"Tak selalu hal besar yang menimbulkan perselisihan dan perpecahan. Hal kecil yang seolah sepele juga bisa menggoyahkan mahligai perkawinan. Kebiasaan-kebiasaan yang remeh bisa memicu amarah hingga perdebatan."
Oleh. Deena Noor
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Kehidupan pernikahan tak selalu berjalan mulus. Riak-riak kecil sering mewarnai bahtera rumah tangga. Badai juga terkadang hadir menguji nyali dan komitmen yang dipancang sejak akad terucap. Setiap ujian punya caranya tersendiri dalam memberi pelajaran kehidupan.
Tak selalu hal besar yang menimbulkan perselisihan dan perpecahan. Hal kecil yang seolah sepele juga bisa menggoyahkan mahligai perkawinan. Kebiasaan-kebiasaan yang remeh bisa memicu amarah hingga perdebatan.
Handuk basah yang ditaruh sembarangan bisa sangat menjengkelkan istri, terutama bila sedang repot dengan berbagai urusan rumah tangga. Istri pun mengomel tiada henti. Apa susahnya sih menaruh handuk di tempatnya?
Sang suami menanggapinya dengan santai dan mengatakan: “Tolong, ya, sayang!” sambil menyerahkan handuk itu pada istrinya. Muka cemberut istri kian menekuk. Kejengkelan pun bertambah.
Di lain waktu, sang suami yang baru pulang kerja mendapati rumah berantakan dan anak-anak ribut, bahkan ada yang menangis. Sementara istri sedang asyik dengan telepon genggamnya. Tak ayal ini membuat suami marah. Maksud hati ingin melepas lelah di rumah, malah disuguhi kondisi rumah yang mirip kapal pecah. Istriku sibuk apa sih hingga rumah kacau balau!
Situasi seperti ini sering membangkitkan amarah yang tersimpan. Bila dibiarkan juga tak baik. Ini bisa mengancam keharmonisan rumah tangga.
Apa yang dilakukan bila pasangan kita sedang marah? Cobalah tips berikut ini:
- Tetap tenang.
Api jangan dibalas dengan api. Yang ada makin membara jadinya. Bukan cintanya, tapi amarahnya. Bayangkan bila pasangan tengah panas, lalu kita hadapi dengan panas pula! Amarah dilawan dengan amarah, seisi rumah jadi terbakar.
Sebaliknya, hadapi dengan kepala dingin biar redam suasananya. Kita jangan terpancing ikutan terbawa emosi. Bila dia marah, maka kita jadi es yang mendinginkan. Harus ada salah satu yang tetap menjaga kewarasan saat yang lainnya tengah dilanda emosi tinggi. Karena saat marah, orang cenderung sulit mengontrol perkataan dan perbuatan.
- Meminta maaf.
Minta maaflah padanya. Dengan minta maaf, orang yang sedang marah akan jadi melunak. Dia yang awalnya hampir meledak akan mulai meleleh setelah mendengar permintaan maaf yang tulus dari kita. Meminta maaf duluan tak selalu berarti kita yang salah, tapi bisa menjadi jembatan untuk berbicara dengan lebih tenang. Sekaligus juga sebagai permintaan maaf atas kesalahan yang mungkin tak kita sadari.
- Mengalah bukan berarti kalah.
Saat pasangan sedang marah, untuk sementara waktu biarlah kita yang mengalah dulu. Ini bukan tentang kalah atau menang, tetapi bagaimana menjaga hubungan tetap seimbang. Toh, tak selamanya juga pasangan akan marah terus-terusan.
Dalam kehidupan berpasangan bukan tentang siapa di bawah dan siapa di atas, bukan hubungan hierarki. Kehidupan suami istri bukan kompetisi, melainkan untuk saling mengisi dan melengkapi. Saat pasangan lemah, kita yang menguatkan. Saat pasangan emosi, kita yang menahan diri. Begitu pula sebaliknya.
- Dengarkan penjelasannya.
Setelah agak reda amarahnya, biarkan dia ungkapkan apa yang dirasakan. Inilah saatnya kita mendengarkan suara hatinya yang mungkin terpendam sekian lama. Karena biasanya ketika marah melanda, hal-hal yang tersimpan rapat sendiri, akan dibuka. Tujuannya untuk melepaskan energi negatif kemarahan. Tentunya dengan tetap memperhatikan rambu-rambunya. Jangan sampai marahnya kebablasan tanpa terkendali.
Bisa jadi dia telah membereskan rumah, namun berantakan kembali karena anak-anak masih mau bermain kembali. Apalagi bila ada anak-anak kecil, rumah bisa jarang terlihat rapi untuk waktu yang lama. Sementara mungkin dia sedang pusing dan kelelahan, hingga merebahkan diri sebentar.
Bisa jadi dia terlampau sibuk, buru-buru ke kantor hingga tak sempat meletakkan handuk basah di luar. Bahkan mungkin untuk sarapan, dia juga harus cepat-cepat karena sudah ditunggu pekerjaan.
- Berikan bantuan.
Marah itu ekspresi yang wajar dimiliki. Biasanya karena kelelahan yang sangat pada fisik menjalar ke psikis menyebabkan emosi bisa tersulut dengan gampang. Bahkan hal sepele pun juga bisa memicu bom waktu amarah untuk meledak.
Pekerjaan yang tiada habisnya, sementara tenaga telah terkuras, menjadikan marah sebagai pelampiasan. Maka, sebagai pasangannya, kita harus rela untuk memberikan bantuan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya yang masih menumpuk.
Bantuan kecil menjadi amat berarti mengurangi bebannya. Kita harus peka bila dia sudah menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Berikan bantuan bahkan tanpa diminta dulu. Yakinlah, ia akan sangat berterima kasih.
- Rayulah dia.
Boleh bagi pasangan yang halal untuk memberikan rayuan. Bagus sekali dan berpahala pastinya. Apalagi di saat dia tengah marah, cobalah keluarkan jurus maut rayuan dan gombalan. Sedikit banyak, si dia pasti merasa senang. Meski mulutnya terkunci, dalam hati pasti geli, sebab tak terbiasa dirayu. Ah, setidaknya dia tertawa pada akhirnya, karena tak tahan dengan rayuan kita. Maka, cairlah sudah suasana tegang akibat kemarahan. Jangan marah lagi, ya, sayang!
Itu bila pasangan kita yang marah, lalu bagaimana jika kita yang tengah dilanda emosi karena sikapnya?
Giliran kita untuk mencoba tips berikut:
- Istighfar.
Mohon ampun sama Allah ketika kita marah. Sekaligus juga memohon perlindungan dari segala keburukan yang tengah mengintai dari balik kemarahan kita. Dengan istighfar berarti hati kita mengingat Allah. Apa pun yang akan kita lakukan menjadi lebih berhati-hati. Termasuk dalam mengekspresikan rasa marah kita.
- Ambil napas panjang.
Tenangkan diri. Saat marah, kondisi tubuh juga ikut berubah. Tekanan darah meningkat, napas menjadi lebih cepat, dan detak jantung juga naik. Tubuh berada dalam tekanan atau stres. Mengambil napas panjang akan sangat membantu tubuh menjadi rileks dan emosi bisa berkurang.
- Istirahat sejenak.
Marah sering kali terjadi karena tubuh yang lelah dan kurang istirahat. Berikan tubuh kita haknya untuk beristirahat. Lagipula, melakukan sesuatu dalam kondisi capek dan marah juga bisa menyebabkan kita tidak fokus. Tinggalkan sebentar pekerjaan yang belum kelar. Tenangkan diri agar semua bisa lebih terkendali.
- Mengubah posisi.
Mengubah posisi ketika marah untuk mengendalikan emosi dan meredakan ketegangan otot saraf yang bisa membuat tubuh stres. Sebagaimana yang dikatakan Rasulullah bahwa bila sedang marah, maka duduklah atau berbaringlah agar amarah bisa lebih mudah dikelola. Lebih baik lagi bila kemudian mengambil wudu dan salat sunah dua rakaat. Maka, itu pasti sangat bisa menghindarkan kita dari pelampiasan amarah yang akan kita sesali kemudian.
- Terima kekurangan dan kelebihannya.
Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Pasangan sempurna pun juga tak akan ada. Boleh jadi dia pintar, cerdas, pribadi yang taat, dan sebagainya, namun dia kurang peka. Bisa jadi dia kurang perhatian dengan hal-hal kecil atau malah terlalu perfeksionis.
Terima saja bila memang dia suka menaruh barang sembarangan. Tinggal kita ingatkan dan bantu untuk lebih tertata dengan segalanya. Tak mengapa bila dia terlalu cerewet, hingga semua hal dikomentari. Anggap saja itu tanda cintanya.
Jangan fokus pada kekurangan, tetapi lihatlah kelebihan yang dimiliki. Bila kekurangannya sering membuat kita kesal dan marah, maka bisa jadi kita di matanya juga demikian. Maka, menerima pasangan dengan segala kekurangan dan kelebihannya adalah yang terbaik sambil terus belajar bersama-sama.
- Maafkan.
Memaafkan segalanya. Berdamai dengan keadaan yang membuat diri menjadi tidak nyaman hingga tertekan. Ya, sudahlah mau bagaimana lagi? Mau marah juga semua sudah terjadi. Mau kembali ke waktu sebelumnya juga tak mungkin. Jadi terima saja, maafkan dan lanjutkan hidup. Setelahnya bisa dibicarakan dengan pasangan perihal yang membuat marah. Namun, itu setelah kondisi tenang kembali.
Semua tips panjang lebar di atas hanya sia-sia belaka bila kita meninggalkan satu hal penting, yakni tentang hakikat rasa yang merupakan kuasa Sang Maha Pencipta. Allah yang menjadikan rasa cinta itu ada dan berkembang. Dia yang menjadikan manusia berlawanan jenis memiliki kecenderungan satu sama lain. Dia pula yang menetapkan aturan untuk menjaga rasa itu berjalan dengan harmonis dan lingkupan berkah.
Maka, sudah semestinya cinta manusia dilandaskan pada-Nya. Kecintaan dan kebencian terhadap sesuatu atau seseorang adalah karena Allah semata. Rasa marah dan sayang yang diungkapkan hanya boleh terwujud dalam rida-Nya. Cinta kita pada pasangan tak boleh mengalahkan cinta kita sebagai hamba-Nya.
Kehidupan pernikahan tak seperti cerita dongeng atau drakor romantis yang kadang tak realistis. Namun, kita bisa membuat cerita bahagia versi kita. Kebahagiaan bisa kita raih dengan melekatkan realita dengan makna bahagia sebenarnya. Mensyukuri dengan melihat setiap sisi sebagai potensi merajut indahnya sakinah bersama kekasih hati. Dengan menetapi syariat, semua bisa menjelma nyata.
Saling mengerti dan mau mendengarkan satu sama lain. Sebab selalu ada alasan di setiap sikap. Bila sudah dipahami, maka jangan marah lagi, ya, sayang!
Wallahu a’lam bish-shawwab[]
Photo : Pinterest