“Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula)”
(QS. surat An Nur [24] ayat ke 26 )
Oleh : Novida Sari, S.Kom
NarasiPost.Com-“Cinta ditolak, dukun bertindak.” Demikianlah slogan yang sering bergaung di tengah masyarakat, apabila ada orang yang menyatakan cinta, tetapi ditolak oleh orang yang disukai. Akan tetapi, slogan ini tidak berlaku bagi sahabat Rasulullah saw. yang bernama Salman Al Farisi.
Ketika Salman Al Farisi jatuh cinta pada seorang wanita salehah di Madinah, ia berniat untuk melamarnya, agar kecenderungan hati yang muncul pada lawan jenis ini tetap bisa mendatangkan ladang pahala, tidak terjerumus pada kubangan dosa sebagaimana yang diwanti-wanti oleh Rasulullah saw. di dalam majelisnya.
Sebagai pendatang yang datang dari negeri Persia, tentu bukanlah hal yang mudah bagi Salman untuk datang melamar gadis Madinah. Perbedaan adat, bahasa, dan tata krama di dalam melamar, pasti memiliki pengaruh. Untuk itu, Salman akhirnya mengajak sahabat Rasulullah saw. dari kalangan Anshar yang telah dipersaudarakan dengannya, Abu Darda.
Abu Darda begitu senang mendengar niat yang disampaikan oleh Salman Al Farisi. Dengan penuh rasa syukur, ia pun memeluk Salman. Sambil tersenyum, Abu Darda pun menyanggupi permintaan Salman. Abu Darda siap membantu proses lamaran Salman atas wanita Anshar yang dimaksud.
Setelah mempersiapkan mahar dan segala sesuatunya, akhirnya dua sahabat yang bersaudara dalam ikatan akidah Islam ini pun berangkat menuju rumah wanita salehah nan bertakwa. Akhirnya Abu Darda pun mengenalkan Salman Al Farisi, seorang sahabat Nabi yang telah dimuliakan Allah Swt. dengan Islam, dan memuliakan Islam dengan keislaman dan jihadnya.
Kedatangan kedua sahabat Nabi saw. ini, begitu menggembirakan penghuni rumah, apalagi mendapatkan peluang untuk memiliki menantu sahabat Rasulullah saw. Akan tetapi, ternyata sang gadis yang dilamar menolak pinangan Salman Al Farisi. Dengan berterus terang, sang gadis memohon maaf dan mengatakan bahwa ia lebih tertarik pada pemuda yang mengantar daripada yang melamar.
Keterusterangan yang dikatakan gadis ini membuat terkejut dua sahabat Nabi saw. itu. Keduanya tidak menyangka kondisi ini. Hingga akhirnya, Salman bertakbir seraya meridai dengan penuh ketulusan. Bahkan, ia menyerahkan semua persiapan mahar dan nafkah kepada Abu Darda untuk melamar gadis itu. Maasyaallah!
Khatimah
Apa yang dilakukan oleh sahabat Salman Al Farisi bukanlah perkara yang mudah. Ia sanggup merelakan orang yang dicintai, bahkan memberikan mahar yang dipersiapkan untuk orang lain. Namun, beginilah sahabat. Sikap luhur dan mulia mereka begitu kontras dengan realita pemuda sekarang yang galau ketika cinta ditolak, ada yang naik tiang listrik, ada yang akhirnya menyakiti, bahkan bunuh diri.
Hal ini terjadi karena pola pikir pemuda hari ini sudah jauh dari nilai-nilai Islam. Mereka lebih suka berkiblat pada budaya Korea, Barat, atau budaya selain Islam lainnya. Ketika mereka gagal, perilaku menyimpang yang tidak masuk akal pun dilakukan.
Tidak seperti para sahabat yang tersibukkan dengan pikiran, bagaimana caranya Allah Swt. rida. Karena itu, jika cinta mereka ditolak, mereka tetap memberikan senyum yang merebak. Hal ini karena mereka paham, jodoh adalah ketentuan dari Allah Swt.
Allah Swt. akan memberikan pasangan yang baik ketika diri juga mempersiapkan diri menjadi baik. Ketika mereka ingin pasangan yang salehah, maka mereka harus saleh terlebih dahulu. Sebagaimana yang diberitakan oleh Allah Swt. di dalam surat An Nur [24] ayat ke 26, bahwa:
“Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula)”. Wallahu a’lam[]