Dunia ini fana, begitu pula masalahnya. Sebentar lagi juga kemenangan ada di genggaman. Jangan sampai kibarkan bendera putih. Allah hanya ingin melihat kesabaran dan ketakwaan hambanya ketika dirundung segala duka.
Oleh: Mia Agustiani
NarasiPost.com - Setiap yang bernyawa takkan pernah luput dari ujian. Datang silih berganti. Merasa yang datang kali ini begitu beratnya. Apapun yang kamu hadapi tegakkan wajahmu. Tegapkan badanmu. Hadapi semua, karena Allah Swt pasti bersamamu.
Ketika dunia tidak berpihak. Serasa diripun tak ingin bergerak. Bak buah simalakama, dihadapkan pada keadaan yang sulit. Ingatlah bahwa Allah Swt menciptakan segala sesuatu berpasangan. "Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan". ( QS. Al- Insyirah: 6)
Terbukti, setiap kali akhir perjuangan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw selalu dijumpai kemenangan. Meskipun sebelumnya kerap dijumpai kesulitan-kesulitan. Rintangan yang dihadapi tidak pernah menyurutkan semangat beliau dalam berjuang.
Terlebih untuk agama Allah. Apapun akan dikorbankan. Seringnya kita dihadapkan dengan masalah remeh duniawi saja sudah menyerah, putus asa bahkan depresi. Seperti tidak memiliki Allah Swt saja.
Dunia ini fana, begitu pula masalahnya. Sebentar lagi juga kemenangan ada di genggaman. Jangan sampai kibarkan bendera putih. Allah hanya ingin melihat kesabaran dan ketakwaan hambanya ketika dirundung segala duka.
Akankan imanmu betah di dada? Atau kamu abaikan titah-Nya dan melenggang sesuka suara hati saja? Jangan sampai menyesal tidak ikut sampai akhir cerita. Jangan terbawa suasana iklan semata.
Tugasmu adalah menyampaikan kebenaran. Karena kebathilan tidak pernah jera menghadang. Lihat saja ke jendela, ketika kamu meratap di sudut kamar. Sudah banyak kezaliman terjadi. Tidak gatalkah jarimu untuk segera menyuarakan kebenaran?
The show must go on. Pandemi belum berakhir. Kehidupan memang semakin sulit. Ekonomi, pendidikan dan kesehatan tidak kunjung menemui titik terang. Alih-alih mengendalikan penyebaran wabah corona. Rezim asyik gelar Pilkada, sungguh mengada-ada. Hanya memikirkan perutnya saja.
Keamanan ulamapun bukan prioritas, pengawal ulama jadi sasaran empuk timah panas. Aparat yang seharusnya bertugas menjaga, malah menjadi jagal yang beringas.
Kenyataan sungguh pahit. Lagi-lagi rakyat yang menjadi korbannya. Dana bantuan sosialpun tak luput dari incaran koruptor yang memangkas hak rakyat Rp 10.000 dari setiap bantuan hingga terkumpul 17 Miliyar. Rajin menabung rupanya Kemensos kita.
Carut marut keadaan negeri ini bukanlah barang baru. Hal ini kerap terjadi karena buah dari sistem kufur kapitalis. Masyarakat mengganggap semua yang terjadi adalah lumrah.
Padahal semua ini tidak akan pernah terjadi apabila kita kembali pada aturan Allah Swt. Aturan yang akan berpihak pada rakyat dan menyejahterakan semua.
Dalam aturan Allah, maka pengendalian wabah akan sangat cepat dan terorganisir. Koruptor akan segera dihukum jera. Tidak akan ada Pilkada yang mubadzir. Tentu saja nyawa setiap manusia akan sangat berharga.
Jangan pernah terlintas kibarkan bendera putih. Teruslah melangkah walaupun ujian kerap datang. Jangan mudah lemah, semua sudah digariskan oleh Allah Swt. Kamu adalah orang terpilih untuk dinaikkan derajatnya.
Wallahu a'lam Bishawwab.