Yuk, Audit Diri !

Yuk audit diri

Khalifah Umar bin Al-Khattab mengajarkan kepada kita, “Auditlah diri kalian sebelum kalian diaudit, dan berhiaslah dengan amal saleh untuk acara paling agung pada hari kiamat kelak.” (Imam At-Tirmidzi) 

Oleh. Aya Ummu Najwa 
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Adakah manusia yang tak pernah salah? Tentu jawabnya tak ada. Setiap kita pasti pernah, sekali, dua kali, atau bahkan berkali-kali melakukan kesalahan. Baik salah pada diri sendiri, pada orang lain, juga pada Allah, Tuhan kita. Maka, sebagai orang yang beriman seharusnya kita sering-sering mendapatkan nasihat dan evaluasi diri. Namun, ternyata tak semua dari kita senang dengan nasihat bahkan benci dengan nasihat.

Mengapa manusia bisa benci dinasihati? Untuk hal ini, ternyata Imam Bukhari dalam kitab sahihnya pernah menyebut perkataan Abu Az-Zinad bahwa, 

"Sesungguhnya kebanyakan sunah juga kebenaran itu berselisih dengan pendapat pribadi."

Dan memang begitulah, kebenaran dari Allah sering bertentangan dengan kepentingan dan ambisi pribadi manusia. Tak jarang manusia yang lemah iman malah memperturutkan hawa nafsunya, dan mengesampingkan nasihat yang sesuai syarak. Rasulullah pun mengalaminya, dakwah beliau dengan keras ditentang oleh kaum Quraisy, khususnya para petinggi mereka karena dianggap mengganggu kepentingan mereka. Maka hanya hati yang bersih dari sifat sombong yang dibutuhkan, agar mudah menerima nasihat, agar kesalahan tak terulang dan dapat bertobat kepada Allah.https://narasipost.com/motivasi/06/2021/cukupkah-saleh-saja/

Seorang hamba semestinya sering-sering melakukan evaluasi diri atau muhasabah. Dengan seringnya ia mengevaluasi diri diharapkan ada peningkatan kualitas keimanannya. Sehingga ketika keimanan bertambah, kesalahan, kekeliruan, serta kelalaian bisa diperbaiki dan diminimalisasi. Sebagaimana disebutkan dalam hadis Rasulullah riwayat Imam At-Tirmidzi dan Imam Ahmad berikut,  

“Haruslah kalian mengevaluasi diri kalian sebelum kalian dievaluasi oleh Allah.”

Ada beberapa cara yang dapat membantu kita  dalam bermuhasabah di antaranya adalah,

Pertama, terbuka terhadap nasihat. Jika kita tidak menutup diri dalam keangkuhan dari saran, nasihat, kritik, serta meninggalkan egoisme, menganggap diri paling benar, maka kebenaran akan mudah didapat. Hal ini pernah dicontohkan oleh Khalifah Abu Bakar dalam riwayat Imam Bukhari. Ketika itu beliau menolak usul para sahabat untuk membukukan Al-Qur'an. Akan tetapi, Sayidina Umar bin Khattab terus mendesak beliau bahwa hal tersebut merupakan kebaikan yang bermanfaat bagi generasi muslim berikutnya, maka terbukalah hati beliau dan menerima saran tersebut. Beliau mengatakan, “Umar terus membujukku untuk mengevaluasi pendapatku dalam perkara tersebut, sampai Allah melapangkan hatiku dan aku pun menyetujui pendapat Umar.”

Kala itu Abu Bakar merupakan seorang khalifah. Namun, beliau tidak bersikeras mempertahankan pendapatnya hanya karena posisi beliau. Beliau melapangkan hatinya ketika datang pandangan dan saran yang lebih baik. Beliau sadar manusia tak bisa hidup sendiri dan selalu benar. Meski kedudukan beliau lebih tinggi sebagai seorang pemimpin saat itu, bukan berarti menjadi alasan untuk bersikap egois, merasa benar sendiri. Maka, di sinilah keteladanan Khalifah Abu Bakar dalam kelapangan hati menerima nasihat.https://narasipost.com/motivasi/06/2021/semangat-beramal-saleh/

Kedua, perlunya mempunyai sahabat yang saleh. Adanya seorang sahabat tidak bisa dinafikan dalam kehidupan manusia. Hal ini karena manusia adalah mahluk sosial. Ia tak mungkin menjalani kehidupannya dalam kesendirian, ia akan selalu membutuhkan adanya seseorang dalam kehidupannya. Namun tidak semua sahabat dapat membawa kepada kebaikan pada diri seorang hamba. Maka dibutuhkan sahabat saleh yang senantiasa membersamai. Karena, hanya sahabat saleh mempunyai visi misi yang sama yaitu bersahabat hingga ke surga. Sehingga sahabat saleh ini tidak akan diam ketika sahabatnya dalam keterpurukan dan kemerosotan iman. Ia akan terus mengalirkan kasih sayangnya melalui nasihat juga saran, mengingatkan jika lupa juga lalai. Semua dilakukan untuk peningkatan keimanan sahabatnya. Rasulullah pun pernah bersabda yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, 

“Sejatinya aku hanyalah manusia sebagaimana kalian. Aku pun bisa lupa seperti kalian lupa. Untuk itu, ingatkanlah aku apa bila aku lupa.”

Dalam Islam sendiri, saling menasihati sesama kaum mukmin bukanlah sebatas budaya. Namun, merupakan sebuah kewajiban dari Allah. Di dalam Al-Qur'an sendiri banyak sekali terdapat ayat yang memerintahkan orang yang beriman untuk saling menasihati, mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran. Karena seorang sahabat saleh akan menampilkan apa adanya diri kita, ketika kita salah, ia tak akan membenarkan kesalahan kita karena menjaga perasaan kita. Namun, ia akan mengatakan yang sebenarnya dan menasihati kita untuk kembali ke jalan ketaatan dan memperbaiki diri. Inilah yang dimaksud oleh Rasulullah dalam hadis riwayat Abu Dawud no. 4918 dari Abu Hurairah, 

"Seorang mukmin laksana cermin bagi saudara."

Pentingnya sahabat saleh ini memang tak dapat diragukan lagi. Seorang sahabat saleh akan membawa kebaikan tak hanya di dunia semata. Namun hingga akhirat. Karena manusia tak selamanya benar, karena manusia akan senantiasa mengikuti lingkungan dan temannya. Dengan berteman dengan orang saleh, maka keimanan akan meningkat, pemahaman akan luas, serta tingkah laku akan mulia. Karena akan selalu ada sahabat yang menariknya dari kemaksiatan, yang mengiringinya menuju ketaatan. Maka jika seorang sahabat saleh ini benar-benar menjalankan perannya, maka akan sangat luar biasa manfaatnya, hingga akan banyak sekali kelalaian, kezaliman, dan juga kekeliruan dapat dikoreksi dan diperbaiki.

Ketiga, bermuhasabah dalam kesendirian. Seorang yang beriman sesekali memerlukan waktu untuk menyendiri dalam rangka ber-khalwat dengan Allah. Dalam kesendirian ini ia akan lebih fokus dalam perbaikan kualitas keimanannya, menyadari hakikat penciptaannya, dan merenungi kesalahan yang telah dilakukan. Karena manusia tak ada yang terbebas dari dosa, bahkan setiap detik dari kehidupan yang ia jalani, bisa jadi tak lepas dari kesalahan. Maka, menyendiri untuk muhasabah diri ini sangat penting, dan harus dilakukan. Seyogianya, manusia melakukannya sesering mungkin. Di penghujung malam atau di penghujung hari. 

Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dari Khalifah Umar bin Al-Khattab, beliau mengajarkan kepada kita,

“Auditlah diri kalian sebelum kalian diaudit, dan berhiaslah dengan amal saleh untuk acara paling agung pada hari kiamat kelak.”

Begitulah, pentingnya kita merenungi setiap tingkah polah yang telah kita lakukan. Jika itu kebaikan wajib kita evaluasi lagi akan kemurnian niat kita, apakah itu hanya untuk Allah, masih untuk Allah, atau jangan-jangan telah berbelok untuk yang lain. Jika itu keburukan, maka wajib kita tobati dan berhenti melakukannya, serta menggantinya dengan kebaikan dan amal saleh. Untuk mengenali hal ini dibutuhkan kesendirian dalam bermunajat. Inilah hakikat takwa, yaitu senantiasa berhati-hati dalam setiap amalan, apakah sudah sesuai dengan perintah dan larangan Allah, ataukah malah jauh dari aturan Allah. 

Diriwayatkan pula oleh Imam At-Tirmidzi dari Maimun bin Mihran, yang berkata, 

“Seorang hamba tidak dikatakan bertakwa, sampai dia mengevaluasi dirinya sendiri sebagaimana dia mengevaluasi saudaranya.”

Sungguh adalah sebuah bencana besar jika kita terus-menerus berkubang dalam lumpur kemaksiatan, menikmatinya, dan tak ingin bangkit membersihkan diri. Bukankah manusia adalah makhluk lemah yang senantiasa memperturutkan hawa nafsu? Namun, dengan muhasabah kita akan mengenali bahwa diri kita keliru. Maka adalah sebuah keberuntungan jika kita dapat melaksanakannya. Karena manusia adalah tempatnya salah dan khilaf. Sungguh sebuah keharusan dan bukanlah sebuah hal yang memalukan untuk kembali kepada kebenaran dan meniti jalan ketaatan. Bukankah sudah disampaikan bahwa sebaik-baik manusia yang berdosa adalah memperbaikinya dan kembali ke jalan Tuhan?

Wallahu a'lam bishawab. 

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Aya Ummu Najwa Salah satu Penulis Tim Inti NP
Previous
Dalam Kubangan Cahaya Temaram 
Next
Kemudi Cinta
3.2 6 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

7 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
firda umayah
firda umayah
1 year ago

Mengaudit diri dengan menerima setiap nasihat memang tidaklah mudah. Butuh keikhlasan dan kesabaran.

Nining Sarimanah
Nining Sarimanah
1 year ago

Benar, manusia tidak ada yang sempurna sehingga perlu adanya sahabat yang selalu mengingatkan dan mengajak kepada kebaikan serta tidak lupa untuk bermuhasabah. Naskahnya keren mbak Aya..

R. Bilhaq
R. Bilhaq
1 year ago

muhasabah dalam kesendirian itu penting.. karena tidak dimungkiri, manusia itu seringkali berbuat dosa.. dengan perbanyak istighfar, shalat tobat dan memperbaiki diri, semoga Allah Swt memasukkan hambaNya ke dalam surga..

Sherly
Sherly
1 year ago

Betul, harus sering muhasabah diri. Berteman dengan orang salihah, agar tertular menjadi salihah.

Ingatkan saya ya jika lalai dan khilaf ❤️

Barakallah, mbak ..

Sartika Rempaka
1 year ago

Betul, seharusnya setiap muslim mau terbuka terhadap nasihat. Sebaik apa pun seseorang, dia bisa saja salah dan berbuat dosa karena dia manusia. Semoga kita terus dikelilingi teman-teman yang saleh ya ...

Yani Suryani
Yani Suryani
1 year ago

Semoga kita bukan termasuk orang2 yg tidak suka dinasehati..
Tetapi selalu menerima setiap nasehat bahkan teguran

Mimy Muthamainnah
Mimy Muthamainnah
1 year ago

Masyaallah tabarakallah naskah ini sunggguh mengandung nasehat yg menyentuh hati. Betapa kebahagiaan yg tak bisa dibeli dg uang tatkala memiliki sahabat salihah. Yg berani mengingatkan kesalahan kita. Pun sebaliknya. Yg saling mencintai semata lilah. Semoga kita senantiasa berkumpul dg sahabat salihah di dunia hingga akhirat. Aamiin

bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram