Cokelat Rasa Stroberi

"Lihat anak muda zaman sekarang seperti apa gitu gak sih? Berhijab tapi mesra banget sama cowok di sebelahnya, padahal masih pakai seragam SMA. Atau pas pagi menghafal Qur'an, malamnya jalan cari gebetan. Gak sedikit juga pemuda STMJ, Salat Terus Maksiat Jalan."

Oleh. Keni Rahayu
(Penulis Buku Sebab Perasaan bukan Tuhan dan Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Apa yang ada di benakmu ketika mendengar kata muslim? Mungkinkah seseorang yang taat kepada Allah di setiap waktu, atau manusia berpemikiran terbuka (open minded) pada setiap gagasan baru? Atau jangan-jangan seseorang "baik hati" dan selalu mengangguk tersenyum pada apa saja lantaran lugu? Bagiku, definisi "muslim" hari ini sungguh abstrak. Tidak ada satu kalimat seragam untuk bisa mendefinisikannya. Bahkan ada beragam istilah untuk menggambarkan Islam. Ada Islam fundamental, Islam liberal, Islam moderat. Kira-kira aku harus pilih yang mana ya?

Di sekolah, konsep itu memang tidak digambarkan dengan jelas. Peserta didik tidak pernah diajak mengkritisi dan memastikan pilihan mana yang harusnya ia pijak. Di sisi lain, media menjadi senjata penting untuk meninggalkan makna, mendefinisikan Islam sebagaimana kata tuannya.

Islam fundamental digambarkan media sebagai bentuk konsep yang ketinggalan zaman, kaku, alias bukan masanya lagi. Islam yang seperti ini distigma negatif. Kata-kata seperti "berbahaya, waspada, dicurigai, hati-hati" disematkan mengiringi narasi Islam fundamental. Harapannya, jangan sampai muslim hari ini meyakini Islam secara ideal. Lahirlah istilah terorisme dan radikalisme untuk menyertai sifat Islam fundamentalis ini. Semakin buruklah citra Islam fundamental di tengah-tengah umat. Padahal kalau didetili, masa iya sih patuh total sama aturan Allah itu membahayakan kita? Mustahil!

Islam liberal mungkin tidak asing lagi di telinga kita. Sebab ini sebenarnya senjata lama Barat menjauhkan konsep Islam di tengah-tengah umat. Liberal artinya bebas. Bentuk "bebas" yang disajikan sangat jelas bahkan bagi orang awam. Sehingga narasi ini dengan mudah diindra muslim. Dalam waktu singkat ide ini mulai dijauhi umat bahkan semakin sedikit yang meyakini.

Islam moderat lahir menjembatani di antara Islam fundamental dan Islam liberal. Begitulah konsep yang dipromosikan media-media besar saat ini. Seolah, inilah pilihan terbaik yang tersaji. Padahal, faktanya?

Lihat anak muda zaman sekarang seperti apa gitu gak sih? Berhijab tapi mesra banget sama cowok di sebelahnya, padahal masih pakai seragam SMA. Atau pas pagi menghafal Qur'an, malamnya jalan cari gebetan. Gak sedikit juga pemuda STMJ, Salat Terus Maksiat Jalan.

Sungguh kasihan anak zaman sekarang, kurang tuntunan banyak tuntutan. Konten-konten bertebaran banyak tontonan menggerus iman. Bagai makan buah simalakama, tinggal di rumah dicap anak rumahan, giliran keluar rumah bertemu buruknya lingkungan. Salah melangkah akibat salah pergaulan. Kasihan sungguh kasihan.

Kamu sadar gak kalau pemuda hari ini makin jauh dari agamanya? Agama sebatas bahasan tentang salat, baca Qur’an, dan naik haji. Di luar itu, membahas agama sungguh terasa tabu. Inilah gambaran atau wujud pemuda dalam balutan konsep Islam moderat. Gak taat-taat amat, tapi lumayan lah masih bisa salat. Namanya juga moderat.

Ayo lah, Gaes. Mari bangkit dan sadar bahwa kita sedang tidak baik-baik saja. Siapa lagi yang bergerak besar untuk masa depan kalau bukan kita? Sebagai muslim, mari kita mendalami peran. So, apa yang harus kita lakukan?

  1. Cari circle saleh. Ketika kesadaran telah terpatri, langkah pertama yang harus kamu temukan adalah "lingkungan saleh". Mengapa? Sebab teman baik akan mengajakmu pada hal-hal baik, dan menegurmu ketika kamu mulai hilang arah. Circle saleh ini penting banget sebab kebiasaan baik lebih mudah dijalani ketika banyak teman. Pastikan teman-temanmu memenuhi kriteria ini.
  2. Cari guru dan ngaji. Setelah circle kamu temukan, langkah selanjutnya adalah meningkatkan kualitas iman. Ilmu adalah senjata kita untuk membentuk iman yang mantap. Itulah mengapa kita butuh guru untuk mengkaji Islam. Bukan hal yang tepat ketika kita ingin mengenal Allah tapi dengan belajar sendiri. Kita akan terkungkung dengan interpretasi sendiri. Selain itu, kita butuh wadah bertanya agar kebenaran semakin nyata di pandangan. Itulah peran guru.
  3. Ngonten. Bagi pemuda, ini tentu bukan hal baru. Hanya saja, kali ini kontenmu harus bermakna, bukan lagi yang tak mendidik alias unfaedah atau sekadar ikut tren saja. Ini tidak berbeda dengan kontenmu sebelumnya. Hanya saja, kali ini kontenmu mungkin mengandung "isi". Pastikan konten yang kamu hasilkan bervisi islami. Kreasikan sebaik mungkin sebagai upaya kita menjadikan Islam viral di atas muka bumi.

Tiga poin di atas rasanya sederhana dan mudah banget kita lakukan. Syaratnya cuma satu, mau. Itu aja sih. Mudah-mudahan setelah membaca tulisan ini, hatimu tergerak melakukan sesuatu ya. Ya satu per satu lah, tak apa. Jangan lupakan jati diri kita. Muslim ya isinya Islam, bukan liberal bukan pula moderat. Jangan nge-prank orang. Kasih kaleng cokelat kok isinya stroberi.
Wallahu a'lam bishowab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Keni Rahayu Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Moderasi Berbalut Toleransi
Next
Proyek Setengah Hati KCJB
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram