri bersahabat dengan mereka yang mengancam akidah kita. Masih banyak teman yang layak untuk diajak bersahabat dan berkarya demi kebaikan dan kemajuan diri. Tentu saja, akan lebih baik lagi jika memiliki teman yang membawa misi kebangkitan umat, yang senantiasa mendekatkan kita dengan jalan keselamatan dunia dan akhirat.

Khatimah

Satu hal yang wajib kita pahami, bahwa memilih teman bukan satu-satunya solusi untuk mengakhiri penyebaran ide sesat, LGBT. Kita butuh dukungan masyarakat yang memiliki kesadaran Islam, agar bersama-sama membentengi umat dari penyakit sosial yang dilaknat Allah Swt., ini. Terlebih jika negara mampu menegakkan aturan dan kebijakan untuk menghapus segala kemungkinan kaum LGBT muncul di tengah umat. Tentu hal ini akan sangat melegakan.

Namun, mungkinkah segenap elemen masyarakat bisa bersatu dalam tujuan yang sama jika ideologi sekularisme yang dijadikan landasan berhukum dan menetapkan kebijakan? Tentu saja mustahil! Karena itu, yuk semakin gencar berdakwah mengajak umat memahami Islam kaffah. Agar umat bisa bersatu dalam satu kepemimpinan Islam. Karena hanya hukum yang bersumber dari Sang Penciptalah yang mampu menghapus kezaliman dan seluruh aktivitas menyimpang, menciptakan lingkungan sehat yang melahirkan generasi terbaik peradaban. Wallahu'alam. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tim penulis Inti NarasiPost.Com
Yana Sofia Tim Penulis Inti NarasiPost.Com. Sangat piawai dalam menulis naskah-naskah bergenre teenager dan motivasi. Berasal dari Aceh dan senantiasa bergerak dalam dakwah bersama kaum remaja.
Previous
Di Balik Fenomena Generasi Sandwich
Next
Revive Your Dakwah, Bangkitkan Semangat Dakwahmu
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram