Khadijah: Istri Teladan Pendukung Dakwah

"Dari Ibunda Khadijah kita belajar menjadi pendukung setia suami dalam aktivitas dakwah, menjadi orang pertama yang merelakan waktu suami untuk berdakwah. Bahkan sebab aktivitas dakwah mengharuskan kita berjauhan untuk sementara waktu. Maka di saat suami melakukan aktivitas dakwah, di saat itulah kita meneguhkan hati bahwa semua bisa kita jalani, termasuk mengasuh dan mendidik anak-anak dengan baik."


Oleh. Erni Susanti
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.com-Membuka lembaran kisah perjalanan hidup Ibunda Khadijah menjadikan kita akan selalu mendapati banyak keistimewaan. Selain beliau istri pertama Rasulullah saw., beliau juga satu-satunya istri yang telah mengenal dan menemani Rasulullah saw. sebelum diangkat menjadi nabi dan rasul. Beliau telah hidup bersama Nabi saw. 15 tahun sebelum masa kenabian.

Dalam sebuah hadis riwayat imam Ahmad dalam musnadnya, Rasulullah saw. memuji Ibunda Khadijah,

"Demi Allah, ia tidak memberiku pengganti yang lebih baik darinya. Ia beriman kepadaku kala orang-orang ingkar kepadaku. Ia membenarkanku kala orang-orang mendustakanku. Ia membantuku dengan hartanya kala orang-orang tidak memberiku. Dan Allah memberiku anak-anak darinya kala Ia tidak memberiku anak-anak dari wanita-wanita lain."

Begitu pula pada masa-masa sulit lainnya yang dihadapi Rasulullah saw. saat dakwah yang terbatas menuju dakwah secara terang-terangan, Ibunda Khadijah selalu menemani Rasulullah saw. Hingga Allah Swt. menjanjikan kepada beliau rumah di surga yang terbuat dari mutiara yang menimbulkan rasa tenang. Karena begitulah semasa hidup Ibunda Khadijah di sisi Rasulullah saw., beliau dapat memberikan kesejukan dan ketenangan pada Rasulullah saw. Terutama di awal-awal masa kenabian.

Mari kita telusuri sedikit kisahnya namun tetap sarat hikmah yang bisa kita jadikan contoh untuk hari ini. Yaitu bagaimana kuatnya Ibunda Khadijah sebagai seorang istri ketika Rasulullah saw. kerap menyendiri di Gua Hira. Kondisi ini jelas menjadikan mereka saling berjauhan untuk beberapa waktu, namun tak ada sedikit pun keluh kesah dari Ibunda Khadijah.

Beliau justru mampu menunjukkan sikap terbaiknya kepada Nabi saw. meski hendak ditinggal pergi. Ibunda Khadijah juga tak lupa menyiapkan segala kebutuhan dan bekal untuk Rasulullah saw. selama berada di Gua Hira. Jika Rasulullah saw. pulang, beliau pun menyambutnya dengan memberikan ketenangan selama Rasulullah saw. berada di rumah. Luar biasa, padahal kita pun mengetahui bahwa saat itu Ibunda Khadijah juga telah memiliki anak-anak yang harus diurusi.

Maka dari kisah di atas, sebagai muslimah kita harus belajar agar mampu menjadi pendukung setia suami. Apalagi jika berkaitan dengan aktivitas berdakwah. Kita harus bisa menjadi seorang pertama yang merelakan waktu suami untuk berdakwah. Bahkan jika dengan aktivitas berdakwah harus membuat kita berjauhan untuk sementara waktu. Di saat waktu kita sudah banyak ditinggal suami untuk mencari nafkah, maka di saat suami melakukan aktivitas berdakwah di saat itulah kita meneguhkan kekuatan bahwa semua bisa kita jalani. Rumah tangga tetap terjaga serta anak-anak bisa kita asuh dan didik dengan baik.

Pada perjalananya, baik saat mencari nafkah atau berdakwah tak jarang suami pun diterpa masalah. Yang bisa membuatnya kebingungan, gelisah atau bahkan terguncang. Namun mari kita pelajari kembali sikap Ibunda Khadijah tatkala Rasulullah saw. pulang dari Gua Hira pada malam pertama turunnya wahyu dari Allah Swt. melalui malaikat Jibril. Rasulullah saw. pulang dalam kondisi ketakutan, wajahnya pucat dan hatinya terguncang.

Namun dengan tetap tenang, setelah menyelimuti Rasulullah saw., Ibunda Khadijah berkata dengan sangat indah dan penuh motivasi.

"Semoga Allah menjaga kita, wahai Abul Qasim. Bergembiralah wahai suamiku dan tegarlah, karena demi Zat yang jiwa Khadijah berada di tangan-Nya! Sungguh, aku berharap kau adalah nabi umat ini. Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selamanya, kau menyambung tali kekeluargaan, jujur bertutur kata, menanggung beban, membantu orang miskin, menjamu tamu, dan membantu orang kesusahan." (Muttafaq 'alaih)

Dari kisah yang menakjubkan di atas kita kembali harus belajar. Meski kita ataupun suami juga hanya manusia biasa tapi kita harus berusaha menjadikan kehidupan rumah tangga kita seperti rumah tangga nabi dan istrinya yang berlandaskan Islam. Tatkala suami diterpa masalah, maka seorang istri tetap berusaha menghadirkan ketenangan saat suami pulang ke rumah. Tidak mencecar dengan banyak pertanyaan yang justru semakin mengacaukan suasana. Namun tetap menemani dan melayani apa yang diinginkan suami.

Ketika suami mengungkapkan masalahnya atau bercerita banyak hal, maka tetap respon dengan kata-kata positif, sambil terus menguatkan bahwa suami pasti bisa mengatasinya. Selain itu, tak lupa kita harus selalu berhusnuzan kepada Allah Swt. atas apa yang terjadi. Juga tetap berhusnuzan kepada suami agar kita tidak ikut panik ataupun gelisah.

Apalagi di tengah kehidupan kita hari ini, saat dakwah Islam banyak mendapat penolakan maka kita harus senantiasa menguatkan diri kita dan keluarga. Dengan menelusuri sirah nabi di dalamnya kisah istri-istrinya, akan kita temui banyak kisah yang dapat menjadi penghibur para pengemban dakwah.

Saat kita dapati rintangan-rintangan dakwah, saat banyak kenikmatan dunia yang harus kita tinggalkan demi kepentingan dakwah, maka yakinlah bahwa Ibunda Khadijah, ibunda kaum mukmin telah mengalaminya lebih dulu. Tak ada sedikit pun sesal pada diri beliau karena telah memilih jalan dakwah. Beliau tetap istikamah hingga akhir hayatnya, berada dalam perjuangan menyebarkan risalah Nabi saw. Wallahu a'lam bishawab.[]


Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Ketika Guru Tak Patut Lagi ‘Digugu dan Ditiru’
Next
Sehari di Blitar Membuat Jiwa Bergetar
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram