Bukan Muslimah Biasa!

"Sebagai pribadi muslim yang diberi oleh Allah nikmat hidayah Islam, kita wajib berbenah menjadi sosok-sosok muslimah yang istimewa. Melawan ide-ide sekuler dalam kehidupan perlu upaya yang besar, sehat akal, dan tingginya pemikiran."

Oleh. Yana Sofia
(Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.com-Mari kita bicara tentang problem mayoritas muslimah alami, khususnya saat menghadapi pahit manis ujian di masa awal-awal hijrah. Berbeda dengan laki-laki hijrahnya tidak terlalu kentara, sebab cara berpakaiannya sama sebelum dan sesudah hijrah. Sedangkan bagi muslimah wajib memakai pakaian syar'i berupa jilbab dan kerudung, sementara dua hal ini masih dianggap pakaian 'tertentu' dalam masyarakat kita.

Kenapa penulis menyebutnya 'tertentu'? Karena pakaian syar'i telah disalahartikan oleh mayoritas kita sebagai pakaiannya anak-anak pesantren, ustazah, atau istri ustaz saja. Bahkan, ada suara sumbang yang mengatakan terlalu 'berlebihan' jika melihat orang 'biasa' berhijab syar'i.

Lantas, benarkah pakaian syar'i hanya diwajibkan kepada wanita 'tertentu' saja? Apakah layak stigma 'berlebihan' dilekatkan pada wanita yang berhijab? Fenomena inilah yang hendak kita bahas, semoga Allah memberkahi kita dengan ilmu dan pemahaman yang lurus.

Siapa yang Berlebihan?

Penulis pernah ditanya oleh seorang teman hijrah tentang bagaimana menghadapi suara sumbang yang mengatakan jilbab hanya pantas dikenakan oleh ustazah atau istri ustaz saja? Teman hijrah penulis ini hanya ibu rumah tangga biasa, bukan anak pesantren, apalagi istri ulama. Terkadang suaminya malu akan penampilan si istri, karena berpakaian yang mengundang perhatian.

Entah 'perhatian' seperti apa yang dimaksud si suami. Yang jelas ada kesalahpahaman yang amat besar di sini. Di mana sebagai muslim kita wajib segera mengoreksi bahwa hijab bukan hanya untuk golongan 'tertentu'. Sehingga pribadi muslim mana pun dan seluruh umat Islam tentunya, tidak salah kaprah lagi terkait kewajiban hijab.

Pertama, kita perlu menjelaskan bahwa tidak semua hal yang menjadi kebiasaan umum dan disepakati bersama, dipandang benar dari sisi agama. Misal, mengumbar aurat adalah hal yang lazim dilakukan di masyarakat, padahal tindakan ini menyalahi perintah agama. Sedangkan hal yang dianggap 'berlebihan' yakni berhijab syar'i, inilah cara berpakaian yang sesuai dengan tuntunan agama.

Kedua, syariat Allah diturunkan pada seluruh umat manusia, bukan untuk pribadi 'tertentu' saja. Ketika Allah menyeru untuk berhijab syar'i (jilbab dan kerudung), maka perintah ini menjadi kewajiban mutlak bagi setiap muslimah saat keluar rumah. Tak peduli dia anak ulama atau anak petani, istri presiden atau istri pemulung. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Ahzab ayat 59,

"Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka."

Ketiga, kita harus menyadari bahwa umat Islam sedang berada di posisi kemundurannya. Karenanya, kita tidak boleh manut pada opini mayoritas. Opini yang mengatakan, "Berpakaian biasa saja, tak perlu berlebihan," ini adalah pendapat yang salah kaprah. Karena pada dasarnya, orang-orang yang menentang perintah Allah dan Rasul-Nya inilah yang berlebihan dan melewati batas. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Maidah ayat 87,

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengharamkan apa yang baik yang telah dihalalkan Allah kepadamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas."

Masalah Keumatan

Pada dasarnya, label 'melewati batas' hanya tuduhan batil, dari mereka yang memaksakan kemaksiatan sebagai hal yang biasa dan menuduh para muslimah yang menutup aurat sebagai pihak yang kadrun dan 'berlebihan'. Telah Allah bantah tuduhan itu secara jelas dalam Al-Maidah di ayat ke-87 tersebut. Bahwa sebenarnya orang yang melanggar perintah Allah, memperdebatkan yang halal, dan mempersulit orang lain untuk taat itulah kaum yang melampaui batas.

Pada akhirnya, problem ini merupakan masalah keumatan yang memang lazim dialami oleh sebuah bangsa yang tengah mengalami kemunduran. Ada dua cara penjajah menancapkan hegemoni di negara yang dijajah yakni penjajahan fisik dan nonfisik. Berbeda dengan penjajahan secara fisik, penjajahan nonfisik tidak mudah dirasakan. Penjajahan ini terwujud dalam bentuk kontrol atas politik, ekonomi, budaya, bahkan pemikiran. Lewat kolonialisme dan imperialisme penjajah menanamkan ide-ide sekularisme (ide pemisahan agama dari kehidupan) di tengah masyarakat kita. Sehingga syariat agama Islam menjadi asing di tengah kaum muslim sebagai pemeluk agama mayoritas bangsa ini.

Maka, tak perlu heran jika muslimah yang berhijab syar'i dianggap 'berlebihan', karena bagi penganut sekularisme apa pun yang berkaitan dengan agama hanya boleh dilakukan di tempat khusus, bukannya di tengah kehidupan. Bahkan, hal-hal yang berkaitan dengan aturan muamalah seperti politik, ekonomi, budaya, dan lainnya, harus dipisahkan secara mutlak dari kehidupan sepenuhnya.

Jadilah istimewa!

Mau tidak mau, sebagai pribadi muslim yang diberi oleh Allah nikmat hidayah Islam, kita wajib berbenah menjadi sosok-sosok muslimah yang istimewa. Melawan ide-ide sekuler dalam kehidupan perlu upaya yang besar, sehat akal, dan tingginya pemikiran.

Idraksilahbillah yakni kesadaran hamba akan hubungannya dengan Allah, hanya akan terwujud apabila umat ini mampu meningkatkan kesadaran umat pada level berpikir yang cemerlang. Karena pemikiran yang cemerlang inilah yang akan membentengi kita dari ide-ide rusak yang dihasilkan oleh sekularisme yang mencoba menjauhkan kita dari hukum-hukum Allah.

Karena itu, merupakan tugas kita bersama untuk terus berbenah, meningkatkan keimanan, dan ketakwaan. Setelah itu, jangan lupa berdakwah! Dakwah akan mendorong gelombang kesadaran umat menjadi semakin besar. Sehingga menghasilkan kesadaran yang menyeluruh, yakni kesadaran bahwa sebagai hamba kita membutuhkan aturan Sang Pencipta. Memisahkan aturan agama dalam kehidupan hanya akan membuat manusia sengsara karena hidup tidak sesuai fitrahnya.

Khatimah

Telah jelas, sekularisme ini adalah senjata penjajah yang wajib kita perangi bersama. Sedang hukum Allah adalah satu-satunya solusi untuk menghapus dominasi hukum sekuler yang kini tengah mencengkeram kita. Jadi tunggu apa lagi? Yuk segera terapkan Islam dalam kehidupan kita, untuk mengakhiri dominasi sekularisme yang merecoki umat dengan pemikiran batilnya. Segala pemikiran jahiliah itu, mari kita hempaskan! Agar kita bisa hidup sesuai fitrah dan menuai berkah, yang hanya diberikan apabila penduduk sebuah bangsa beriman dan bertakwa kepada-Nya. Wallahu'alam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tim penulis Inti NarasiPost.Com
Yana Sofia Tim Penulis Inti NarasiPost.Com. Sangat piawai dalam menulis naskah-naskah bergenre teenager dan motivasi. Berasal dari Aceh dan senantiasa bergerak dalam dakwah bersama kaum remaja.
Previous
Sadarkan Diri dari Uang Beracun
Next
Teladan Abdullah bin Jubair Al-Anshari Al-Ausi dalam Ketaatan yang Totalitas
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram