Ketika Kecewa Datang Melanda

Kecewa melanda

Seorang hamba hendaknya fokus pada hari ini. Hendaknya ia kerahkan kemampuan dan usahanya untuk memperbagus amalan hari ini dan waktu yang dihadapi. Ketika seseorang konsentrasi untuk itu, ia akan melupakan rasa kecewa yang bercokol di dalam dada.

Oleh. Isty Da’iyah
(Kontributor NarasiPost.Com dan Penulis Buku Jejak Karya Impian)

NarasiPost.Com-Semua manusia pasti pernah merasakan kecewa atau rasa tidak puas akibat keinginan yang tidak bisa terlaksana. Sehingga perasaan ini sering menimbulkan rasa sedih, jengkel, marah, akibat kenyataan yang diinginkan dan tidak sesuai dengan harapan. Namun, ini adalah warna dari kehidupan yang dijalani manusia. Karena Allah Swt. menjadikan dunia sebagai tempat pemberian beban dan ujian.

Sesekali merasa tidak baik-baik saja, itu wajar. Tidak harus terus-menerus bersembunyi di balik topeng kekuatan.

Sesekali boleh saja mengungkapkan kalau kita sedang kecewa, agar hati terasa lega. Dan setelah itu lihatlah, kekecewaan, kesedihan, kepatahan, dada yang serasa sesak karena penuh masalah, itu adalah bentuk dari betapa Allah Maha Baik. Allah sedang mengajarkan banyak hal. Allah mungkin sedang menegur kelalaian kita dan ingin membawa kita untuk lebih mendekatkan lagi kepada-Nya. Begitu sayangnya Allah kepada hamba-Nya. Maka mendekaplah pada-Nya, peluklah Allah dalam sujudmu sambil berbisik :

"Kuatkan aku ya Allah agar bisa melalui ini semua..."

Kita boleh mengeluh, menangis, kecewa, patah, tetapi jangan menyerah. Ada Allah tempat kita berpasrah. Karena Allah menetapkan dunia dengan menghiasi kenikmatan dan kebalikannya. Ada rasa sehat, sakit, senang, sedih, dan bencana. Pun dengan kecewa dan ujian yang datang melanda.

Seorang muslim tidak akan merasa aneh dengan hal ini ketika ia sadar bahwa  warna-warni kehidupan merupakan wujud keagungan dan kekuasaan-Nya. https://narasipost.com/motivasi/05/2021/agar-diri-tak-mudah-kecewa/

Menyadari bahwa dunia merupakan tempat berpisah dan berpindah, tiada yang abadi di sini. Pun dengan segala rasa yang dialami. Ada rasa suka, duka, sedih, bahagia, dan kecewa. Ingatlah Allah akan memberikan beban kepada pundak yang tepat. Karena hanya Allah Swt. yang mempunyai takaran akurat. Melalui ujiannya kita akan mengenal Allah lebih dekat. 

Berbagai perwujudan pada kenyataan yang kadang indah, manis, bahkan pahit. Demikian pula dengan rasa kecewa yang sering hadir di dalam jiwa manusia adalah bagian dari warna-warni dunia. Namun, sedalam apa kecewa itu tidak akan pernah disebut beban, karena setiap beban yang menyertai pasti diberikan bersama dengan jalan keluarnya.  Di dalamnya akan ada ibadah yang merupakan buah dari rasa butuh. Menjadikan kecewa sebagai sebuah titik balik untuk kembali kepada Allah, agar tidak pernah mengharap kepada selain-Nya. Sehingga kita akan mengangkat tangan menunjukkan kepasrahan diri kepada Allah semata.

Kecewa dan kesulitan di dunia merupakan sebuah rangkaian kehidupan.  Allah ciptakan rasa kecewa agar manusia tidak jemawa, sekaligus akan semakin membuat dekat kepada Sang Pencipta. Karena sesungguhnya apa pun keadaan seorang muslim di dunia, tujuannya hanyalah mengharap rida-Nya dan kebahagiaan di akhirat. Jika rida dengan kehidupan yang kita jalani maka kita akan merasa cukup, sehingga kita bisa segera melupakan kecewa yang sering datang menghampiri kita.

Jangan habiskan usia kita hanya untuk sebuah kekecewaan, tidak akan ada manfaatnya. Hadapi kenyataan, maafkan atas segala keadaan. Ubah rasa kecewa menjadi bahagia. Fokus kepada tujuan hidup kita, yakni mencari bekal untuk kebahagiaan yang kekal. Memperbanyak memperbaiki amal bukan menambah sesal.

Sebagai seorang mukmin haruslah percaya bahwa kecewa adalah bagian dari ujian Allah Swt., sebab apa pun yang datang pada diri kita adalah bagian dari takdir-Nya. Masalah dan datangnya ujian bukan berarti Allah tak sayang, tetapi ini adalah bentuk bahwa Allah sedang menunjukkan betapa Allah Maha Penyayang. 

Hal yang harus kita ucapkan dan kita lakukan ketika kita merasa kecewa tidak lain adalah bersabar. Tidak berkeluh kesah, menahan diri, menahan lisan dari mengeluh, menahan anggota badan dari menyakiti tubuh. Namun, haruslah kita memperbanyak istigfar, memohon ampun adalah solusi terbaik jika kita sedang menghadapi kecewa. Ketika kecewa sering datang melanda memang terasa berat. Namun, di balik itu semua ada hadiah indah dari Allah jika bisa menjalaninya. Ada surga sebagai balasan untuk itu semua. 

Jadi, seberat apa pun kecewa, marilah kita selalu mencoba sabar dan ikhlas. Ingatlah akan surga yang Allah janjikan. Ingatlah tidak akan selamanya kesal, kecewa, sedih, terus menyertai kita. Karena sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan. Sebagaimana kecewa adalah bagian dari ujian, maka hal ini haruslah menumbuhkan kesadaran dan senantiasa berbaik sangka kepada Allah dalam kondisi apa pun. Bahwa yang terjadi adalah yang terbaik menurut Allah. Sebagaimana Allah telah mengingatkan kita di dalam Al-Qur’an di surah Ali Imran ayat 200 yang artinya,

“Hai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu.”

Memang sabar mudah dikatakan, mudah diucapkan sebatas lisan. Namun, susah untuk dilaksanakan. Akan tetapi jika kita berhasil menjalaninya, maka Allah akan memberikan pahala yang akan mengantarkan kita ke surga sebagaimana Imam Syafi'i yang berkata dalam syairnya: 

“Bersabarlah dengan kesabaran yang baik, niscaya kelapangan itu begitu dekat. Barang siapa yang mendekatkan diri kepada Allah untuk lepas dari kesulitan ia pasti akan selamat.”

Kalau kita cermati, memang tidak satu pun yang kita rasakan kecuali semuanya adalah kenikmatan. Sehingga tidak ada alasan lisan kita untuk tidak bersyukur dan tidak layak kita bersedih. 

Dalam sebuah kitab,  Syaikh Abdurrahman as Sa’idi menjelaskan bahwa salah satu sebab untuk menepis rasa gundah dan sedih adalah fokus pada amalan hari ini, tidak terlalu khawatir dengan apa yang akan datang, dan tidak sedih berlebih dengan masa lalu. Karena itu, Rasulullah berlindung kepada Allah taala dari hazn dan hamm.

Hazn adalah penyesalan berlebihan terhadap masa lalu yang tidak mungkin kembali dan diperbaiki. Sedangkan hamm  adalah kekhawatiran terhadap masa depan.

Seorang hamba hendaknya fokus pada hari ini. Hendaknya ia kerahkan kemampuan dan usahanya untuk memperbagus amalan hari ini dan waktu yang dihadapi. Ketika seseorang konsentrasi untuk itu, ia akan melupakan rasa kecewa yang bercokol di dalam dada.

Wallahu’alam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
isty Daiyah Kontributor NarasiPost.Com & Penulis Jejak Karya Impian
Previous
Setan Bisu
Next
Perjalanan Hidup Seorang Anak Manusia
4 3 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

13 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Mimy Muthamainnah
Mimy Muthamainnah
1 year ago

Masyaallah tabarakallah naskah mb Isty selalu damai dihati

Nirwana Sadili
1 year ago

Setuju, jangan habiskan waktu hanya untuk meratapi kekecewaan.

Orang yang beriman tidak akan kecewa karena bergantung kepada Allah sedangkan Allah tidak pernah mengecewakan hambanya

Wd Mila
Wd Mila
1 year ago

Kecewa itu ketika kita terlalu berekspektasi tinggi dan menaruh harapan kepada selain Allah..
Tetap fokus mencari rida Allah Swt semata, InsyaaAllah tidak akan kecewa...

Atien
Atien
1 year ago

Hidup senantiasa diiringi berbagai masalah. Diwarnai dengan suka maupun duka. Namun semua kita kembalikan kepada Sang Pencipta.
Barakallah mba@Isty.
Naskahnya menjadi pengingat diri untuk selalu berprasangka baik kepada-Nya atas segala masalah yang menimpa.

Neni Nurlaelasari
Neni Nurlaelasari
1 year ago

Masya Allah. Tulisannya sangat mencerahkan. Mengelola rasa kecewa dengan fokus pada hari ini. Jazakillah penulis.

Nining Sarimanah
Nining Sarimanah
1 year ago

Kecewa hal manusiawi, siapa pun dia pasti merasakan. Nmun rasa itu jangan dipelihara, dekatilah Allah, karena Dia tidak pernah mengecewakan hambanya.

Isty Da'iyah
Isty Da'iyah
1 year ago

Tulisan ini adalah sebagai obat dan terapi terhadap diri sendiri bagi saya pribadi, ketika kecewa datang melanda.

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
1 year ago

Rasa kecewa tentu tak mungkin lepas dari manusia. Namun rasa kecewa tersebut mesti harus disandarkan pada aturan Allah agar tidak salah dalam menyikapinya

Mimy Muthamainnah
Mimy Muthamainnah
1 year ago

Setiap orang pasti mengalami rasa kecewa tapi bukan utk diratapi, namun pembeljaran tersembunyi di sebaliknya, lalu berpikir bagaimana mengoptimal diri pada potensi yg dimiliki. Apalgi sbg seorang yg beriman sangat paham akan tujuan hidupnya utk terus produktif beramar makruf nahi mungkar.

Dia dwi arista
Dia dwi arista
1 year ago

Suka dengan "Jangan habiskan waktu kita dengan kekecewaan"

Kecewa itu wajar, tapi emang gak boleh menghabiskan hidup dengan terus memupuk kecewa. Ikhlas berarti ya

Sartinah
Sartinah
1 year ago

Betul Mbak Isty, meski kita kadang atau sering kecewa, jangan sampai kekecewaan, kesedihan itu membuat kita putus asa. Semoga kita senantiasa diberi kesabaran atas setiap ujian. Aamiin

Wiwik Hayaali
Wiwik Hayaali
1 year ago

Baraakallah buat penulis ❤️

Terima kasih tulisannya, Mbak. Ya, kecewa adalah bumbu yang mempermanis kehidupan. Ada kegembiraan, ada pula kekecewaan. Ketika kecewa tak ada, sungguh, bahagia pun tak akan pernah dirasakan.

Ragil
Ragil
1 year ago

Kesulitan, kesedihan, kekecewaan itu adalah ujian bagi kita agar mendekat pada Zat Yang Memberi solusi, yakni Allah taala. Bersama kesulitan akan ada kemudahan2.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram