Wahai Allah yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku berada di atas agama-Mu. (HR. Tirmizi)
Oleh. Bunga Padi
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Syahdan, dalam hadis riwayat Bukhari Muslim Rasulullah saw. menuturkan, ada tiga perkara, barangsiapa di dalam dirinya ada ketiganya ini, niscaya akan mendapatkan manisnya iman. “Hendaklah Allah dan Rasul lebih dicintai daripada selain keduanya, hendaklah pula mencintai seseorang tidak lain cintanya itu kecuali karena Allah, dan hendaklah membenci kepada kekufuran setelah Allah melindunginya sebagaimana dirinya membenci untuk dilemparkan ke neraka jahanam.”
Bagi seorang muslim hadiah dan hidayah terbesar dalam hidup adalah ketika Allah menganugerahkan cahaya keimanan dalam dirinya.
Secara bahasa iman artinya percaya atau membenarkan. Merupakan keyakinan yang menancap kuat ke dalam hati. Tidak ada keraguan sedikitpun, sehingga memberi pengaruh bagi pandangan hidup seseorang.
Iman bagaikan suluh yang akan terus menerangi seorang hamba dalam meniti kehidupannya di dunia ini. Dengan iman pula ia akan berhati-hati dalam bertingkah laku, berbuat maupun berucap. Sungguh iman suatu karunia yang patut disyukuri dan kita dibanggakan. Jika setiap diri disuruh menghitung setiap nikmat iman yang Allah berikan, niscaya tak akan sanggup. Sungguh betapa besar nikmat iman itu!
Namun, sangat disayangkan bila kita telah meraih hidayah dan cahaya iman enggan merawat dan menjaganya agar tetap indah menawan. Bahkan untuk sekadar memberikan hak-haknya setiap hari seperti membaca Al-Qur'an, memperbanyak ibadah, dan amalan saleh lainnya terkadang masih diabaikan.https://narasipost.com/motivasi/12/2020/iman-yang-produktif/
Padahal, kehadiran iman yang dicintai dan manisnya yang dirasakan di dalam hati merupakan hadiah teristimewa dari Allah bagi insan yang bertakwa dan itu sangat "mahal". Oleh karenanya, hendaklah kita bertafakur dan memperkuat doa-doa untuk dilangitkan kepada Allah, agar senantiasa diberikan keistikamahan iman.
Allah telah menghadiahkan iman kepada kita. Dia pula yang menjadikan keberadaan iman itu kita cintai dan menjadi indah di dalam diri kita. Kemudian Allah pula yang menjadikan kita benci pada kekufuran, kemaksiatan, dan kefasikan. Tidak cukup sampai di situ Allah juga membentengi iman kita agar tetap kokoh paripurna. Tetapi, ketika cinta dan benci itu tidak dipelihara, maka keduanya akan pudar dan kita tak akan lagi merasakan manisnya iman.
Ketika seorang hamba telah menyerahkan seluruh kehidupannya kepada Allah Swt. dan telah berikrar setia selama hidupnya, maka konsekuensi cinta kita kepada Allah dan Rasulullah saw. sudah pasti akan menuntut banyaknya pengorbanan, ketaatan, ketabahan, dan keikhlasan. Bahkan mengundang datangnya ujian-ujian cinta yang tak terduga.
Di mana ujian itu hadir sejak pertama benih-benih cinta kepada Allah disemaikan. Allah telah mengabarkan dalam surah Al-Ankabut ayat 1 dan 2, firman-Nya berbunyi,
“Alif laam miim. Apakah manusia mengira mereka dibiarkan mengucapkan, ‘kami beriman kepada Allah, sedangkan mereka tidak mendapatkan ujian?’ Sungguh kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah benar-benar mengetahui orang-orang yang jujur dan Dia benar-benar mengetahui orang-orang yang berdusta.”
Ketika seorang hamba telah menyatakan keimanannya kepada Allah Swt., di saat itu pula ia telah mempersiapkan dirinya menghadapi berbagai badai ujian yang siap menghantamnya beserta kenikmatan-kenikmatan dunia yang akan menghampiri secara tak terduga.
Iya, begitulah cara Allah mencintai hamba-Nya sebagaimana Rasul saw. telah mengingatkan, bahwa sesungguhnya besarnya pahala selalu disertai dengan besarnya ujian yang akan dihadapinya, dan apabila Allah mencintai kaum itu, maka Allah pasti akan menguji mereka.
Ulama Hasan al-Basri menuturkan banyak orang yang mengaku dirinya mencintai Allah, maka Allah pun akan menguji mereka seperti yang tertuang dalam Al-Qur'an surah Al-Imran ayat 31 dan 32, yang bermakna ketika seseorang itu betul-betul mencintai Allah, maka kewajibannya mengikuti petunjuknya. Allah pun akan membalas mencintai hambanya dan mengampuni dosa-dosanya. Dalam ayat tersebut Allah juga menegaskan, agar taat hanya kepada-Nya dan Rasul saw., dan janganlah berpaling menjadi kafir setelah beriman kerena Allah tidak menyukai itu.
Berbicara soal cinta dan pengorbanan adalah dua perkara yang tak bisa dipisahkan. Masing-masing selalu akan menaikkan dan menunjukkan jati diri seseorang. Semakin besar pengorbanan seseorang, maka sebesar itu pula kadar cintanya. Semakin dalam rasa cinta tersebut, maka ia pun semakin berani menunjukkan identitas cintanya dengan membuktikan pengorbanannya secara tulus dan mulia.
Kehidupan yang serba ada dengan segala fasilitas atau kehidupan dengan keterbatasan ekonomi yang terus mendera. Apakah mereka akan dibiarkan luput begitu saja tanpa ujian yang berat dari Allah maupun ujian cinta? https://narasipost.com/challenge-np/07/2023/nikmat-iman-dan-islam-yang-terlupakan/
Selama masih berpijak di muka bumi, tidak ada seorang pun yang tidak mendapatkan ujian yang berat. Terutama dalam membimbing perasaannya menuju apa-apa yang diperintahkan Allah dan apa-apa yang menjadi keridaan-Nya. Pun secara fisik terasa berat menuntut ketabahan hati, luasnya rasa sabar, serta kemampuan menahan diri dari hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri saat menghadapi ujian yang dijanjikan Allah Swt. tersebut.
Telah berlembar-lembar torehan pena melukiskan betapa hebatnya para kekasih Allah menyambut ujian cinta itu dengan kesungguhan dan jiwa yang mantap. Tak ada waktu lagi untuk menunda-nunda pengorbanan demi cinta mereka kepada Allah Swt.
Lihatlah, betapa banyak darah mereka tertumpah menggenangi bumi menjadi syuhada di medan jihad. Tiada gentar mengorbankan jiwa raga serta harta di jalan Allah. Bahkan mereka sangat merindukan panggilan syahid tersebut.
Masyaallah tabarakallah, ketika cinta-Nya telah bersemayam kokoh dalam relung hati seorang hamba, siapakah yang mampu mengadangnya? Beruntunglah mereka yang senantiasa merawat dan memupuk iman dalam jiwa dan kalbunya.
Belajar tentang pengorbanan dari khulafaurasyidin di antaranya Khalifah Abu Bakar As-Shidiq dengan menginfakkan seluruh hartanya di jalan Allah. Tak mau ketinggalan, sahabat Abdurrahman bin Auf juga rela membiayai 300 mujahid yang dilengkapi dengan persenjataan, perbekalan, dan harta untuk keluarga yang ditinggalkan saat mereka berjuang memenuhi panggilan Allah. Masyaallah.
Betapa Iman kita yang tertanam dalam hati akan tampak menjadi indah menawan, manakala kita selalu menunjukkan bukti cinta kepada Allah dengan setia mengikuti aturan kehidupan sebagaimana yang telah dicontohkan kekasihnya Rasulullah saw.
Sejatinya, tiadalah perkara yang paling nikmat bagi seorang hamba yang bertakwa, tatkala iman Islam selalu menyelimutinya di tiap detak alunan napasnya serta mengitari di tiap detik waktu yang dilaluinya. Dengan harapan keridaan Allah tercurah untuknya.
يا مقلِّبَ القلوبِ ثَبِّتْ قلبِي على دينِك
“Wahai Allah yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku berada di atas agama-Mu.” (HR. Tirmizi)
Wallahu a'lam bishawab.[]
Masya Allah. Ujian sebagai pembuktian cinta pada NYA.Semoga kita tetap Istiqomah. Aamiin
Na'am ukhty ujian terkadang memang menguji dan butuh bukti.
Aamiin ya Allah
Masyaallah, jazakillah khoir atas pengingatnya, kita sering tidak sadar bahwa semua yang menimpa kita baik senang ataupun susah adalah ujian, siapa yg bs melewatinya maka dia sudah menunjukkan bukti cintanya kepada sang pencipta
Aamiin ya mujibassailiin mb Mafucha
Mau tanya, Mba Mimi Muthmainah sama dengan Bunga Padi, yaa?
MasyaaAllah,, ke mana sj diriku..
Two in one, mb Muthiah Al-Fath hihihi
Haha,, iya 2 dalam 1..
MasyaaAllah Barakallah Mba Mimi
Masyaallah, barakallah Mbak Mimi. Betul, nikmat iman yang Allah anugerahkan harus dirawat sebaik-baiknya. Sebab, iman adalah salah satu nikmat yang luar biasa dan hanya diberikan pada orang-orang beriman.
Aamiin Ya Mujibassailiin sepakat ya
MasyaAllah, Bunga Padi bukankah mbak Mimi ya ..
Barakallah, semoga kita termasuk orang-orang yang Allah beri kemudahan untuk merawat Iman.
Aamiin Allahumma Aamiin
Bener mbakkoe..makasih ya udah mampir
Benar sekali. Merawat iman itu penting. Ini bisa dilakukan dengan cara memohon ketetapan iman kepada-Nya, berkorban dalam menjalankan syariat-Nya, dan bersabar dalam menghadapi ujian-Nya.
Dengan terus memohon doa kepada Allah agar terus diberikan ketetapan hati. Insyaallah akan mudah menjalaninya.
Nikmat terbesar bagi kita adalah nikmat iman. Tanpa iman, sebanyak apa pun amal kebaikan akan sirna. Maka dari itu, iman wajib dirawat dengan ketaatan pada Allah Swt.
Masyaallah benar ukhti semoga istikamah dalam iman dan Islam hingga nyawa berlepas raga.Aamiin
Barakallah, Mba. Bener banget nikmat terbesar yang diberikan Allah adalah keimanan masih membersamai kita. Kita bertugas untuk merawat keimanan tersebut agar tetap kokoh. Semoga hati kita semua senantiasa berada di jalan yang benar. Aamiin karena mengingat Allahlah yang Maha Membolak-balikan hati.
Aamiin ya Allah
MaayaAllah ....
ujian ini adalah tanda cinta Allah kepada hamba-Nya yang beriman.
Aku terima ya, Allah.
Asal Engkau rida.
Aamiin ya Allah
Masyaallah tabarakallah, betapa pentingnya merawat keimanan yg telah Allah anugerahkan agar tetap indah menawan. Mengingat kadar keimanan bisa mengalami naik turun semoga dengan terus memberikan hak2 hariannya menjadi sehat dan tetap terawat. Jazakillah khairan NP.