Tegar di Atas Kebenaran

Ketika cobaan kian berat dan pasukan musuh semakin banyak, justru hati kita semakin bersujud kepada Allah Subhanahu Wa Ta'aala memiliki tekad baja untuk berkiprah di jalan dakwah tanpa lemah.


NarasiPost.com - Ulama Salaf pernah mengatakan, “Hendaklah engkau menempuh jalan kebenaran. Jangan engkau berkecil hati dengan sedikitnya orang yang mengikuti jalan kebenaran tersebut. Hati-hatilah dengan jalan kebatilan. Jangan engkau tertipu dengan banyaknya orang yang mengikuti yang akan binasa.” (Madarijus Salikin, 1: 22)

Sesungguhnya musuh-musuh Islam berupaya menimpakan berbagai ujian dan siksaan kepada para pembela kebenaran. Hal itu mereka lakukan ketika kehabisan akal untuk menghadang kebenaran. Itu pula reaksi Firaun terhadap Nabi Musa as., saat ia berkata, “Aku pasti akan menjadikan kamu sebagai salah seorang yang dipenjarakan.” (QS asy-Syu’ara [26]:29)

Hal yang sama dilakukan Firaun terhadap para ahli sihir yang berbalik mengimani dakwah Nabi Musa as., “Aku pasti akan memotong tangan dan kaki kalian secara bersilang dan menyalib kalian semuanya.” (QS. Asy-Syu’ara[26]:49)

Dari kalangan para Sahabat ada Bilal bin Rabah ra. yang dicambuk dengan cemeti di tengah terik matahari oleh Umayah bin Khalaf saat Bilal berkata, “Allah, Allah.” Bahkan Umayah menindih perut Bilal dengan batu.

Imam Ahmad rahimahullah saat ia menolak kebohongan pendapat bahwa Al-Qur’an itu makhluk, ia dicambuk dengan pukulan cemeti, di penjara, dan disiksa dengan beragam penyiksaan.

Semua hal itu merupakan strategi terakhir musuh-musuh Islam untuk mempertahankan kebatilan dan sekularisme mereka. Seharusnya kita tegar di atas kebenaran, karena hal itu akan menambah kekuatan kita, membersihkan dan mengukuhkan kita.

Setiap kali musuh-musuh Islam meningkatkan penyiksaan dan penindasan terhadap pembela kebenaran, justru muncul generasi yang lebih tangguh dan terbina untuk melakukan amal-amal besar.

Ketika cobaan kian berat dan pasukan musuh semakin banyak, justru hati kita semakin bersujud kepada Allah Subhanahu Wa Ta'aala, memiliki tekad baja untuk berkiprah di jalan dakwah tanpa lemah.

Dan kita meyakini firman Allah Subhanahu Wa Ta'aala, “Allah sekali-kali tidak akan memberikan jalan kepada orang-orang kafir untuk menguasai orang-orang Mukmin.” (QS An-Nisa’[4]: 141)

Saudaraku, ketegaran kita di atas kebenaran menjadi jaminan atas kekalahan musuh-musuh Islam sekaligus menghancurkan mereka baik secara institusi, penyangga, negara, maupun sistem mereka.

Sebagaimana ketegaran yang ditunjukkan Khalifah Abu Bakar ra. saat perang melawan gerakan orang-orang murtad. Bahkan ketegaran beliau yang mengagumkan pada situasi kritis mampu mengguncang tahta orang-orang murtad dan menghancurkan mereka, kendati kekuatan materi mereka besar.

Begitu pula ketegaran Imam Ahmad, meski selama di penjara dipukul bertubi-tubi setiap harinya, beliau tetap teguh dengan kebenaran, tidak mengikuti kemauan Khalifah Al-Mu’tashim yang zalim. Bekas-bekas pukulan tersebut terlihat di punggung Imam Ahmad hingga beliau meninggal dunia.

Di antara kejadian yang menakjubkan pada hari-hari menegangkan itu ialah Imam Ahmad khawatir celananya lepas sehingga auratnya terlihat saat siksa. Maka, beliau berdoa kepada Allah agar auratnya jangan sampai terlihat, Allah pun mengabulkan doa beliau. (Ibn Katsir, Al-Bidayah wa Nihayah, “Mihnah al-Imam Ahmad,” X/267-274: 330-340)

Saudaraku, mereka yang berpegang teguh pada ajaran Islam itulah yang selalu dianggap asing. Sebagaimana disebutkan dalam hadis, dari ‘Abdurrahman bin Sannah.

Ia berkata bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Islam itu akan datang dalam keadaan asing dan kembali dalam keadaan asing seperti awalnya. Beruntunglah orang-orang yang asing.” Lalu ada yang bertanya pada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengenai ghuraba’. “Mereka memperbaiki manusia ketika rusak.” (HR Ahmad 4: 74)

Sementara dari hadis Rasul Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang lain, “Beruntunglah orang-orang yang asing.” “Lalu siapa orang yang asing wahai Rasulullah,” tanya sahabat. Jawab beliau, “Orang-orang saleh yang berada di tengah banyaknya orang-orang yang jelek, lalu orang yang mendurhakainya lebih banyak daripada yang menaatinya.” (HR Ahmad 2: 177)

Saudaraku, walau terasa asing, namun begitu indahnya bisa berada di atas kebenaran, yang sebelumnya telah dicontohkan Rasul dan para Sahabat juga ulama salaf, jauh dari syirik dan bidah. Berada dekat dengan Allah Subhanahu Wa Ta'aala, meski banyak musuh-musuh Islam yang menghujat.

Sumber: https://www.muslimahnews.com/2020/11/18/nafsiyah-tegar-di-atas-kebenaran/

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Nothing's Impossible
Next
KETIKA ADZAN DIANGGAP IKLAN
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram