Muhasabahlah, Karena Kita Bertabur Dosa dan Salah

"Bila Rasulullah saw. sebagai manusia termulia di muka bumi, yang tak ada goresan dosa dalam catatan amalnya saja masih menyempatkan diri untuk selalu memohon ampun kepada Allah Al-Ghafur sebanyak 70-100 kali dalam 24 jam, maka pantaskah kita yang titel mulia saja tak tersemat di dalam diri ini merasa seluruh amal sudah baik?"

Oleh. Iranti Mantasari, BA.IR, M.Si
( Kontributor Tetap NarasiPost.Com )

NarasiPost.Com-Bumi semakin ringkih sebab ulah tangan manusia. Berbagai bencana menyapa pertanda Allah Swt. menuntut perhatian kita kepada-Nya. Bukan hanya bumi yang gonjang-ganjing, berbagai berita memilukan dan menyayat hati, silih berganti membayangi diri. Seluruhnya berkumpul menjadi satu dan memunculkan pertanyaan, kenapa semua hal itu terjadi?

Melalui banyak ayat dan lisan mulia baginda Nabi saw., kita diperingatkan bahwa kerusakan yang ada di tengah kehidupan hari ini, tidak lepas dari berbagai kekurangan, kesalahan, dan kekeliruan masing-masing manusia. Sudah sejauh apa peran sebagai “khalifah fil ardh” kita jalankan dalam menjaga bumi ini? Dan sudah teguhkah kita menegakkan amar makruf nahi mungkar untuk menjauhkan kekacauan antarmanusia?

Kehidupan yang terbatas dan sementara ini pada akhirnya mengajarkan kita untuk senantiasa muhasabah dan berbenah diri. Selama Allah Swt. masih memberikan izin napas ini terembus, maka selama itu pulalah waktu untuk mengoreksi dan memperbaiki apa yang kurang dan salah tersedia. Hidup manusia yang tak bisa dijeda layaknya video yang kita nikmati melalui gawai, akan selalu berjalan sampai Allah al-Malik merindukan hamba-Nya untuk berpulang ke sisi-Nya.

Perjalanan hidup manusia ini tentu membutuhkan evaluasi, karena boleh jadi di tengah perjalanan, kita terjerembab ke dalam lubang yang menyeret kita pada banyak masalah.

Mustahil ada manusia yang hidupnya sempurna, bukan? Salah dan khilaf boleh jadi selalu membayangi hari-hari, baik yang disadari maupun tidak. Peran apa pun yang terpatri dalam diri seseorang juga pasti berpotensi dikaburkan oleh berbagai alpa. “Nobody is perfect, and we are not meant to be perfect” adalah ungkapan yang sangat benar, karena tidak seorangpun yang sejak ia dilahirkan oleh ibunya hingga liang lahat menjadi kamarnya, setiap fase dan proses dalam hidupnya selalu diwarnai kesempurnaan.

Apatahlagi bagi mereka yang bergelar hamlud da’wah, maka aktivitas muhasabah tak sepatutnya hanya diarahkan pada orang lain saja, tetapi dirinya sendiri luput dari koreksi. Bila Rasulullah saw. sebagai manusia termulia di muka bumi, yang tak ada goresan dosa dalam catatan amalnya saja masih menyempatkan diri untuk selalu memohon ampun kepada Allah Al-Ghafur sebanyak 70-100 kali dalam 24 jam, maka pantaskah kita yang titel mulia saja tak tersemat di dalam diri ini merasa seluruh amal sudah baik?

Khalifah ketiga kaum muslimin, sayyidina Umar bin Khatthab r.a. pernah memberikan nasihat pada para sahabat dan tentu saja umat Islam secara umum, “hasibu qabla an tuhasabu”, ungkap beliau. Kalimat yang singkat namun padat itu kurang lebih bermakna hitunglah diri kalian sebelum datang hari perhitungan. Hari di mana setiap perkataan yang melukai hati saudara, setiap perbuatan tangan yang menyakiti orang lain, setiap kaki yang terlangkah pada tempat yang dibenci-Nya, setiap pandangan yang terarah pada apa yang diharamkan-Nya, tak ada satupun yang terlewat dari penilaian Allah al-Hasib yang Maha Membuat Perhitungan.

Baginda Rasulullah saw. juga pernah bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, “Tidak akan masuk neraka, orang yang menangis karena takut kepada Allah.”

Air mata yang demikian tak akan membasahi pipi seseorang yang angkuh, yang hatinya sudah merasa memilki amal yang cukup baik dan pasti diterima oleh Allah Swt. Tapi air mata yang menjauhkan dari api neraka itu hanya akan jatuh pada diri yang hatinya lembut oleh iman, yang merasa bahwa amalannya belum tentu memberatkan timbangan amal salehnya kelak, dan seseorang yang senantiasa menjadikan muhasabah sebagai rutinitasnya sehari-hari. Wahai manusia lemah, istikamahlah dalam menghitung diri, karena tak satupun dari kita yang suci dari dosa. Hadanallah waiyyakum.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Iranti Mantasari BA.IR M.Si Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Upah Layak, Ilusi Sistem Kapitalis
Next
Kurikulum Anyar Mas Menteri, Akankah Memberi Solusi?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram