Jangan Menjadi Pengemban Dakwah Apa Adanya

“Jika mereka (Yahudi) tidak tidur siang dan malam untuk menunjukkan cintanya pada agama mereka, padahal agama itu bukanlah agama yang benar. Lalu, bagaimana dengan kita? Allah sudah muliakan kita dengan Islam, maka apakah kita sudah memuliakan Islam dengan karya-karya kita?” (Syekh Muhammad Al Makki)

Oleh. Rahmawati Ayu Kartini
(Kontributor NarasiPost.Com dan Pemerhati Sosial)

NarasiPost.Com- Seorang ulama Mesir, Syekh Muhammad Al Makki mengisahkan tentang Isaac Rabi, seorang ilmuwan Yahudi dari Amerika Serikat yang menerima nobel bidang Fisika pada tahun 1944. Karena kecintaannya yang besar pada Fisika, ia gunakan waktu siang dan malamnya untuk menemukan ilmu baru.

Nobel prize adalah penghargaan yang diberikan kepada orang-orang yang berprestasi bagi umat manusia. Selama nobel prize diberikan sejak tahun 1901 s.d. tahun ini, sudah ada 900 orang yang mendapatkannya. Dan seperlimanya adalah orang Yahudi!!

Isaac Rabi ditanya wartawan saat menerima penghargaan nobel : “Apa motivasi Anda untuk meraih nobel? Untuk apa Anda mengabdikan diri pada ilmu fisika? Apa untuk Amerika Serikat? Apa untuk istri dan anak-anak Anda?”

Isaac Rabi menjawab pertanyaan itu dengan sederhana, namun menampar kita semua: “Aku melakukannya untuk Zionisme! Aku melakukannya untuk terbitnya Negara Israel di atas reruntuhan tanah Palestina!”

Isaac Rabi bukan seorang muslim, namun ia memberi sengatan kuat yang mendobrak kesadaran kita. Ia melakukan segala usaha dan daya upaya untuk Zionisme dan berdirinya Israel di atas reruntuhan tanah Palestina.

“Jika mereka (Yahudi) tidak tidur siang dan malam untuk menunjukkan cintanya pada agama mereka, padahal agama itu bukanlah agama yang benar. Lalu, bagaimana dengan kita? Allah sudah muliakan kita dengan Islam, maka apakah kita sudah memuliakan Islam dengan karya-karya kita?” tegas Syekh Muhammad Al Makki.

Seorang Panglima Zionis Israel, Moshe Dayan, pernah berkata di hadapan pasukannya, “Kau tahu mengapa umat Islam kalah? Pertama, karena tidak mau belajar agungnya sejarah mereka. Kedua, karena tidak mau merencanakan sesuatu dengan matang. Ketiga, karena mereka malas.”

Cita-cita Isaac Rabi yang setinggi langit, ternyata bukan tentang dirinya, bukan tentang egonya, bukan pula tentang ambisi pribadinya. Manusia seperti Isaac Rabi tidak hanya satu. Ada jutaan orang Yahudi yang siang malam membanting tulang, memeras pikiran, dan memanaskan mesin badannya ketika yang lainnya lelap dalam tidur. Mereka menceburkan diri dalam penelitian dan observasi di kala orang-orang bermain dan bercanda untuk membela sesuatu yang tidak benar.https://narasipost.com/2020/11/05/siasat-yahudi-dan-pengaruhnya-terhadap-dunia-islam/

Kita tahu bahwa Yahudi hari ini adalah agama yang menyimpang dari ajaran aslinya yang berasal dari Nabi Musa a.s.. Namun, mereka meyakininya, bahkan mempersembahkan hidup dan matinya untuk Yahudi.

Tentunya ini adalah tamparan keras bagi kita yang memahami bahwa Islamlah agama yang benar. Namun, sebagai pengemban dakwahnya kita belum mengerahkan kemampuan yang optimal sebagaimana orang-orang Yahudi tadi. Padahal, kita sadar betul bahwa kita hari ini sedang mengantre untuk menjalani jatah hidup yang entah sampai kapan lagi. Kita terkadang masih larut dalam kelalaian dan kesibukan dunia.

Covid-19 kemarin memberikan banyak pelajaran kepada kita dengan kepergian banyak ulama dan pengemban dakwah ke haribaan-Nya. Mereka pergi menyisakan hikmah, semangat, dan teladan dalam berkorban di jalan Allah.

Kiprah manusia-manusia mulia ini membuat kita cemburu. Istikamahnya mereka dalam mengemban amanah dakwah hingga akhir hayat membuat kita bertanya-tanya, “Adakah kelak kita bisa berakhir dalam keadaan yang sama?” Banyak-banyak kita belajar darinya. Tentang kegigihan dan karya jariah yang mereka torehkan selama hidup hingga mereka bertemu Rabbnya.

Memang cinta perlu bukti. Kita mengaku mencintai dakwah. Cinta itu meminta segalanya dari kita. Kita bersama jemaah bergerak untuk menghidupkan sinergisitas demi mewujudkan tujuan dakwah. Tak boleh ada yang katakan, “Apalah saya yang tak bisa apa-apa.”

Semuanya berpotensi. Semua memiliki peluang berkontribusi dalam proyek besar dakwah untuk menegakkan syariat Allah di muka bumi.

Jangan lagi ada dalih bernada minder. Tak boleh diri larut dalam kemubahan. Dakwah inilah rekreasi kita. Dakwah inilah nikmat besar dari Allah. Nikmat ini takkan bisa dijangkau oleh mereka yang berdalih.

Ingatlah saat Nabiyullah Muhammad saw. mengatakan kepada istri tercintanya, “Laa rohata ba’dal yaum (Sejak hari ini tidak ada kata istirahat, wahai Khadijah).” Artinya, sejak dakwah
ini kita kenal dan kita memutuskan menjadi pengembannya, maka tak ada istirahat bagi kita kecuali saat kaki kita menapak di surga.

Memang kita semua punya kepayahan, tetapi yakinlah bahwa Allah menyaksikan kita berusaha istikamah meski tergopoh dalam menunaikan amanah dakwah. Allah tahu setiap kesulitan kita. Allah pun memahami asa yang kita selipkan dalam doa-doa yang kita panjatkan. Namun, apa yang perlu nampak nyata adalah performa kita dalam menjemput pertolongan Allah. Kalau bukan semasa masih ada hayat di badan, kapan lagi kita mau berjuang?

Jangan menjadi pengemban dakwah apa adanya. Mari kerahkan segenap kemampuan yang Allah titipkan kepada kita seoptimal mungkin di jalan Allah. Kekuatan kita akan meningkat, bahkan mencapai seratus persen jika kita utamakan Allah dan Rasul-Nya. Sebaliknya, kekuatan kita akan menurun, bahkan hingga lima persen jika kecintaan kepada dunia melebihi cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Naudzubillahimindzalik!![]


Photo : Pinterest

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Rahmawati Ayu Kartini Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Drama Harga BBM Berakhir Sad Ending
Next
Kritik Berujung Bui dan Robohnya Mitos Demokrasi Arab Saudi
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram