Merasakan Pahitnya Belajar

“Siapa yang tidak sudi merasakan pahitnya belajar, ia akan menelan pahitnya kebodohan sepanjang hidupnya.” (Imam Syafi’i)

Oleh. Mariyah Zawawi

NarasiPost.Com-Setiap guru mempunyai caranya sendiri dalam mengajarkan ilmu yang dimilikinya. Demikian pula, masing-masing memiliki metode sendiri dalam mengevaluasi hasil belajar para muridnya. Ada yang memberi latihan dan langsung menunjukkan letak kesalahan dari jawaban muridnya yang salah. Namun, ada pula yang tidak. Seperti ustazah yang mengajar kami bahasa Arab.

Tugas yang kami kerjakan di Facebook, akan beliau koreksi satu persatu. Uniknya, saat mengoreksi, beliau akan memberikan emoji jempol jika jawaban kami masih ada yang salah. Jika jawaban kami sudah betul semua, beliau akan memberikan emoji super (❤️). Tidak lupa, beliau mendoakan kami agar kami mendapatkan keberkahan dari Allah.

Uniknya lagi, beliau tidak menunjukkan di mana letak kesalahan jawaban kami. Nah, beliau hanya menuliskan seperti ini, " Baarakallaah. Masih 11 kesalahan." Setelah kami memperbaiki pekerjaan kami, dan masih ada yang salah, beliau akan menulis lagi seperti ini, " Baarakallaah, masih ada 5 kesalahan." Maka, kami harus memperbaiki lagi hingga beliau memberikan tanda super pada hasil pekerjaan kami.

Kadang-kadang, kalau kami sudah berusaha mencari kesalahannya, tapi belum menemukan juga, kami akan minta petunjuk dari beliau. Nah, kalau kami sudah mengatakan kalau kami menyerah, beliau baru memberikan petunjuk. Selama kami belum menyerah, beliau hanya menyebutkan saja jumlah kesalahan kami.

Namun, itu tidak berlaku saat beliau mengoreksi pekerjaan kami di zoom meeting. Beliau akan langsung menunjukkan letak kesalahannya. Suatu ketika, beliau menyampaikan alasan beliau melakukan hal itu.

"Kenapa saya tidak langsung menunjukkan letak kesalahannya?" tanya beliau. Tanpa menunggu jawaban dari kami, beliau berkata, "Agar ibu-ibu semua bisa merasakan sulitnya belajar. Kalau merasakan kesulitan saat belajar, nanti akan merasakan nikmatnya mendapatkan ilmu."

Beliau kemudian melanjutkan, "Imam Syafi'i menyebut, agar merasakan dzullut ta'allum ." Dalam sebuah syairnya, Imam Syafi'i memberikan nasehat kepada siapa saja yang sedang menuntut ilmu.

وَمَنْ لَمْ يَذُقْ ذُلَّ التَّعَلُمِ سَاعَةً
تَجَرَّعَ ذُلَّ الْجَهْلِ طُوْلَ حَيَاتِهِ

"Siapa yang tidak sudi merasakan pahitnya belajar, ia akan menelan pahitnya kebodohan sepanjang hidupnya."

Kisah Rabi' bin Sulaiman ini bisa kita jadikan sebagai teladan. Dalam kitab Manaqib Imam Syafi'i yang ditulis oleh Imam Baihaqi, disebutkan bahwa Rabi' bin Sulaiman merupakan salah satu murid Imam Syafi'i. Setiap selesai menjelaskan, Imam Syafi'i selalu bertanya kepada Rabi', "Apakah engkau sudah paham?" Rabi' pun menjawab, "Belum."

Imam Syafi'i pun menjelaskan lagi. Namun, Rabi' bin Sulaiman belum juga memahami pelajaran yang disampaikannya. Imam Syafi'i pun mengulangi hingga 39 kali. Karena hasilnya sama saja, Imam Syafi'i kemudian meminta kepada Rabi' untuk datang ke rumahnya. Di sana, Rabi' diajari secara intensif. Sayangnya, cara itu pun tidak membuahkan hasil.

Imam Syafi'i pun menyadari bahwa Rabi' termasuk orang yang lambat dalam belajar. Meski demikian, Imam Syafi'i tidak pernah menyebut Rabi' sebagai orang yang bodoh. Beliau hanya menyampaikan kepada Rabi' bahwa yang memberi ilmu itu adalah Allah. Sedangkan beliau hanya menyampaikan. Karena itu, Imam Syafi'i menyarankan kepada Rabi' untuk memohon kepada Allah agar Allah memberikan ilmu kepadanya.

Maka, Rabi' bin Sulaiman pun mengikuti saran dari gurunya, Imam Syafi'i. Ia pun bermunajat, memohon kepada Allah agar berkenan memberikan ilmu kepadanya. Tentu saja, Rabi' tetap menyertainya dengan usaha. Ia pun bersungguh-sungguh berupaya memahami pelajaran yang diberikan kepadanya.

Hingga akhirnya, Allah pun mengabulkan doanya. Rabi' bin Sulaiman kemudian menjadi seorang ulama besar mazhab Syafi'i. Ia juga termasuk perawi hadis yang kredibel dan terpercaya periwayatannya. Bisa dibilang, ia berjuang from zero to hero, dari seseorang yang bukan siapa-siapa, menjadi seorang tokoh terkemuka.

Demikianlah, kegigihan Rabi' dalam belajar, serta doa-doa yang tak putus ia panjatkan, membuatnya berhasil dalam menimba ilmu. Semua itu adalah buah dari kesabarannya dalam merasakan pahitnya mencari ilmu. Semoga kita bisa meneladani kesabaran dan kegigihan Rabi' dalam belajar. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Mariyah Zawawi Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Buruh Butuh Solusi Islam
Next
Hujan Janji
2 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Percaya Takdir
2 years ago

good content

Dewi Fitriana
Dewi Fitriana
2 years ago

MasyaAllah.. Kalo gk mau rasakan pahitnya belajar, siap" Aja rasakan pahitnya kebodohan.. Ya tinggal pilih mana hayoo?

Tulisannya menggunggah jiwa" yang malas belajar kembali memantik semangat belajar kak.. Barokalloh

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram