Setiap Diri Diuji

Apabila ada seorang muslim yang mengalami musibah, lalu dia mengucapkan kalimat seperti yang Allah perintahkan ‘innaa lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun’ ya Allah berikanlah pahala untuk musibahku, dan gantikan untukku dengan sesuatu yang lebih baik darinya. Maka Allah akan memberikan ganti untuknya dengan yang lebih baik.”
(HR. Muslim)

Oleh. Armina Ahza

NarasiPost.Com-Pernahkah terbesit jika hidup penuh ujian? Seolah yang lain hidup enak, namun diri sangat banyak ujiannya. Wahai diri jangan salah sangka terlebih dahulu. Bahwasanya, setiap hamba akan diuji oleh Allah. Ujian-ujian yang Allah berikan, untuk melihat mana hamba yang benar-benar mencintai Allah.

Ujian dari Allah tidak selalu berbentuk rasa sedih, kehilangan, kesengsaraan, ataupun yang lainnya. Rasa senang, hidup berkecukupan, keberhasilan juga merupakan sebuah ujian. Sebab, ujian tidak hanya berbentuk kesulitan namun juga kenikmatan. Allah Subhanallahu wata’ala berfirman:
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”(QS. Al-Ankabut: 2-3)

Bentuk Ujian

Adapun bentuk ujian ada dua, pertama adalah ujian berupa kesedihan dan rasa sakit. Misalnya seseorang diuji kehilangan harta bendanya, kehilangan keluarganya (bapak, ibu, anak, suami, istri). Ada yang diuji dengan ekonominya, hidupnya serba kurang, makan hanya sekali, tempat tinggal dipinggir jalan, tidak bisa sekolah, dan tidak memiliki tempat tidur yang nyaman. Ada pula yang diuji dengan rasa sakit yang seolah amat tipis harapan untuk sembuh kembali dan sakitnya membutuhkan biaya yang sangat banyak untuk berobat. Ada yang diuji dengan anak yang sulit diatur, pasangan yang tidak perhatian, dan lain sebagainya.

Kedua adalah ujian berupa kesenangan dan kenikmatan. Keliru, jika ada yang beranggapan bahwa ujian dari Allah itu hanya berupa rasa sakit dan kesedihan. Namun, ternyata rasa senang dan kenikmatan hidup juga merupakan ujian. Ada seseorang yang diuji dengan banyaknya harta, dihadirkannya pasangan, dikaruniai anak-anak, memiliki jabatan, dapat jalan-jalan keliling dunia, mudah membeli apa yang menjadi keinginan, fasilitas hidup seperti rumah, kendaraan, pakaian yang serba mewah, dan lain-lain.

Cara Menyikapi Ujian

Menyikapi ujian haruslah tepat, agar selamat. Berikut cara-caranya:

  1. Menyikapi ujian dengan bersabar. Jika Allah menetapkan ujian kesedihan dan kesulitan bagi kita maka sikap yang perlu hadir dalam diri adalah rasa sabar yang luas nan panjang. Sesungguhnya, sabar itu tidak ada batasannya. Sabar harus terus senantiasa digelar dalam kehidupan. Sebab, tidak hanya dalam menghadapi ujian saja kita harus memperluas sabar namun juga untuk menaati Allah butuh kesabaran.

Menjadi pribadi yang sabar memang tidak mudah, namun ketika kita memohon pertolongan Allah dan bertekat kuat untuk menjadi hamba yang sabar, atas izin-Nya akan diberikan. Selain memohon kepada Allah, maka perbanyaklah belajar dari kisah para kekasih Allah yaitu Nabi dan Rasul. Mereka adalah orang yang paling dicintai Allah. Namun, ujiannya juga yang paling berat. Agar diri lebih kuat dan tegar dalam menghadapi ujian yang pada akhirnya mengantarkan pada kesabaran, maka coba dengarkan dan telisik kembali bagaimana kesabaran para Nabi dan Rasul dalam menghadapi ujian yang sangat menyentuh hati.

Misalnya saja, kisah Nabi Ayub ‘alaihissalam 20 tahun ia mengidap penyakit menular, seluruh anaknya meninggal, hartanya habis. Namun, ia tetap bersabar dalam menghadapi ujian yang Allah berikan. Bagaimana dengan diri kita? Berapa lama kita sakit? Berapa lama kita merasakan hidup seolah sulit, meski sebenarnya Allah berikan kecukupan? Dari kisah hidup Nabi Ayub ‘alaihissalam, kita belajar untuk sabar dan ikhlas atas ujian-ujian yang Allah berikan.

  1. Menyikapi ujian dengan bersyukur. Ujian tidak selamanya kesedihan. Apakah saat ini engkau sedang hidup bahagia, serba berkecukupan, dan bergelimang harta? Apapun yang diinginkan selalu tercapai? Jangan salah, itu juga ujian dari Allah. Maka, menyikapinya adalah dengan bersyukur. Sedangkan, bersyukur menurut Imam Asy-Syaukani dalam kitab Fath Al-Qadir, “Bersyukur kepada Allah adalah memuji-Nya sebagai balasan atas nikmat yang diberikan dengan cara melakukan ketaatan kepada-Nya.”
    Berhati-hatilah, jangan sampai kenikmatan yang Allah beri bukan menjadikan diri makin bertakwa. Namun, justru menjauhkan dari Allah. Maka, ini adalah ujian. Betapa banyak orang yang ketika diuji kesedihan, mereka ingat Allah. Namun, saat diberi kenikmatan justru melupakan Allah.
  2. Menyikapi ujian dengan membaca istirja’. Salah satu cara agar musibah atau ujian yang menimpa diri kita menjadi berkah adalah dengan mengucapkan kalimat istirja’ yaitu Innaa lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun.
    Nabi Muhammad Shallalahu’alahi wassalam pernah bersabda:
    Apabila ada seorang muslim yang mengalami musibah, lalu dia mengucapkan kalimat seperti yang Allah perintahkan ‘innaa lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun’ ya Allah berikanlah pahala untuk musibahku, dan gantikan untukku dengan sesuatu yang lebih baik darinya. Maka Allah akan memberikan ganti untuknya dengan yang lebih baik.” (HR. Muslim)
  3. Menghadapi ujian dengan berbaik sangka kepada Allah. Sebagai hamba yang beriman, kita harus percaya bahwa setiap ketetapan Allah adalah yang terbaik. Setiap masalah yang terjadi, pasti ada kebaikan di dalamnya. Setiap ujian-ujian yang mendera, pasti ada kebaikan di baliknya. Maka, kita sebagai hamba Allah yang beriman harus senantiasa berbaik sangka kepada Allah. Allah Maha Tahu segalanya, dan Allah pasti memilihkan yang terbaik untuk hamba. Allah tidak pernah berbuat zalim.

    مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهٖ ۙوَمَنْ اَسَاۤءَ فَعَلَيْهَا ۗوَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيْدِ

    “Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya.” (QS. Fushshilat: 46) Wallahu’alam

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Armina Ahza Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Ironi Nasib Guru Honorer di Balik PPPK
Next
Cemburu yang Diberkahi
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram