Tak ada yang abadi, Kawan. Semua akan berakhir. Semua akan habis, hilang dan lenyap. Dan pada saat-saat itu, hanya penyesalan yang tiada hentinya menghinggapi kita, mengapa kita jatuh dalam tipuannya?
Oleh. Aya Ummu Najwa
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Tak ada yang abadi. Kita pasti sering mendengar kalimat ini. Bahkan banyak judul buku, tulisan, juga lagu dengan kalimat itu. Kalimat yang sejatinya menggambarkan hakikat segala sesuatu yang ada di dunia ini serba tak abadi, alias fana.
Semua hanya sementara, tak ada yang selamanya. Semua akan rusak tak ada yang sempurna. Semua akan berakhir tak ada yang kekal. Begitulah kehidupan dunia. Hidup kita, keluarga, kekayaan, jabatan, suka dan duka, bahkan cinta. Semua ada batas akhirnya. Semua ada masanya.
Yang hidup akan mati, yang muda akan tua. Yang di atas adakalanya akan berada di bawah, pun begitu sebaliknya. Waktu terus bergulir, roda kehidupan akan terus berputar hingga saatnya ia harus berhenti. Kita sangat paham akan kalimat ini, namun mengapa kita selalu lupa dan senang berbuat sekehendak hati? Menganggap semua tak akan berakhir dan abadi. Bahwa kita akan mati, dan semua akan ditanya.
Padahal Rasulullah sendiri pernah menasihati kita dengan nasihat yang sangat luar biasa dari malaikat Jibril, tentang kehidupan dunia yang serba terbatas. Dari Sahl bin Sa’d berkata bahwa Rasulullah bersabda dalam hadis riwayat Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jam Al-Ausath No. 4278, “Jibril mendatangiku kemudian ia berkata, ‘Wahai Muhammad! Hiduplah sesuka hatimu, tetapi ingat sesungguhnya kamu akan mati, cintailah siapa yang kamu mau, tetapi ingat pula sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya, dan berbuatlah sekehendakmu, namun ingat pula sesungguhnya engkau akan dibalas karenanya. Wahai Muhammad! Mulianya seorang mukmin adalah berdirinya dia pada malam hari untuk salat, dan kegagahannya adalah ketidaktergantungannya terhadap manusia.’”
Ada beberapa nasihat yang disampaikan oleh Malaikat Jibril dalam hadis Rasulullah di atas:
Pertama, hiduplah sesukamu, tetapi ingatlah sesungguhnya kamu akan mati. Maknanya adalah, bahwa kematian adalah keniscayaan. Kematian akan menghampiri dan dirasakan oleh siapa pun. Hanya masalah waktu, kondisi, juga tempat yang berbeda pada setiap individunya. Betapa sering kita datang ke rumah duka, kita ikut bersedih atas meninggalnya saudara kita, namun kita lupa bahwa kita hanya menunggu giliran. Pada saatnya pun kelak kita yang akan di sana, ditangisi, dan ditinggalkan di alam kubur. Bukankah kematian adalah nasihat terbaik?
Maka bagi kita, dipersilakan untuk menjalani kehidupan ini sesuai dengan yang kita inginkan. Namun, harus senantiasa kita ingat, hidup yang kita jalani ini ada masa akhirnya, yaitu ajal kita.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, Rasulullah bersabda dalam hadis riwayat Ibnu Majah, "Orang yang paling cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik persiapannya dalam menghadapi kehidupan sesudahnya.”
Kedua, cintailah siapa saja sesukamu, tetapi ingatlah sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya. Maksudnya adalah, dalam mencintai seseorang ataupun sesuatu hendaklah jangan terlalu berlebihan. Sebab, seseorang atau apa pun yang kita cintai itu pada akhirnya akan berpisah dengan kita. Betapa banyak kita saksikan, patahnya hati karena kandasnya cinta dan memudarnya rasa. Begitu terlenanya kita hingga mengharap dan mendamba cinta makhluk, yang tak jarang hanya menorehkan luka, menyebabkan kebencian, dendam, hingga peperangan yang membawa kesengsaraan dan kehancuran. Maka haruslah hanya kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya sajalah yang menjadi cinta utama kita. Karena hanya cinta tersebut yang akan kekal abadi hingga kehidupan di akhirat kelak.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah telah bersabda dalam hadis riwayat At-Tirmidzi No. 1997 dan disahihkan Asy-Syekh Al-Albani dalam Sahih Al-Jami’ No. 178, "Cintailah manusia sekadarnya, karena bisa jadi ia akan kamu benci suatu saat nanti. Dan bencilah manusia sekadarnya, karena bisa ia akan menjadi orang yang kamu cintai suatu hari nanti."
Ketiga, berbuatlah sesuka hatimu, tetapi ingatlah sejatinya engkau akan dibalas karenanya. Maksudnya adalah, sekecil apa pun kebaikan ataupun keburukan amalan yang kita lakukan di dunia, pasti akan mendapatkan balasan kelak di akhirat. Akidah Islam meyakini bahwa dunia adalah tempat bercocok tanam, sedang akhirat adalah tempat kita menuai dan memanen apa yang kita tanam selama di dunia. Apa pun yang kita tanam atau kita lakukan tak akan ada yang luput tanpa balasan. Ketaatan, sekecil apa pun itu, pasti akan dibalas oleh Allah. Pun kezaliman, sekecil dan seringan apa pun itu, pasti akan mendapatkan balasan yang sepadan.
Yang mempunyai kekuatan dan kedudukan jangan sombong hingga melakukan kezaliman, karena pasti suatu saat akan mendapat balasan. Begitu pula yang dizalimi, jangan bersedih hati, Allah tak tidur, Allah Maha Teliti perhitungannya, tak akan dibiarkan hamba-Nya tanpa keadilan. Maka hendaklah kita perbanyak amalan kebaikan kita dan mulai mempertimbangkan baik-baik dengan balasan yang kelak kita dapat di akhirat saat kita akan melakukan perbuatan buruk.
Allah berfirman dalam surah Al-Zalzalah ayat 7-8, "Maka siapa saja yang mengerjakan kebaikan seberat biji zarrah, pasti dia akan mendapat balasannya, dan siapa saja yang mengerjakan keburukan seberat biji zarrah, dia pasti akan mendapat balasannya”
Sungguh kehidupan dunia ini hanyalah main-main dan senda gurau belaka. Keberadaannya hanyalah sebuah persinggahan sementara, tempat yang akan ditinggal pergi dan dilupakan. Dunia bukan untuk ditinggali selamanya. Ia hanya akan menjadi ladang, bukan kampung halaman. Kenikmatan yang ada di dalamnya, yang senantiasa membutakan manusia, hanyalah sekejap saja dan mudah sirna. Begitu pun segala perih yang dirasa, yang kadang membuat manusia menyerah dan berbalik arah meninggalkan keridaan-Nya, semua itu hanyalah sekerlipan mata.
Jika dunia hanya sekedipan mata yang hina, maka sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kita memahaminya? Bahwa dalam surah Al-An’am ayat 32 Allah berfirman, "Dan sejatinya kehidupan dunia ini, hanyalah permainan juga senda gurau. Sementara negeri akhirat itu, adalah lebih baik bagi mereka yang bertakwa. Tidakkah kalian mengerti?"
Jabatan yang kita kejar, yang demi meraihnya kita gunakan segala cara hingga tak segan menyakiti dan menzalimi sesama, akan habis masanya. Harta yang kita kumpulkan dan kita pamerkan, yang untuknya kita kerahkan segala energi kita, akan habis tak tersisa. Cinta manusia, yang demi mendapatkannya kita lakukan berbagai macam keculasan, menebar kebencian hingga adu domba, yang untuknya kita lupakan cinta Allah, yang kita tukar dengan kemurkaan-Nya, akan segera hilang dan membuat luka.
Tak ada yang abadi, Kawan. Semua akan berakhir. Semua akan habis, hilang dan lenyap. Dan pada saat-saat itu, hanya penyesalan yang tiada hentinya menghinggapi kita, mengapa kita jatuh dalam tipuannya? Maka kejarlah dunia secukupnya saja. Cintailah manusia sekadarnya. Tak perlu tertatih hingga kehabisan energi, apalagi melupakan Ilahi. Siapkanlah akhirat sepenuh jiwa raga kita. Karena di sanalah tempat kembali kita. Tempat di mana kenikmatan dan kesengsaraannya tak akan berakhir. Maka kerahkan seluruh potensi kita untuk meraih kebahagiaan yang hakiki, dengan memperlakukan dunia sewajarnya saja.
Wallahu a'lam bishshawab.[]
dengan mengingat mati dan kampung akhirat, sudah cukup membuat muslim untuk senantiasa fokus pada tujuannya, yakni mencari ridha Allah Swt..
MasyaAllah tulisan Mbak Aya sarat dengan nasehat yang menyadarkan bahwa kehidupN dunia yang sebentar dan pasti kita tinggalkan jangan terlalu dikejar. Sedangkan akherat yang pasti kita tuju harus menjadi fokus perhatian, dengan mempersiapkan bekal yang banyak untuk menuju ke sana.
Tulisan buat pengingat diri. Kadang sampai terlena terlalu sibuk dengan harta, dunia. Padahal jika bisa secukupnya saja ya...
MasyaAllah tabarakallah, Mbak. Terima kasih sudah diingatkan. Tebar kebermanfaatan dengan versi terbaik, InsyaAllah Rahmat Allah didapat. Karena hanya Dia lah yang abadi.
MasyaAllah. Perkara yang sering terlupakan. Kita tau dunia ini adalah fana, namun terkadang membuat orang terlena karena dunia yang fana ini.
Begitulah manusia suka dan nyari-nyari pada tipuan dunia
Ya Allah baca naskah beliau seakan jiwa ini tertampar utk sadar betapa kadang diri masih sj berbuat zalim pada diri dan orang lain. Pdhal semua akan ada balasanya meski sebesar biji sawi sekalipun. Astafirullahalazim jazakillah khairan naskahnya mb Aya telah mengingatkan. Sukses dunia akhirat ya
Aamiin semoga Allah sukseskan kita dunia akhirat ya mb.. aamiin
Betul, semua manusia tahu akan mati, tapi tidak semua manusia mempersipkan bekal untuk mati. Banyak orang memperjuangkan dunia sampai setengah mati, tetapi mempersiapkan akhirat hanya setengah hati. Astagfirullah ... semoga kita selalu menjadi orang yang mendahulukan akhirat.
Iya nih suka lupa diri, padahal kita bakalan mati
Bener tidak ada yang abadi. Termasuk sistem kapitalis sekuler yang tengah meracuni umat.
Iya mb, pasti bentar lagi tumbang tuh..