Jejak Kebaikan Digital

"Saat deretan kata dalam kalimat berisi kebaikan berupa ajakan pada ketaatan, penerapan syariat Islam, ataupun motivasi kehidupan bersandar hukum syara', maka jejak kebaikan digital yang akan dituai. Seorang muslim tak boleh memelihara sum'ah ataupun ujub saat status atau tulisannya menyedot perhatian jutaan pembaca. Itulah jejak kebaikan sejati, insyaallah pahala siap menanti"

Oleh: Afiyah Rasyad
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Setiap kebaikan akan mendapat balasan meski sebesar biji zarrah. Tiap keburukan juga akan mendapat balasan meski sebesar biji zarrah. Begitulah makna dari dua ayat terakhir surat Az-Zalzalah. Apa pun aktivitas seorang muslim di muka bumi akan menemui balasannya. Aktivitas di dunia nyata dan dunia maya sama-sama akan mendapat balasan. Balasan di keabadian ini merupakan sesuatu yang pasti (qoth'i).

Sudah banyak dijumpai, bagaimana status terdahulu mencuat ke permukaan saat ada peristiwa penting. Rekam jejak digital tokoh biasanya akan bermunculan tatkala isu pada sosok tersebut sedang viral dan bertentangan dengan apa yang diuploadnya di masa lalu. Altar jejak kebaikan atau keburukan akan menghiasi akun siapa pun yang aktif dalam sosial media. Bahkan, ketika si pemilik akun wafat, maka jejak tulisan dan statusnyalah yang tertinggal.

Jika berselancar di media sosial Facebook, tentu setiap akun akan disuguhkan kenangan tahunan ataupun kaleidoskop yang terekam dari status tiap pemilik akun. Itu sebagai salah satu jejak digital pemilik akun. Tak dimungkiri, kenangan itu sesuai atau sama persis dengan apa yang diupload di waktu yang lampau atau tahun-tahun sebelumnya. Jika kenangan itu berisi muatan dakwah, motivasi, nafsiyah, dan hikmah, ya itu yang akan muncul. Begitupun status nyinyir, keluhan, alay, ejekan, hinaan, bahkan hujatan akan muncul juga tanpa diedit.

Tak ada kamuflase dalam rekam jejak digital. Apalagi, rekam jejak Sang Penggenggam kehidupan tak akan pernah menyalahi proses kehidupan itu sendiri. Seberapa pandai kaum muslim menutupi kelemahan dan keburukannya dengan manipulasi di dunia maya, tak akan memengaruhi catatan amal di hari pembalasan. Ukiran jejak keburukan tetaplah buruk di hadapan Allah meski ditutup-tutupi.

Sejatinya status yang mengundang ribuan like dan komentar mengandung konsekuensi besar, yakni kebenaran berita atau tulisan. Meski hanya gambar yang dibagikan, hal itu juga memiliki konsekuensi untuk dipertanggungjawabkan kebenarannya kelak. Benar, di sini ialah dilihat dari sisi isi dan kesesuaian dengan syariat Islam. Namun, tak jarang kaum muslim terjerumus dalam kubangan status-status penuh kemaksiatan.

Itulah rekam jejak media sosial. Jejak kebaikan ataukah keburukan semua akan dipertanggungjawabkan. Jangan dikira hal itu tak ada balasan, setiap muslim memiliki akal untuk memilah mana yang benar dan mana yang batil. Tentu, komponen akal ini bekerja sempurna dengan membawa rasa sadar atas apa yang diupload atau diketiknya. Keimanan setiap muslim seharusnya mampu menuntun pada status kebaikan dan ajakan menuju ketaatan agar bernilai pahala.

Dalam menorehkan jejak kebaikan digital, seorang muslim tak akan begitu memperhatikan penilaian orang. Dia tak ragu dan khawatir statusnya akan sedikit pengunjung. Justru, muatan yang hendak dibagi atau dituang akan disandarkan sepenuhnya pada syariat Islam. Jejak kebaikan dalam dakwah sepenuhnya dijadikan kontribusi untuk menyebarkan Islam. Bukan hanya rekam jejak digital yang dipikirkan, pertanggungjawaban di hadapan Allah yang menjadi fokus perhatian.

Seorang muslim juga sebaiknya hati-hati saat share atau membagikan status orang lain ataupun berita dari link portal media online. Hoaks saat ini sungguh merajalela, terkadang hoaks juga muncul dari sumber media nasional. Maka, ketelitian sangat diperlukan, mana berita yang benar dan bisa dipertanggungjawabkan pada khalayak. Jika perlu, tabayyun sebaiknya juga dilakukan agar tidak terjerumus dalam penyebaran berita bohong. Sehingga, aktivitas di media sosial terhindar dari kemaksiatan.

Tak dimungkiri, aktivitas dakwah media saat ini menjadi kebutuhan. Segala kegiatan sosial hampir didominasi oleh media sosial. Kegiatan serba online menuntut seorang muslim berkiprah dalam dakwah media. Betapa boomingnya media sosial kini, dakwah via Twitter, Instagram, dan Facebook sangat diminati kaum muslim. Youtube juga mulai digandrungi untuk menebar risalah kebenaran Islam. Tak ada yang salah, namun konsekuensi keimanan seharusnya menjadikan seorang muslim tetap tsiqah dalam menebar kebaikan.

Meski banyak rintangan yang bisa menjerat penulis muslim pejuang, seperti UU ITE ataupun suspend dari akun sosial, maka ia akan tetap menulis dan berkarya di dunia maya. Muslim pejuang tak akan padam dakwah medianya meski akunnya diretas. Dia akan terus berinovasi mencari stretegi terbaik untuk mendakwahkan Islam. Media sosial adalah salah satu washilah untuk berdakwah, baik tulisan ataupun tayangan. Tujuan utama menorehkan jejak kebaikan digital bukan semata merekrut person, tapi mencari rida Allah Swt.

Seorang muslim pejuang tak akan pernah rida saat mengetahui media dikuasai oleh kaum kafir. Selama ini, media dijadikan mercusuar oleh kaum kafir untuk menyebarkan ideologi kapitalisme. Selain itu, media juga mempengaruhi gaya hidup masyarakat, menyerang pemikiran Islam, menjaukan kaum muslim dari Islam dan ajarannya, bahkan memframing dan membuat stigma tentang Islam, kaum muslim, dan ajarannya. Maka, jejak kebaikan digital harus dilancarkan untuk counter attack media Barat yang hendak merongrong Islam. Yakni, dengan dakwah lewat media.

Saat deretan kata dalam kalimat berisi kebaikan berupa ajakan pada ketaatan, penerapan syariat Islam, ataupun motivasi kehidupan bersandar hukum syara', maka jejak kebaikan digital yang akan dituai. Seorang muslim tak boleh memelihara sum'ah ataupun ujub saat status atau tulisannya menyedot perhatian jutaan pembaca. Itulah jejak kebaikan sejati, insyaallah pahala siap menanti.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Penulis Inti NarasiPost.Com
Afiyah Rasyad Penulis Inti NarasiPost.Com dan penulis buku Solitude
Previous
Ingatlah, Goresan Penamu adalah Bagian dari Amalmu
Next
Menjaga Kesehatan Mental Keluarga Muslim
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram