Berlomba dalam Kemaksiatan

"Alih-alih berlomba dalam kebajikan, kita malah sering berlomba dalam kemaksiatan yang Allah benci. Inilah potret masyarakat muslim hari ini. Mayoritas kita lebih membanggakan berlomba dalam hal yang Allah benci ketimbang menjadi pribadi yang taat dan berbakti kepada Allah dan Rasul-Nya."

Oleh. Ana Nazahah
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Sudah menjadi ciri khas muslim, berlomba-lomba dalam kebaikan. Cemburu saat melihat orang saleh yang lebih baik dalam beramal. Malu saat melihat orang lain lebih kreatif dan besar pengorbanannya untuk agama. Sementara, ia belum mampu melakukan hal yang sama. Perasaan ini lantas mendorongnya untuk terus memperbaiki diri, agar layak disebut sebagai pribadi yang beriman dan bertakwa. Dengan berlomba-lomba menjadi pribadi yang tampil unggul di hadapan Allah Swt.

Berlomba-lomba seperti inilah yang diperintahkan oleh Allah Swt. sebagaimana yang terkandung dalam surat Al-Baqarah ayat 148 yang artinya, “Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Namun sayangnya, masih ada di antara kita hari ini lebih suka berlomba-lomba dalam hal yang menyesatkan. Berlomba-lomba tampil terbuka dan hampir telanjang. Berlomba-lomba menaikkan derajat dan status dengan korupsi, memakan uang rakyat. Berlomba-lomba menaikkan derajat ekonomi dengan bermuamalah riba. Berlomba-lomba meninggalkan hukum Allah dan mengambil hukum sekularisme karena tergoda kehidupan nyaman ekonomi kapitalistik yang kental dengan budaya peras-memeras, tipu-menipu dan muslihat keji. Masih banyak lagi jenisnya, perlombaan sesat yang kita kerjakan.

Padahal, sebagai seorang muslim kita sadari, bahwa Allah sangat membenci wanita-wanita pengumbar aurat. Allah mengancam akan menjauhkan mereka dari surga. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan Muslim. Tentang wanita yang berlenggak-lenggok dan jauh dari ketaatan. Golongan wanita ini tidak masuk surga dan tidak akan mencium baunya.

Demikian juga merampas hak milik orang lain, dengan korupsi. Apalagi yang diembat adalah uang rakyat, tapi malah dicuri oleh orang yang mengaku wakil rakyat. Tak ada yang bisa kita katakan selain begitu tercelanya perbuatan ini.

Begitu pun bermuamalah secara ribawi dan berdagang ala kapitalisme yang curang. Allah telah jelas melarang kita agar tidak menjadikan riba sebagai jalan keluar dari segenap problem ekonomi. Allah bahkan memperingati kita dengan siksaan yang besarnya melebihi besarnya berbuat zina. Rasul saw. bersabda, “Sesungguhnya satu dirham yang didapatkan seorang Iaki-laki dari hasil riba Iebih besar dosanya di sisi Allah daripada berzina 36 kali.” (HR Ibnu Abi Dunya)

Namun, sayangnya. Hal-hal yang dilarang Allah di atas itulah yang kita perlombakan hari ini. Alih-alih berlomba dalam kebajikan, kita malah sering berlomba dalam kemaksiatan yang Allah benci. Inilah potret masyarakat muslim hari ini. Mayoritas kita lebih membanggakan berlomba dalam hal yang Allah benci ketimbang menjadi pribadi yang taat dan berbakti kepada Allah dan Rasul-Nya.

Lantas kehidupan kita bertransformasi, awalnya hamba Allah yang beriman dan menaati segala perintah-Nya, menjadi hamba yang mereguk nafsu yang tak kunjung terpuaskan. Membuat kita berlomba-lomba untuk tampil baik dan berkualitas di hadapan orang-orang. Kita berharap dengan terpenuhi segala keinginan tersebut kita bisa dipuji, dibanggakan dan ditinggikan.

Padahal untuk apa? Kebahagiaan itu hanya topeng belaka. Saat segala yang kita perlombakan itu justru mendatangkan murka Allah Swt. Dengan melakukan apa-apa yang paling dilarang dan dibenci oleh-Nya, bisakah kita meraih bahagia? Bagaimana bisa? Di saat Sang Pemilik hati dan segenap muara cinta telah kita nista.

Jika benar telah bahagia, bukankah sejatinya kita berhenti melakukan yang Allah benci, kala kebahagiaan itu sudah kita miliki? Berhenti berbuat kesalahan oleh kedua tangan kita sendiri, karena sadar bahwa setiap perbuatan sekecil apapun akan dimintai pertanggungjawaban di hari pembalasan nanti.

Kenyataannya, semakin kita berlomba-lomba di jalan yang Allah benci, semakin kita tidak bisa berhenti. Semakin kita mampu memenuhi kehendak nafsu, mendapatkan segala keinginan, semakin membuat kita jauh dari aturan Ilahi Rabi. Ternyata, setelah mendapatkan rumah besar, kendaraan mahal, segala fasilitas mewah, semakin membuat kita haus akan kesenangan duniawi yang lain. Tak pernah cukup. Benarlah sabda Rasulullah yang mengatakan,
Dua serigala yang lapar yang dilepas di tengah kumpulan kambing, tidak lebih merusak dibandingkan dengan sifat tamak manusia terhadap harta dan kedudukan yang sangat merusak agamanya.”
(HR At-Tirmidzi, Ahmad, Ad-Darimi, Ibnu Hibban dan Ath-Thabrani.

Karenanya, sebagai seorang muslim yang bijak, sudah sepantasnya kita bertanya pada diri. Untuk kebaikan apa, sesuatu yang kita upayakan hari ini? Apakah sesuatu itu adalah dalam rangka berlomba-lomba menuju kebaikan yang disenangi Allah, atau sebaliknya yang kita perlombakan hari ini justru sesuatu yang kelak mendatangkan murka dari Allah? Hanya masing-masing diri yang tahu jawabannya dan pilihan yang akan diambil demi kebaikan kehidupannya di dunia maupun di akhirat nanti.

Sepertinya, kita wajib kembali merenungi tujuan hidup dan segala prestasi yang tengah kita kejar hari ini. Dengan pemikiran yang matang yang lahir dari kesadaran diri. Sambil menanamkan dalam benak, mengingatkan diri. Pertama, bahwa Allah tidak akan meloloskan satu perbuatan kecil sekalipun, kecuali akan dimintai pertanggungjawabannya, nanti. Kedua, Allah tidak akan mengubah siapa pun kecuali perubahan itu dimulai dari diri kita sendiri. Terakhir, tidak ada kesalahan yang tidak Allah ampuni, maka bertobatlah, karena Allah Sang Maha Penerima Tobat.

Begitulah seharusnya, kita kembali ke jalan yang Allah sukai. Tidak pernah berputus asa sekalipun tadinya kita jauh dari jalan yang Allah ridai. Semoga esok kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan tidak merugi.

Wallahu’alam.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim penulis Inti NarasiPost.Com
Yana Sofia Tim Penulis Inti NarasiPost.Com. Sangat piawai dalam menulis naskah-naskah bergenre teenager dan motivasi. Berasal dari Aceh dan senantiasa bergerak dalam dakwah bersama kaum remaja.
Previous
Guru Pertamaku
Next
Posisi Harta Suami dan Harta Istri, Samakah?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram