Hati-Hati dalam Menjaga Hati

"Bila hati telah mati, tiada yang bisa diperbuat. Hanya Allah yang bisa menghidupkannya. Sebesar apa pun upaya kita, bila Allah tak berkehendak, maka tak akan pernah bisa terwujud."

Oleh. Deena Noor
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Hati-hati dalam menjaga hati. Perkara ini sangatlah penting karena hati menentukan bagaimana keadaan amalan manusianya. Bila hati baik, maka baiklah semuanya. Namun, bila hati rusak, maka rusaklah seluruhnya. Jangan sampai hati kita menjadi sakit, apalagi mati. Hati yang sakit bila dibiarkan, lama-lama akan rusak dan mati.

Hati yang sakit itu seperti berada di antara kehidupan dan kematian. Terkadang hati terisi keimanan kepada Allah, ketakwaan, keikhlasan, dan kebaikan sehingga hiduplah hati tersebut walau sesaat. Namun, di lain waktu, hati dipenuhi dengan kecintaan pada dunia, ketamakan, kemaksiatan, kesombongan, dan keburukan sehingga hati menjadi mati. Berada pada dua sisi yang berlawanan bisa membuat hati yang rentan semakin terombang-ambing.

Tiada cara lain menghentikan kondisi tersebut selain segera menyembuhkan. Ibarat fisik yang sakit, butuh untuk segera ditangani agar tak kian menjalar ke mana-mana masalahnya. Seperti pikiran yang galau akan dua pilihan, tak akan berhenti kecuali bila keputusan telah diambil. Pilihan baik dan buruk, masing-masing memiliki konsekuensinya.

Ada tiga jenis hati yang harus diketahui supaya kita bisa menjaga hati pada tempat yang semestinya. Pertama, qolbun salim yakni hati yang selamat. Hati yang dipenuhi dengan keimanan pada Allah. Hati ini selalu menjaga keikhlasan dan tawakal pada-Nya. Ia bersih dari segala kesyirikan yang dimurkai Allah.

Hati yang selamat selalu terjaga kedekatannya dengan Sang Pencipta. Ia tak tenang bila jauh-jauh dari-Nya. Ia selalu merindukan untuk bertemu dengan-Nya.

Hati ini senantiasa mengingat Allah. Dengan begitu, ia menjadi tenteram dan tenang menjalani setiap episode kehidupan. Apa pun yang ditetapkan untuknya, akan diterima dengan lapang dada. Ia yakin bahwa Allah akan selalu bersama dan menolongnya.

Hati yang selamat lebih mengutamakan akhirat. Ia paham bahwa dunia tidaklah kekal selamanya. Ia menyadari bahwa dunia ini hanya sementara hingga tak membuatnya condong ke sana. Keindahan dunia yang semu sama sekali tak membuat hati terbuai dan tunduk padanya. Dunia baginya adalah tempat menanam yang kelak hasilnya akan didapat di akhirat.

Dengan begitu, fokusnya adalah mempersiapkan kehidupan akhirat. Membekali diri dengan amalan sebanyak mungkin. Bukan yang biasa saja, namun ia persembahkan yang terbaik dalam beramal saleh kepada Allah.

Hati yang selamat akan selalu berada pada ketaatan yang sebenarnya kepada Allah Swt. Hatinya hanya mengikuti petunjuk dari Sang Khalik. Jalan-jalan kebaikan merupakan apa yang ditujunya selalu.

Ia takut bila menyimpang dari perintah-Nya. Ia tak tenang bila ada kewajiban yang tertinggal, meski tanpa sengaja. Begitu besar ketundukannya pada Allah ta’ala.

Ia akan meninggalkan setiap apa pun yang bisa membawa pada keburukan dan murka Allah. Ia jauhkan dirinya dari segala macam dosa dan kemaksiatan. Berhati-hati selalu agar tak tergelincir pada tipu daya setan yang selalu menunggu.

Tiadalah hati ini mencari selain keridaan-Nya. Hati yang selamat akan semarak dengan kebaikan. Ia hidup dengan aktivitas yang diridai oleh Allah ta’ala. Hati ini akan menghidupkan manusianya dengan sebaik-baik penghambaan kepada-Nya.

Hati yang bersih dan selamat akan lolos dari berbagai ujian kehidupan. Ia mampu bertahan di jalan takwa walau apa pun mengadang. Ia akan berada di jalan keselamatan hingga di akhirat kelak.

Kedua, qolbun maridh yakni hati yang sakit. Di antara tanda-tanda hati yang sakit adalah ia merasa baik-baik saja atas kemaksiatan yang dilakukan. Tak ada rasa khawatir atau takut kala melakukan dosa.

Hati yang sakit juga sering kali merasa gelisah tanpa tahu penyebabnya. Ia merasa tidak tenang, tidak puas, sulit bersyukur, mudah marah, dan merasakan derita lahir batin yang tak berkesudahan.

Hati yang sakit ibaratnya penuh kotoran, namun ia tak menyadari atau malah tak masalah dengannya. Ia juga tak risi melihat kebodohan dan kemungkaran yang terjadi di sekitarnya. Bisa jadi karena dia sendiri juga berkubang di dalamnya dan tak menganggapnya sebagai suatu permasalahan.

Ibadah yang dilakukan terasa kering tak bernyawa. Kewajiban baginya hanya rutinitas untuk menggugurkannya belaka. Ia sulit merasakan nikmatnya berdekatan dengan Allah Swt., bahkan tak merindukan perjumpaan dengan-Nya. Ia lebih menyenangi dan menginginkan dunia. Cinta pada dunia lebih memuaskannya.

Hati yang sakit bisa sangat cenderung pada keburukan. Melakukan keburukan tanpa memikirkan akibatnya di kemudian hari. Satu keburukan diikuti dengan keburukan yang lainnya, hingga ia menjadi suatu kebiasaan.

Ketiga, qolbun mayyit yakni hati yang mati. Ia terkunci dari kebenaran. Hati yang demikian ini terhalang dari hidayah-Nya. Pendengaran dan penglihatan telah ditutup, sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 7: “Allah telah mengunci mati hati, dan pendengaran dan penglihatan mereka ditutup. Dan untuk merekalah siksa yang amat berat.

Sungguh suatu bencana besar bila hati telah mati. Dosa berkumpul menutupi hatinya. Noktah-noktah hitam dosa menghalanginya dari cahaya iman. Hati pun menjadi gelap dan tak bisa melihat kebaikan.

Kemaksiatan membuat hati menjauh dari keselamatan. Ia menyukai berada di dalamnya dan membenci siapa saja yang menyeru pada jalan kebaikan. Tak heran bila ia akan melakukan segala cara agar dakwah dan pengembannya berada pada kesulitan. Ia tak ingin manusia tertunjuki pada kebenaran.

Hati yang mati membuat diri menjadi sombong dan merasa di atas semuanya. Kesombongan itu membuatnya tak mau menerima nasihat. Karena itulah, ia selalu menolak kebenaran dan menentang perintah-Nya.

Ia begitu mencintai dunia dan menganggapnya tempat untuk menikmati segala kesenangan. Akhirat adalah urusan nanti. Kematian tidaklah menjadi peringatan dan menakutkan baginya sehingga merasa bebas melakukan apa pun yang diinginkan di dunia ini.

Karena itu, aturan Allah pun sama sekali tak akan ia patuhi. Nafsulah yang akan menuntun jalannya. Padahal, nafsu akan liar bila tak dikendalikan dengan benar dan membawa pada kerusakan.

Namun, ia lebih menyukai hal itu dibandingkan berada di jalan keselamatan. Ia lebih memilih jalan menuju pada kehancuran. Maka, celakalah yang demikian. Tiada yang dapat menolongnya kecuali Allah saja.

Itulah macam-macam hati. Mari tengok hati kita masing-masing. Apakah ia dalam keadaan sakit, sehat atau jangan-jangan telah mati?

Berusaha senantiasa merawat hati kita dalam keadaan sehat dengan selalu mengingat Allah setiap saat. Semarakkan selalu dengan aktivitas kebaikan agar hati terus hidup. Berkumpul dengan orang-orang yang saleh akan membantu kita untuk menjaga hati selalu dekat pada Sang Pencipta.

Jangan berputus asa dari rahmat-Nya bila merasa hati kita sakit. Masih ada kesempatan selama kita mau bertobat dengan sebenar-benarnya. Meminta selalu pada-Nya untuk membersihkan hati yang kotor dan sakit itu. Berharap dengan sungguh-sungguh pada rida-Nya dan menunjukkan secara nyata dalam perbuatan kita. Ikutilah petunjuk Al-Quran dengan baik.

Bila hati telah mati, tiada yang bisa diperbuat. Hanya Allah yang bisa menghidupkannya. Sebesar apa pun upaya kita, bila Allah tak berkehendak, maka tak akan pernah bisa terwujud. Allah yang berkuasa untuk memberi hidayah dan petunjuk, sebagaimana yang telah difirmankan-Nya dalam surah Az-Zumar ayat 23: “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Quran yang serupa (ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, sehingga gemetarlah olehnya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian tenanglah kulit dan hati mereka kala mengingat Allah. Itu adalah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia memberikan petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan siapa saja yang disesatkan oleh Allah, maka tak ada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk.”[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Deena Noor Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Testimoni : Event ke-15 NarasiPost.Com "Membangun Keluarga Ideologis Bervisi Dakwah"
Next
Ah, Loe Nggak Asyik!
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Gina Siti Mugni
Gina Siti Mugni
2 years ago

Masya Allah semoga kita senantiasa mengingat Allah agar hidup kita senantiasa dalam keselamatan

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram