"Sandaran ternyaman itu ada pada tali-Nya. Dialah yang menjanjikan jalan keluar untuk setiap permasalahan. Dialah yang menjanjikan kemudahan bagi setiap urusan. Dialah yang memberikan perlindungan dan pertolongan. Dialah yang memberikan kebaikan-kebaikan. Dialah yang menghapus kesalahan-kesalahan dan pahala dilipatgandakan. Dialah yang menjadikan surga sebagai balasan."
Oleh. Deena Noor
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.com-Ada di sampingku setiap hari
Jadi sandaran ternyaman
Saat kulelah, saat kulemah
Sayup kudengar syair lagu yang berasal dari gerai ponsel di sudut jalan itu. Liriknya menyentuhku. Tepat sekali menggambarkan diriku saat ini. Diam-diam kuseka air mata di balik debu jalanan yang kering.
Langkahku terasa melayang sesaat. Penat ini siapa yang bisa melenyapkan? Pedih hati siapa yang mampu mengobati? Kecewa yang meraja siapa yang kuasa mengubahnya menjadi asa? Tanyaku pada diri sendiri. Angin pun tahu jawabannya.
Kuperiksa kembali hatiku. Gerangan apa yang meniatinya selama ini hingga gulana sering bertandang. Aku tinggalkan jalanan yang ramai dan sibuk itu. Dengan damai yang mulai mengaliri jiwa, aku susuri setapak yang lengang. Kini, saatnya menepi. Bukan. Bukan untuk lari atau sembunyi, tetapi berintrospeksi.
Tak perlu banyak tanya untuk membuat hati lega. Cukup dengan menyadari siapa sesungguhnya kita di dunia. Kita tak lebih dari tamu yang singgah sementara waktu. Menetap sesaat lantas kembali pulang.
Di waktu yang singkat itu akan banyak episode yang harus dijalani. Suka dan duka, ujian dan cobaan, semua hanya satu bermuara. Kepada siapa kita meletakkan rasa? Untuk siapa kita merajut asa?
Mengisinya dengan hura-hura atau berupaya taat dengan segala coba? Pilihan kembali pada masing-masing diri. Namun, Dia telah menyebutkan siapa-siapa saja yang sungguh beruntung dan menuai bahagia sebenarnya. Dan, Dia tak pernah mengingkarinya.
Surga-Nya menjadi balasan terbaik bagi hamba beriman. Surga-Nya menjadi tempat impian. Di sanalah sebaik-baik tujuan.
Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian.
Surga yang dituju, tak cukup diraih dengan hanya berangan-angan.
Tempat terindah itu hanya bisa dicapai dengan tekad dan kesungguhan. Wajar bila perjalanan ke sana meniscayakan banyak aral rintangan. Hal yang telah ditegaskan oleh-Nya dalam surah Al-Ankabut ayat 2: “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?”
Dalam perjalanan kita masing-masing akan ditemui beragam batu ujian. Ada yang besar menghalangi pandangan dan membuat hati gentar. Ada kerikil kecil yang membuat kaki tergelincir jika tak mawas diri. Akankah kita mampu menjadikannya pijakan untuk melompat lebih tinggi atau justru membenamkan diri dalam lumpur nestapa?
Perjalanan itu yang akan menghadirkan bermacam warna. Ada rona-rona ria yang mengguratkan senyum. Ada selaput hitam yang merundung menimpakan duka. Semua atas kehendak-Nya. Bagaimana melaluinya terserah kita. Setiap pilihan mengandung konsekuensi.
Lelah itu pasti. Lemah tak bisa dihindari. Seolah raga ingin berhenti, namun hati enggan mengikuti. Ada janji yang begitu diniati. Ada cita-cita agung yang menanti afirmasi. Saat itulah, di mana diri bersandar akan menentukan akhir posisi.
Siapakah sebaik-baik penolong dan tempat bersandar? Hasbunallah wa ni’mal wakiil. Tertulis dengan jelas dalam Kitabullah. “Hanya kepada-Mu kami beribadah, dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan” merupakan sebuah pengakuan yang terpampang dalam Ummul Kitab. Begitulah ikrar yang kita baca setidaknya sehari lima kali dalam sujud. Sayangnya, kita tak benar-benar meresapinya. Kita sering terlupa.
Siapa yang berjanji dan tak pernah sekali pun mengingkari? Siapa yang mampu menggembirakan di saat kita benar-benar terpuruk? Kepada siapa kita mencurahkan segenap perasaan, bahkan saat lidah kelu? Siapa yang benar-benar mengenali diri kita dan tahu yang terbaik? Hanya satu jawabannya. Bintang dan bulan tahu benar siapa Dia sesungguhnya.
Sandaran ternyaman itu ada pada tali-Nya. Dialah yang menjanjikan jalan keluar untuk setiap permasalahan. Dialah yang menjanjikan kemudahan bagi setiap urusan. Dialah yang mencukupkan setiap keperluan. Dialah yang memberikan perlindungan dan pertolongan. Dialah yang memberikan kebaikan-kebaikan. Dialah yang menghapus kesalahan-kesalahan dan pahala dilipatgandakan. Dialah yang menjadikan surga sebagai balasan.
Bait-bait janji itu bertaburan dalam kalam suci. Bukan janji yang manis di bibir semata, melainkan diliputi dengan kebenaran. Beningnya hati pasti membenarkan.
Kita kelak bagai anai-anai yang bertebaran tak tahu arah saat sangkakala Israfil bergema. Tak secuil pun kekuatan yang kita miliki akan bertahan selamanya. Untuk apa menyombongkan hal yang tak benar-benar kita punya? Untuk apa menggenggam erat sesuatu yang pada akhirnya akan lepas jua? Begitu pula, untuk apa terlarut dalam kedukaan yang pasti ada pudarnya? Sama halnya tak perlu menjebakkan diri dalam euforia dunia.
Bila lelah, bila lemah, segera carilah tempat bersandar. Jangan menunggu hingga semuanya menjadi terlambat dan sulit untuk kembali menemukan jalan pulang. Ada rumah bahagia yang menanti di sana. Tempat orang-orang beriman berkumpul di surga-Nya. Wallahu a’lam bish-shawwab.[]