"Lantas, apakah kita tidak boleh lelah? Tentu saja boleh, akan tetapi kita tidak boleh berlarut-larut dalam rasa lelah. Jangan sampai rasa lelah membuat kita lemah, goyah, kalah, dan akhirnya menyerah. Marilah kita lawan rasa lelah yang membuncah dengan upaya dan juga dengan doa."
Oleh. Atien
NarasiPost.Com-Sebagai manusia biasa yang lemah dan penuh keterbatasan, pasti pernah merasakan lelah. Lelah dengan aktivitas keseharian, lelah dalam menghadapi masalah keluarga, lelah mengurus orang tua, anak, maupun suami. Semua orang pasti pernah mengalami titik terendah dalam kehidupan ini, tidak terkecuali para pengemban dakwah.
Sebagai pengemban dakwah, selain sibuk dengan urusan rumah, juga sibuk dengan urusan keumatan. Kesibukan yang bagi sebagian orang mungkin bukan sesuatu yang penting. Untuk apa mengurusi umat, urusan keluarga saja masih banyak yang harus diselesaikan. Masalah umat sudah ada yang mengurusi. Sudah ada porsinya masing-masing. Kita bukan siapa-siapa, kita ini hanya rakyat kecil. Sudah cukup pusing dengan urusan kita sendiri.
Pemikiran seperti itu wajar, bagi mereka yang belum mengetahui, belum mengkaji dan belum memahami. Akan tetapi, akan menjadi sesuatu yang berbahaya apabila pemikiran itu sampai menimpa para pengemban dakwah. Menimpa orang-orang yang sudah mendapatkan pembinaan, tsaqafah dan pemahaman tentang Islam.
Bukankah dakwah itu sebuah kewajiban yang mulia? Yang akan membawa keberkahan, keselamatan dan rahmat bagi seluruh alam. Dakwah adalah aktivitas para nabi dan rasul yang mampu membuat kehidupan gelap gulita berubah menuju kehidupan terang benderang.
Dakwah juga aktivitas yang paling baik, karena dakwah adalah menyampaikan kebenaran Islam. Hal itu sesuai dengan firman Allah Swt. yang artinya, "Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, "Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)"? (TQS. Fussilat [41]: 33).
Alangkah meruginya jika kita melewatkan detik demi detik kehidupan kita dari perkataan yang paling baik. Perkataan yang begitu disukai dan diridai oleh Allah. Oleh karena itu, alangkah beruntungnya jika bibir kita selalu basah dengan perkataan yang baik.
Hanya saja tidak serta-merta orang mau mendengarkan ucapan baik kita. Mungkin bibir kita pun sudah berbuih-buih, tetapi tidak ada respons. Akhirnya kita merasa apa yang kita lakukan sia-sia, menyita waktu dan ternyata tidak menghasilkan apa-apa. Hanya ada lelah yang tersisa. Menciptakan keputusasaan yang membuat hati resah.
Lantas, apakah kita tidak boleh lelah? Tentu saja boleh, akan tetapi kita tidak boleh berlarut-larut dalam rasa lelah. Jangan sampai kita lengah, abai atau sampai lalai dari aktivitas dakwah. Jangan sampai rasa lelah membuat kita lemah, goyah, kalah dan akhirnya menyerah. Marilah kita lawan rasa lelah yang membuncah dengan upaya dan juga dengan doa.
Berdakwah atau tidak, masalah pasti selalu ada. Dalam berdakwah juga datang ujian. Ujian itulah yang akan menempa kita, membuat kita semakin yakin dengan jalan yang kita pilih. Jalan yang akan membawa kita kepada kenikmatan surga. Hanya saja, jalan menuju surga itu memang tidak mudah. Sebelum kita mendapatkan berbagai cobaan dalam berdakwah jangan harap kita bisa masuk surga. Allah Swt. berfirman yang artinya: "Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum datang cobaan kepada kalian, sebagaimana halnya orang-orang sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta diguncangkan dengan (berbagai cobaan)". (TQS. Al-Baqarah [2]: 214).
Dengan berdakwah kita juga sedang berupaya untuk mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. Kita menjaga diri dari azab dan murka Allah Swt. Azab tersebut tidak hanya menimpa kepada orang-orang yang berbuat dosa dan kemaksiatan saja, tetapi akan menimpa orang-orang yang beriman di sekitarnya. Mengapa demikian? Karena orang-orang yang beriman tersebut berdiam diri dari dosa dan kemaksiatan itu. Tidak ada yang mau berdakwah untuk mengingatkan agar kembali ke jalan Allah.
Sebagaimana firman Allah yang artinya: "Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya." (TQS. Al-Anfal: [8]: 25).
Marilah kita renungkan firman Allah tersebut. Betapa kita akan merugi jika kita hanya diam tanpa berbuat apa-apa dengan segala kemaksiatan dan dosa yang terus merajalela. Kemaksiatan yang terus menerus terjadi karena tidak diterapkannya aturan Islam secara menyeluruh. Sebagai pengemban dakwah, mari kita segera melangkah untuk bergegas. Selagi ada kesempatan, waktu dan umur yang Allah berikan. Kita lawan rasa lelah yang mendera. Lelah akan jadi lillah, jika diiringi rasa ikhlas. Lelah kita akan berbuah berkah yang melimpah. Mari terus berjuang di jalan dakwah demi tegaknya Islam kaffah.
Wallaahu 'alam.[]