Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Belajarlah kalian ilmu untuk ketenteraman dan ketenangan serta rendah hatilah pada orang yang kamu belajar darinya.” (At-Thabrani)
Oleh. Deena Noor
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-“Bagi saya, mendapat restu dari guru juga sangat penting, Us.” Aku terpaku. Sama sekali tak menyangka bahwa si pendiam itu ternyata bisa mengeluarkan kalimat yang begitu dalam.
Ada haru yang menyelinap di kalbuku. Membuatku meleleh. Diri yang fakir ilmu dan bukan siapa-siapa, ternyata sepenting itu di matanya. Dia adalah salah satu adik ideologisku. Bersama-sama kami belajar tentang Islam lebih mendalam. Meskipun aku punya kesempatan lebih dahulu belajar dibandingkan dirinya, tetapi diri ini masih sangat jauh dari menjadi guru yang baik. Terkadang ada malu menghinggapi karena merasa belum layak dipanggil guru.
Namun, satu kalimat itu mampu mengalirkan kesejukan di hati. Di tengah maraknya generasi yang minim akhlak, apa yang disampaikannya seperti memantik asa bahwa masih ada generasi yang menjunjung akhlak, khususnya pada guru. Bagaimana pun seorang guru punya posisi yang tak bisa dipandang sebelah mata. Apa pun latar belakangnya, guru haruslah dihormati.
Muliakan Gurumu
Memang benar. Guru adalah seorang yang mulia dan amat dimuliakan. Guru seperti orang tua bagi kita. Bukankah memang seperti itu? Guru adalah orang yang mengajarkan kita ilmu. Jika orang tua mendidik kita di rumah, maka guru memberi pengajaran di luar rumah. Dengan begitu, kita tak terputus dari kebaikan ilmu karena senantiasa belajar. Maka, menghormatinya merupakan akhlak yang terpuji.
Ada sebuah pesan bijak dalam berilmu. Ketika seseorang sedang menuntut ilmu, maka ia punya kewajiban menghormati gurunya. Hendaklah seorang murid benar-benar memperhatikan adabnya. Tidaklah bijak bila seseorang belajar dengan giatnya, tetapi ia mengabaikan adabnya kepada guru. Bahkan, bisa dikatakan ia tidak menghormati ilmu yang tengah diselaminya. Sebab, menghormati ilmu itu sepaket dengan penghormatan kepada sang guru.
Hormat Membawa Berkah
Menghormati guru tidak hanya suatu keharusan, tetapi juga mendatangkan hikmah dan kebaikan. Dalam kitab Ta’lim Muta’alim karya Syekh Az-Zamuji disebutkan bahwa menghormati ilmu dan guru bisa menjadi kunci keberhasilan dalam menuntut ilmu. Sebaliknya, mereka yang tidak berhasil menuntut ilmu bisa jadi karena tidak menghormati ilmu dan gurunya.
Ketika rasa hormat disematkan, maka akan hadir penghargaan dan pemberian terbaik. Guru pun tak segan mencurahkan ilmu yang dimilikinya. Doa dan restu sang guru akan mengiringinya. Ilmu pun bisa dengan mudah diterima sehingga menjadi manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Meninggalkan adab memuliakan ilmu dan guru, bisa menjadikan seseorang terhalang dari mendapatkan ilmu tersebut. Mungkin saja akan terasa sulit baginya memahami ilmu. Manfaat dari ilmu itu pun juga gagal diperolehnya. Bagaimana ia akan bisa mengamalkan dan mengajarkan ilmu jika ia tidak memilikinya? https://narasipost.com/syiar/12/2022/adab-dulu-baru-ilmu/
Mungkin ia menguasai ilmu itu, tetapi tidak menjadikan manusia yang lebih baik dengannya. Sebaliknya, ilmu itu menjadikannya merasa lebih tinggi dari yang lainnya. Ia sombong dengan ilmu yang dikira akan dimilikinya sepanjang masa. Ia memandang rendah orang lain. Bahkan, gurunya sendiri pun diremehkannya. Ia menyakiti hati guru yang telah mendidiknya. Adabnya tidak ada. Astagfirullah.
Hal semacam itu haruslah dihindari. Seorang yang sedang menuntut ilmu hendaklah berusaha memperlakukan gurunya dengan hormat. Hendaklah pula ia berupaya untuk meraih kerelaan hati guru. Yakni, dengan bersikap rendah hati, tidak sombong atau merasa tinggi, menjauhi segala hal yang bisa menyebabkan guru murka dan menaati perintahnya selama itu tidak bertentangan dengan syariat. Sikap seperti ini akan menghadirkan keridaan guru. Rida guru terhadap muridnya akan membawa keberkahan atas ilmunya. Sebab, murid telah mengamalkan akhlak yang diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana yang disebutkkan dalam hadis riwayat At-Thabrani bahwa:
“Belajarlah kalian ilmu untuk ketenteraman dan ketenangan serta rendah hatilah pada orang yang kamu belajar darinya.”
Dahulu, ada seorang imam di daerah Marwa bernama Al-Qadhi Fahruddin. Sang imam begitu dihormati oleh para pejabat negara. Ia mengatakan bahwa kedudukan yang diperolehnya itu karena ia menghormati gurunya, Abi Yazid Addabusi. Ia selalu melayani gurunya dengan baik, memasak makanannya, dan tak pernah ikut makan bersamanya. Ia menempatkan adab terbaik di hadapan sang guru sehingga menjadikan dirinya dilingkupi kebaikan.
Adab Lillah
Penghormatan kepada guru juga hendaklah senantiasa disandarkan karena Allah semata. Rasa hormat kepada guru diberikan sesuai dengan porsinya. Tidaklah itu dilakukan secara berlebihan. Tidak pula hormat itu melebihi ketaatan pada Allah taala. Begitu pula dengan guru yang punya kewajiban mengajarkan tentang kebaikan dan berupaya menyelimuti muridnya dengan ketakwaan. Murid yang menjaga adab dan guru yang menjadi teladan, keduanya selalu berjalan dalam koridor syariat. Tidaklah setiap akhlak mereka berlepas dari tuntunan syarak. Akhlak yang menjadi amal saleh demi meraih rida-Nya.
Adab terbaik lahir dari akidah Islam yang tertanam. Adanya kesadaran bahwa posisi diri adalah sebagai hamba yang harus selalu tunduk pada Allah. Maka, diri akan berhiaskan adab terbaik dan mampu merengkuh keberkahan ilmu.
Tak Sempurna
Jikalau suatu ketika, kita mendapati guru terungkap keburukannya atau mengetahui kesalahannya, maka tetaplah bersabar dan berlaku baik terhadapnya. Kita menyadari bahwa guru pun seorang manusia biasa yang bisa salah dan lupa. Guru tak luput dari berbuat dosa, baik sengaja ataupun tidak. Ia bukanlah manusia yang suci dan sempurna. Pastilah kekurangan-kekurangan ada padanya.
Adakalanya guru tergelincir pada kemaksiatan. Maka, berusaha untuk mengingatkannya sebagai saudara seiman adalah kewajiban. Ia berhak mendapatkan nasihat yang akan menyadarkannya dari kekhilafan. Bagaimanapun kesalahan atau penyimpangan dari hukum syarak harus diluruskan agar kembali pada yang semestinya. Tentulah nasihat itu disampaikan dengan cara yang makruf tanpa meninggalkan ketegasan sesuai hukum syarak.
Akhirulkalam, tetaplah berada dalam kemuliaan adab. Jadikanlah Islam sebagai akhlakmu. Percayalah, sesuatu yang baik pasti akan menuai kebaikan pula. Semoga berkah-Nya mengiringimu selalu.
Wallahu a’lam bishshawwab.[]
Terkadang kita kebablasan memperlakukan guru layaknya teman biasa, karena gurunya seumuran dengan kita..
MasyaAllah, Barakallah mba Deena. Motivasi yang luar biasa. Yang paling penting dahulukan abad kemudian ilmu. Sekarang banyak orang berilmu, namun tidak beradab.
Banyak generasi yang hilang adab kepada gurunya. Miris
Berilmu dan beradab.. jadi satu paket yg tidak boleh ditinggalkan..
Tulisan mbak Dina menyentuh kalbu. Mengingatkan pentingnya memuliakan guru sesuai porsinya. Generasi rusak dengan pemahaman yang batil akhirnya merusak adab mereka terhadap guru, sungguh miris.
Sistem yg rusak turut merusak manusianya..
Masyaallah, tulisan mbak Deena mengingatkan kembali akan adab terhadap guru yang kini mulai luntur. Semoga kita selalu memuliakan guru-guru kita.
Apalah kita kalau tidak ada guru yang mengajarkan.. hiks..
Masyaallah. Kanda tulisannya mesti penuh petuah pada diri yang faqir ini. Barokallah Kanda
Sbg self reminder buatku.. dan semoga bisa bermanfaat bagi yg lainnya jg
Masyaallah. Pentingnya memiliki adab sebelum menuntut ilmu. Agar keberkahan selalu menaungi. Ilmu yang diperoleh pun akan membawanya kepada ketaatan hakiki
Barakallah mba @ Deena
Betul mbak Atien.. adab jangan pernah ditinggalkan..
Betul, keberkahan ilmu kadang sangat erat dengan adab kita pada guru. Datangi gurumu, jangan guru suruh datang ke rumahmu, punya teman seperti itu, dan ternyata berefek pada ilmunya.
Betul mbak Isty..
Generasi sekarang memang banyak yang minim adab karena sistem sekuler memang tidak memerhatikan hal itu. Padahal menjaga adab bagian dari syariat Islam yang harus dijaga oleh setiap muslim. Barakallahu fiik Mb Dina
Betul mbak Firda.. banyak yg pintar, tp minus adab.. sedih banget..
Hari ini banyak anak2 yg tidak ada penghormatan pada guru. Malah guru banyak yg dipenjarakan dengan laporan kekerasan. Miris.
Apalagi tontonan di televisi juga mwncontohkan bagaimana pelakon di sinetron menjadikan gurunya bahan tertawaan.
Betul sekali.. miris banget..!
Masyaaallah tabarakallah naskah mb Deena ini mengingatkan betapa pentingnya menjaga adab terhadap guru. Jadi teringat pesan ortu. Setinggi apa pun pendidikan dan status di masyarakat bila tak pandai menghormati yg lebih tua akan rendahlah nilaimu. Pun sebaliknya. Karena kemuliaan seseorang terletak pada adabnya.
Masyaallah.. pesan ortu dan guru yang harus diingat..
Pas banget judulnya "penting". Karena isinya adalah hal yang penting banget, bagi kita pembelajar, karena ridha guru adalah salah satu datangnya keberkahan ilmu. Tetapi adab kepada guru ini sekarang banyak disepelekan, menganggap gurunya teman bercanda dan kurang adab dalam bergaul dengannya..miris..apalagi kalau gurunya kurang harta daripadanya..
Semoga Allah senantiasa menunjuki kita untuk senantiasa menghormati guru2 kita.. aamiin
Aamiin..
Adab kepada guru yg sering dilupakan.. padahal itu penting banget..