Jangan Batasi Sabarmu

"Kesabaran dan ujian menjadi bagian yang tak terpisahkan. Ujian akan mencoba kesabaran manusia pada berbagai tingkatan. Semakin tinggi ujian, maka semakin besar pula kesabaran yang dibutuhkan."

Oleh. Deena Noor
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Orang sering kali mengatakan bahwa kesabaran itu ada batasnya. Telah cukup diri menahan atas kesulitan dan kesusahan yang tiada henti menimpa. Ujian yang terus berdatangan seolah tak mau pergi. Ia terus bertahan entah sampai kapan dan itu membuatnya lelah. Setiap kali ujian menerpa, setiap itu pula kesabarannya seperti berkurang. Masalah demi masalah seperti hendak menyerap stok sabarnya.

Kesabaran akan senantiasa dibujuk oleh emosi yang menggoda untuk dilampiaskan. Amarah telah bersiap di ubun-ubun untuk ditumpahkan. Hati begitu sesak dipenuhi rasa yang menumpuk meminta pembebasan. Cukup sedetik, maka hilanglah seluruh jeratan. Benarkah demikian?

Kesabaran dan ujian menjadi bagian yang tak terpisahkan. Ujian akan mencoba kesabaran manusia pada berbagai tingkatan. Semakin tinggi ujian, maka semakin besar pula kesabaran yang dibutuhkan.

Kesabaran akan terus meningkat seiring dengan ujian yang datang. Semakin banyak ujian yang dihadapi, bukan justru membuat sabar makin berkurang. Setiap ujian sejatinya mendatangkan kesabaran yang akan memenuhi ruang kalbu. Ibarat harta yang kita kumpulkan dari waktu ke waktu, ia akan terus tertumpuk dan tersimpan dalam rumah kita. Kelak, itu akan menjadi bekal kita menghadapi ujian berikutnya.

Perilaku kita kala menghadapi ujian, cobaan, dan masalah dalam kehidupan adalah seperti kita tengah bekerja. Ketika bekerja, tentu yang diinginkan adalah hasil atau upah dari upaya yang kita curahkan. Sejumlah nominal gaji atau sebentuk materi yang diterima sebagai balasan dari yang telah kita lakukan. Setiap apa pun yang dikerjakan akan menghasilkan sesuatu. Terlepas berapa pun besarannya, sesuai dengan yang diharapkan atau tidak.

Begitu pula saat ujian menyapa dan singgah dalam hidup kita. Ia sesungguhnya tengah memberi kesempatan kepada kita untuk menghasilkan sesuatu yang mungkin tak tampak di mata, namun luar biasa dahsyatnya. Ujian adalah waktu untuk membangun kesabaran sebesar yang kita usahakan.

Dalam bekerja, kita punya pilihan ingin mengerjakannya seperti apa. Melakukan segalanya yang penting tugas terselesaikan dan mendapatkan upah. Rela berbuat apa saja supaya posisi dan pendapatan terus bertambah. Ataukah justru bermalas-malasan, tak peduli dengan tugas menanti, toh tetap mendapat gaji?

Hasil akhirnya tentu tak sama. Ukurannya bukan hanya dari materi yang diperoleh, tetapi seberapa baik tugas itu terselesaikan dan tingkat kepuasan yang dirasa. Sesuatu yang dikerjakan asal-asalan pastilah tak sama bila ditunaikan dengan kesungguhan dan mematuhi aturan.

Bagaimana menghadapi ujian juga menentukan seberapa besar tabungan kesabaran yang akan kita simpan. Adakah diam saja dan membiarkan masalah berlalu dengan sendirinya? Atau berupaya mencari solusi penyelesaiannya secepat mungkin tanpa memikirkan hal-hal lainnya? Ataukah merujuk pada panduan Tuhan?

Kadang kala besarnya tenaga yang dikeluarkan tak berbanding lurus dengan hasil yang didapatkan. Saat kita mengira telah kerahkan sabar hingga seolah sampai di titik maksimal, namun ternyata malah mendatangkan keburukan. Alih-alih tuntas, masalah justru makin bertambah. Sabar yang disematkan dalam ikhtiar menghadapi ujian, tak cukup memantaskan diri hingga lulus darinya.

Bila demikian, maka ada dua hal yang patut diperhatikan kembali. Pertama, sudahkah sabar ditempatkan semestinya? Kedua, tambahkanlah kembali sabar hingga batas yang tak terhingga. Sabar dengan benar dan sabar untuk terus bersabar.

Kacamata yang dipakai seorang muslim dalam hidupnya tentu saja syariah Islam. Dalam memandang setiap masalah atau fakta yang terjadi, wajib bagi muslim berpatokan pada hukum syara’ saja. Bagaimana mencari jalan keluar sesuai dengan rambu-rambu yang telah ditetapkan Allah? Saat berjibaku menghadapi ujian itulah sebenarnya kita tengah membangun kesabaran dalam ketaatan.

Bila kita menghadapi ujian itu dengan kesabaran, maka ia akan membersamai kita seterusnya. Dengannya, jalan kita bisa saja berkelok-kelok, namun keselamatan sudah menjadi jaminan. Tersebab takwa menjadi panduan.

Jalan pintas akan selalu ditawarkan dalam sebuah perjalanan. Menarik karena bisa memudahkan dan menghemat waktu agar cepat sampai di tujuan. Bisa saja, tapi tak menjamin selamat hingga di garis akhir. Maka, jadikan sabar sebagai pengiring kita dalam meniti jalan kehidupan dengan segala ujian dan cobaan.

Sabar adalah ketika kita menahan diri untuk tidak melakukan kemaksiatan dan tetap berada pada ketaatan. Sabar bukan berarti membiarkan saja keburukan terjadi. Sabar tidak berarti kita diam saja atau pasrah tak melakukan apa-apa. Sabar itu berupaya menghilangkan kemaksiatan. Sabar itu dengan terus bergerak, produktif, dan menghasilkan suatu kebaikan.

Sabar seperti itulah yang hendaknya berada di sisi kita. Tak menyerah, apalagi lari dari masalah atau memperturutkan perasaan dan amarah.

Bila kita telah bersabar dan memenuhi setiap pedoman, namun ternyata belum mencukupi untuk kita dapatkan titik terang, maka tambahkanlah sabar kembali. Bersabar memberikan kesabaran yang lebih besar. Semakin tinggi tingkatan, maka semakin berat pula ujian dan kesabaran yang dibutuhkan.

Tak mengapa, begitulah tugas hamba. Sabar dalam menjalani setiap ujian demi mendapatkan rida-Nya. Tiadalah kerugian sama sekali bila kita mencurahkan segenap kesabaran. Setiap kali lulus dari ujian, maka bertambahlah amal kebaikan dan kesabaran. Begitu seterusnya hingga Allah tetapkan pahala yang tak terhingga sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an surah Az-Zumar ayat 10: “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”

Tidakkah kau ingin mendapatkan balasan surga atas kesabaranmu? Berat? Maka, tambahkanlah porsi kesabaran dalam ramuan ikhtiarmu. Sungguh Allah telah menjanjikan bahwa Dia akan selalu beserta hamba-Nya yang senantiasa bersabar. Jangan batasi sabarmu agar pahala Allah yang tiada batasnya bisa melimpahimu.
Wallahu a’lam bish-shawwab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Deena Noor Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Harta Pejabat Naik, Rakyat Miskin Meningkat
Next
Pilih Childfree, Standarnya Apa?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram