Berharganya Waktu

"Tiada yang pernah kusesali selain keadaan ketika matahari tenggelam ajalku berkurang, namun amalku tidak bertambah.”
(Ibnu Mas'ud ra )

Oleh : Armina Ahza

NarasiPost.Com-Pernahkah kita merasakan bahwa waktu begitu cepat berlalu? Rasanya baru kemarin kita lulus SMA, kini sudah wisuda bahkan sudah memiliki anak. Waktu memang begitu cepat berlalu. Waktu akan terus berjalan tanpa mempedulikan siapa pun. Ia tidak pernah berhenti, melambat ataupun terulang. Jika berlalu, berlalulah waktu dan tak bisa kita mengulanginya. Jika pagi ini diri teramat berat untuk bangun tidur bergegas melaksanakan salat, jika hari ini diri tak bergegas berkarya agar bermanfaat untuk umat karena rasa malas yang begitu kuat mencengkeram diri, maka tidaklah waktu akan sudi menunggu. Ia tak mau menunggu semangatmu detik demi detik berjalan. Tidak, sekali-kali tidak! Waktu tidak akan pernah mau menuggu diri yang malas, yang rebahan tiada manfaat hingga bangkit bersemangat. Jika malas dan penuh rebahan, itu artinya akan tertinggal. Sedangkan mereka yang penuh semangat dan banyak ikhtiar, akan maju dan lebih unggul. Merekalah yang banyak beramal, berkarya dan bermanfaat.

Muhasabah Bersama dalam Mengisi Umur

Mari kita sedikit bermuhasabah bersama. Tanyakan pada diri. Berapa umurku sekarang? Apa saja kebaikan yang sudah aku lakukan? Bagaimana sikapku dengan ibu dan bapakku? Bagaimana perangaiku di hadapan suami dan anak-anak? Sudahkah aku menjadi hamba yang banyak bersyukur atau justru banyak mengeluh? Berapa banyak zikir yang aku lantunkan hari ini? Berapa banyak ayat-ayat Allah yang membasahi lisanku? Berapa banyak majelis yang aku hadiri dan aku isi?

Coba bandingkan, bagaimana dengan Rasulullah dan para sahabatnya? Di usianya yang sekarang apa yang sudah mereka lakukan demi memperjuangkan agama ini? Sedangkan diri ini? Sungguh bukankah amat malu dengan minimnya amal?
Coba kita menghitung waktu yang telah Allah anugerahkan kepada kita. Untuk laki-laki maupun perempuan, Allah anugerahkan waktu yang sama. Penguasa maupun rakyat jelata, Allah anugerahkan waktu yang setara. Baik yang kaya maupun yang miskin, semuanya memiliki kesempatan durasi waktu yang sama. Sama-sama diberikan waktu 24 jam setiap hari. Lalu, dengan waktu yang sudah Allah berikan kepada kita akan kita gunakan untuk apa? Untuk kebaikan atau keburukan? Untuk berkarya atau bermalas-malasan?

Di satu sisi dalam usia yang sama, namun orang lain amal salehnya lebih banyak, dakwahnya lebih memukau, sedekahnya lebih menakjubkan, karyanya lebih melimpah. Ada yang bisa menulis setiap hari, membaca 4 buku setiap hari, bahkan mengkhatamkan Al-Qur’an tiap pekan, dll.

Kisah Teladan Para Ulama dalam Menghargai Waktu

Berikut ada beberapa kisah para ulama yang begitu menghargai waktu. Semakin kita menghargai waktu, semakin maksimal pula kita memanfaatkan waktu yang ada.

Kiasah dari Ibnul Jauzi, beliau adalah seorang ulama yang diakui kehebatan karyanya. Bayangkan, beliau mampu menorehkan karya ilmiah lebih dari 1000. Ibnul Jauzi dalam sehari bisa menulis 4 buku tulis. Padahal selain menulis, beliau sibuk mengajar dan memberikan fatwa yang sedang beliau hadapi. Hal ini menunjukkan betapa Ibnul Jauzi sangat menghargai waktu.

Ibnu Syahin, sosok yang rela mengorbankan harta demi ilmu. Ibnu Syahin telah menghabiskan sebanyak 700 dirham untuk membeli tinta agar dapat memanfaatkan waktu untuk menyusun kitab-kitab.

Ibnu Jarir menghargai waktu dengan cara setiap hari menulis setidaknya 40 lembar. Uama yang wafat pada usia 86 tahun ini juga bertekad mengisi waktunya dengan menulis kitab Tarikh sebanyak 30.000 lembar. Jika dihitung dari usia beliau balig hingga wafatnya, maka beliau menulis kitab Tarikh dalam sehari setidaknya 14 lembar. Hal ini merupakan pujian bagi beliau sebab tingginya cita-cita.

Ibnu Ma’in adalah sosok yang mampu menghargai waktu dengan menulis satu juta hadis. Bahkan beliau mampu menulis satu hadis sebanyak 50 kali.

Hammad bin Salamah adalah ulama ahli hadis dan nahwu. Beliau menghabiskan umurnya untuk meriwayatkan hadis, membaca, bertasbih atau salat. Beliau sama sekali tidak menyia-nyiakan waktunya.

Imam Nawawi dalam menghargai waktu sampai-sampai tidak tidur hampir selama 2 tahun. Setiap hari Imam Nawawi dapat membaca 12 pelajaran lengkap dengan penelitian dan komentarnya. Tidak sekali pun Imam Nawawi menyia-nyiakan waktunya. Baik di waktu siang maupun malam. Ia gunakan untuk belajar, berkarya, dan mengajar.

Ibnu Nafis, pengarang kitab Asy-Syamil. Kitab ini membahas tentang kedokteran. Beliau termasuk sosok yang ahli dalam bidang kedokteran pada masanya. Beliau menghabiskan waktu untuk mempelajari ilmu kedokteran dan menuliskan kitabnya. Majelisnya dihadiri dari berbagai kalangan, baik dari pejabat maupun pembesar dokter.

Al Hafizh Zainuddin al-Iraqi, demi menghargai waktu beliau membaca kitab Sahih Muslim dalam waktu enam hari. Kemudian Sirajuddin al-Bulqini memanfaatkan waktu dengan membaca satu jilid buku fiqih dalam sehari. Imam Ghalib bin Abdurrahman bin Ghalib pernah mengatakan bahwa ia membaca dan mengulang-ulang kitab Sahih Bukhri sebanyak 700 kali.

Begitulah kisah para ulama yang benar-benar mengetahui dan memahami bahwa waktu sangat berharga. Waktu amat berharga bagi mereka, maka mereka isi dengan kebaikan, yakni beribadah kepada Allah, belajar, mengajar dan berkarya. Perkataan Ibnu Mas’ud Radhialllahu’anhu ini dapat kita jadikan motivasi untuk semakin menghargai waktu, “Tiada yang pernah kusesali selain keadaan ketika matahari tenggelam ajalku berkurang, namun amalku tidak bertambah.”
Wallahu’alam.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Armina Ahza Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Terima Kasih Sulawesi Selatan
Next
Putus Sekolah Akibat Negara Bermental Liberalis Kapitalis
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram