"Betapa meruginya orang-orang yang melalaikan dua perkara yang amat berharga hari ini, yaitu nikmat sehat dan waktu luang. Maka, perbanyaklah ketaatan kepada Allah Swt. selagi kedua nikmat itu belum Allah cabut. Sebab, keadaan sehat sewaktu-waktu akan disusul keadaan sakit. Demikian pula waktu luang akan disusul dengan kesibukan."
Oleh. Miladiah al-Qibthiyah
(Wakil RedPel NarasiPost.Com)
NarasiPost.com-Islam begitu sempurna mengatur roda kehidupan manusia. Ada kalanya manusia berada di atas, namun tak dimungkiri mereka sewaktu-waktu akan berada di bawah. Roda kehidupan itu berjalan ibarat silih bergantinya siang dan malam. Kita sepatutnya mengisi perjalanan kehidupan kita dengan hal-hal yang mendatangkan maslahat, sebab kitalah makhluk sempurna yang diciptakan oleh Allah Swt. dengan beragam nikmat, anugerah, dan karunia yang Allah limpahkan pada hamba-Nya.
Manusia memiliki waktu 24 jam dengan rutinitas yang beragam. Dari bangun tidur hingga tidur kembali, kehidupan mereka senantiasa harus diisi dengan hal-hal yang membawa pada kebaikan. Sebab, bagi setiap muslim waktu itu amatlah berharga. Selain itu waktu termasuk salah satu nikmat Allah Swt. yang tidak boleh disia-siakan. Saking berharganya waktu, Allah Swt. bersumpah dengan menggunakan kata "waktu" di dalam surat Al-Asr:
وَالْعَصْرِۙ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ
“Demi masa (waktu), sungguh manusia berada dalam kerugian.” (QS. Al-Asr: 1-2)
Waktu bagi manusia hakikatnya adalah usianya sendiri. Disaat waktu berlalu, maka usia manusia pun semakin berkurang. Rasulullah saw. sering memperingatkan kita tentang berharganya waktu. Salah satunya dengan beberapa hadis tentang menghargai waktu, di antaranya:
1. Jangan Tertipu dengan Waktu Luang
Banyak dari kita yang sering melalaikan waktu yang ada. Waktu yang kita punya jika dimanfaatkan dengan baik justru akan menjadi penyelamat di hari akhir. Mengapa? Sebab kita tidak menyia-nyiakan waktu dengan hal-hal yang tidak berguna. Kita memahami betul sisa waktu yang ada hanya untuk beribadah kepada Allah. Kita mengisi waktu luang dengan hal-hal yang mendatangkan maslahat di dunia maupun di akhirat. Jangan sampai kita merugi sebab tertipu dengan banyaknya waktu luang semasa di dunia.
Rasulullah saw. bersabda:
نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالفَرَاغُ
Artinya: "Dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalam keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang." (HR Bukhari, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Abdul Fattah bin Muhammad dalam Qimatuz Zaman ‘Indal ‘Ulama menjelaskan bahwa kata ‘tertipu’ dalam hadis ini artinya merugi. Begitu banyak umat manusia yang merugi sebab nikmat sehat dan waktu luang yang terlalaikan. Ada yang diberi nikmat sehat, namun ibarat tak punya waktu untuk persiapan bekal akhirat dikarenakan terlalu sibuk dengan urusan kehidupan dunia.
Betapa penting dan berharganya dua perkara yang terkadang dilalaikan manusia saat ini, yaitu nikmat sehat dan waktu luang. Maka, perbanyaklah ketaatan kepada Allah Swt. selagi kedua nikmat itu belum Allah cabut. Sebab, keadaan sehat sewaktu-waktu akan disusul keadaan sakit. Demikian pula waktu luang akan disusul dengan jadwal kesibukan.
عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه مرفوعاً: «إنَّ الشيطانَ قال: وعِزَّتِك يا رب، لا أَبرحُ أُغوي عبادَك ما دامت أرواحُهم في أجسادهم، قال الربُّ: وعِزَّتي وجَلالي لا أزال أغفرُ لهم ما استغفروني».
[حسن] - [رواه الإمام أحمد]
"Dari Abu Sa'īd Al-Khudri -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū',"Sesungguhnya setan berkata, "Demi kemuliaan-Mu wahai Tuhanku, aku tidak akan pernah berhenti menyesatkan hamba-hamba-Mu selama nyawa mereka berada di tubuhnya." Allah berfirman, "Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku tidak akan henti-hentinya memaafkan mereka, selama mereka memohon ampun kepadaku."
2. Waktu Dipertanggungjawabkan di Hadapan Allah Swt.
Rasulullah saw. bersabda: "Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi Rabb-Nya, hingga dia ditanya tentang lima perkara, tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia belanjakan, serta apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu yang dimilikinya." (HR Tirmidzi)
Kita sering kali mendengar ucapan tentang "hargailah waktu". Menghargai waktu memang telah digambarkan dalam sebuah hadis dan hal ini menunjukkan bahwa umat Islam harus melakukan dan memperbanyak amal saleh di sepanjang perjalanan hidupnya, sebab semua akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt. termasuk adanya waktu ini. Agar manusia dapat mempertanggungjawabkan setiap waktu yang dilalui dengan baik di akhirat.
Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan: “Waktu manusia adalah umurnya yang sebenarnya. Waktu tersebut adalah waktu yang dimanfaatkan untuk mendapatkan kehidupan yang abadi penuh kenikmatan dan terbebas dari kesempitan dan azab yang pedih. Ketahuilah bahwa berlalunya waktu lebih cepat dari berjalannya awan (mendung). Barangsiapa yang waktunya hanya untuk ketaatan dan beribadah pada Allah, maka itulah waktu dan umurnya yang sebenarnya. Selain itu tidak dinilai sebagai kehidupannya, namun hanya teranggap seperti kehidupan binatang ternak.”
Usia yang Diberkahi
Waktu dan usia ibarat dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Setiap dari kita tentu ingin mendapatkan usia yang berkah. Usia yang berkah ini bisa dilihat dari seberapa pentingnya seseorang menghabiskan waktunya di dunia. Apakah waktu yang dimiliki digunakan sebaik-baiknya di sisa usia yang diberikan Allah? Apakah di sepanjang usia yang dimiliki diisi oleh hal-hal yang mendulang pahala di sisa garis waktu yang ada?
Sungguh, siapa saja yang usianya diberkahi Allah, maka Allah tidak akan memberi jarak pada hamba-Nya. Allah akan memberinya kedekatan dengan-Nya berupa anugerah dan kesadaran yang mendorong setiap hamba-Nya selalu ingin menggunakan waktunya dengan baik, yakni bermunajat pada-Nya. Yang dengan waktu itu ia tergerak untuk senantiasa melakukan amal saleh sepanjang hidupnya.
Sebab sebaik-baik usia adalah yang diberkati oleh Allah Swt. Maka, benarlah ketika Rasulullah bersabda di depan para sahabat tentang usia yang berkah. Sabda Rasulullah saw.,
“Wahai Rasulullah, siapakah sebaik-baik manusia?” Beliau menjawab: “Orang yang panjang umurnya dan baik amalannya.” (HR. Tirmidzi)
Maka tak heran jika hari ini banyak yang berdoa agar diberi usia yang panjang lagi berkah. Sebab, mereka meyakini bahwa tanda orang terbaik salah satunya adalah apabila ia berumur panjang dan hidupnya penuh dengan amal-amal saleh (kebaikan). Tentu kita tidak ingin menjadi orang-orang yang diberi umur panjang namun miskin akan amal-amal kebaikan. Oleh karena itu, di sisa waktu dan usia yang Allah anugerahkan pada kita, maka hiasilah dengan amal saleh. Jangan menjadi orang yang merugi sebab usia panjang dan waktu yang lapang, namun diisi dengan hal-hal yang mendatangkan mafsadat atau mudarat. Wallahu a'lam bi ash-shawab.[]
Photo : Pinterest