Menjadi Wanita Salihah

”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya oleh sahabat; “Ya Rasulullah, wanita yang seperti apa yang paling baik?” Beliau pun menjawab: “Wanita yang menyenangkan suami jika dipandang, taat jika diperintah dan tidak menyalahi pada perkara yang ia benci terjadi pada dirinya (istri) dan harta juga suaminya” (HR. Imam Ahmad)

Oleh. Aya Ummu Najwa
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Menjadi wanita salihah, siapa yang tak tergiur? Dia adalah sebaik-baik wanita. Bahkan, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, menempatkannya sebagai sebaik-baik perhiasan dunia. Akan tetapi, saat ini ketika Islam tidak dijadikan landasan kehidupan, maka citra wanita salihah dianggap tak lagi relevan.

Berbicara terkait wanita salihah, Islam pun tak lepas dari berbagai serangan oleh para musuhnya. Berbagai narasi dilontarkan, bahwa Islam diskriminatif terhadap perempuan, Islam adalah penjara bagi perempuan, dan sebagainya. Serangan ini muncul, paling tidak karena tiga sebab:

Pertama, karena dominasi paham sekularisme dalam kehidupan. Sekularisme tidak mengenal nilai agama, sehingga jika membahas ciri wanita salihah berdasarkan syariat Islam, maka akan dituduh sebagai menghambat kebebasan perempuan.

Kedua, dominasi paham feminisme liberal. Kaum feminis mengatakan, bahwa aturan-aturan dalam syariat Islam adalah kerangkeng bagi perempuan, mereka menuduh syariat Islam bias gender, dan dianggap tidak adil terhadap perempuan.

Ketiga, faktor internal kaum muslimin sendiri. Tidak sedikit muslimah yang memang tidak memahami aturan syariat. Baik terkait dengan kedudukannya sebagai perempuan, sebagai istri, dan sebagai ibu. Sehingga, mereka tidak memahami tentang karakter dan ciri-ciri wanita salihah. Tentu saja, ini tidak boleh biarkan dan harus diluruskan. Supaya perempuan muslimah mengetahui kedudukannya dan bisa merealisasikan kedudukan sebagai wanita salihah.

Tentu saja tiga hal di atas harus dibenahi dan diluruskan.

Pertama: Apakah Islam itu sekuler (memisahkan kehidupan dengan aturan agama)? Tentu saja tidak. Jika dikaji nas-nas Al-Quran maupun hadis, maka banyak seruan Allah, senantiasa memadukan antara iman dengan amal. Antara keyakinan dengan ketaatan. Islam tak hanya masalah keimanan, atau keyakinan saja. Seorang muslim tidak boleh memisahkan antara iman dan amal. Bahkan, ketaatan di dalam rumah tangga termasuk ciri-ciri wanita salihah.

Kedua, benarkah syariat Islam tidak adil terhadap perempuan? Maka ini adalah fitnah yang keji. Syariat Islam adil kepada siapa pun. Karena dalam pandangan Islam, yang paling mulia bukan laki-laki ataupun perempuan, melainkan orang yang paling bertakwa. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Hujuraat ayat 13 bahwa, ”Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah, adalah yang paling takwa”

Nah, di sinilah peluang perempuan dan laki-laki untuk fastabiqul khairat, yaitu berlomba untuk menjadi yang paling mulia, dengan menjadi yang paling takwa di sisi Allah.

Ketiga, bagaimana meningkatkan pemahaman kaum muslimah, sehingga mengetahui bagaimana Islam yang menetapkan ciri-ciri wanita salehah. Maka hal ini, tidak bisa lepas dari standar Al-Quran maupun Al-Hadis. Di dalam Al-Qur’an surat An-Nisaa ayat 34, Allah subhanahu wa ta’ala telah menegaskan bahwa wanita salihah adalah wanita yang taat kepada Allah dan taat kepada suaminya. Meskipun, suaminya tak sedang bersamanya.

Dari ayat tadi, bisa diketahui bahwa ciri wanita salihah adalah wanita yang menaati Allah dan suaminya. Kemudian, yang bisa menjaga ketika suaminya tidak ada. Baik menjaga dirinya, kehormatannya, anak-anaknya, juga menjaga harta suaminya. Selain itu, dalam hadis Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam pun banyak yang membicarakan tentang karakter atau ciri-ciri wanita salihah. Di antaranya, ketika Rasulullah ditanya tentang wanita salihah, beliau menjawab dalam hadis riwayat Imam Ahmad sebagai berikut:

قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِيمَا يَكْرَهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهِ

”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya oleh sahabat; “Ya Rasulullah, wanita yang seperti apa yang paling baik?” Beliau pun menjawab: “Wanita yang menyenangkan suami jika dipandang, taat jika diperintah dan tidak menyalahi pada perkara yang ia benci terjadi pada dirinya (istri) dan harta juga suaminya”

Jadi baik di dalam ayat Al-Quran maupun hadis, ciri wanita salihah ada tiga, yaitu; mereka taat kepada Allah, dan taat kepada suami. Kemudian ketaatan itu dibuktikan dengan bersikap baik, yang di antara kebaikan itu adalah berperilaku menyenangkan ketika suami melihatnya. Kemudian yang ketiga dia tidak menyalahi atau dia menunaikan amanah dari suaminya. Baik terkait dirinya, terkait anaknya, maupun terkait hartanya.

Jika membicarakan ciri yang ketiga ini memang mudah. Namun, pada praktiknya sulit. Bagaimana supaya memiliki karakter tersebut atau bagaimana menghiasi diri dengan sifat tersebut? Pertama, menyenangkan suami ketika suami melihat. Berarti seorang istri, harus tahu apa yang dapat menyenangkan suaminya. Karena itulah seorang istri harus benar-benar paham, apa yang akan menyenangkan suaminya. Pakaian atau wangi-wangian apa yang disukai suami. Termasuk gaya bicara, makanan, dan lainnya. Seorang istri harus paham terhadap suaminya, sehingga ia bisa berusaha secara optimal, agar setiap suami melihat istri, ia akan senang. Tentu saja sebaliknya, istri juga harus mengetahui perilaku apa yang tidak disukai suami. Sekalipun suami tidak mengatakan tidak boleh, atau tidak suka, istri harus lebih dulu mengetahuinya.

Yang kedua, dia taat ketika suaminya memerintahkan. Memang bukan perkara gampang selalu mengikuti keinginan suami, karena ini berkaitan dengan ego. Bagaimana seorang istri menyelaraskan apa yang dilakukannya dengan keinginan suami. Sehingga boleh jadi, apa yang diinginkan istri tidak disukai suami, atau apa yang diinginkan suami, istri membencinya. Di sinilah ego harus ditundukkan. Kemudian tancapkan dalam diri istri, bahwa apa yang dilakukan, sekalipun berat tapi itu harus dilakukan demi meraih rida Allah, lewat keridaan suami.

Tentu saja, harus dilatih cara mengelola ego, standarnya adalah selama tidak maksiat kepada Allah. Karena tidak ada ketaatan kepada makhluk termasuk kepada suami, dalam kemaksiatan kepada pencipta yaitu Allah. Inilah batasannya, selama tidak maksiat kepada Allah, maka seorang istri harus menyiapkan diri untuk mampu memenuhi perintah suami. Dengan cara ini, raih keridaan Allah lewat keridaan suami.

Yang ketiga, tidak menyalahi amanah dari suami. Baik dalam hal dirinya maupun hartanya. Seorang muslimah yang salihah dia akan mampu menjaga kehormatan dirinya. Ia tidak akan ke sana kemari mengumbar auratnya, tidak akan bersikap yang justru menurunkan izzah (kemuliaannya). Jika pun keluar rumah, ia akan menjaga penampilannya, menutup aurat dengan sempurna, menjaga perilaku, dan adabnya. Tidak tabarruj , dan pasti keluarnya karena ada keperluan. Jadi, ia akan berbeda dengan muslimah yang lain, yang tidak mengikuti hukum Islam, yakni senang nongkrong-nongkrong, jalan-jalan, tanpa keperluan yang syar’i. Akan tetapi, karena ia paham, bahwa kemuliaannya adalah ketika dia mampu menghiasinya dengan karakter salihah, di antaranya dengan menjaga amanah suaminya.

Berikut, yang termasuk amanah dari suami adalah menjaga amanah anak, tentu ini berkaitan dengan pendidikan. Ibu salehah adalah ibu pendidik, bukan yang menyia-nyiakan atau mengabaikan titipan suaminya. Maka itu, wanita salihah senantiasa akan menyiapkan diri sebagai ibu pendidik. Kemudian juga terkait harta suami, tentu di sini kaitannya dengan manajemen dan pengelolaan keuangan. Jangan sampai apa yang diberikan suami tersia-siakan, dihamburkan, boros, dan sebagainya. Bahkan jika bisa, apa pun yang diberikan suami akan banyak manfaatnya dan melahirkan keberkahan. Sehingga, suami tidak akan diberatkan oleh istri dan keluarga. Inilah, urgensinya kemampuan manajerial dari istri yang baik.

Meskipun suami berpenghasilan tidak terlalu besar, akan merasa terbantu karena kepiawaian istri dalam mengelola keuangan rumah tangga. Namun jika memang kurang dalam pemenuhan, maka yang menjadi kunci kesuksesannya adalah tawakal kepada Allah. Seorang istri salihah akan bersifat kanaah. Sikap menerima apa pun yang diberikan oleh suami, dan dia serahkan kepada Allah, bahwa itulah pemberian yang terbaik dari Allah lewat nafkah suaminya.

Wallahu a’lam[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Aya Ummu Najwa Salah satu Penulis Tim Inti NP
Previous
Ayo, Cari Pintu Taman Surgamu
Next
Kanker Serviks, sang Predator Ganas Kaum Hawa
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram