Jalan yang Terang

Jalan yang terang

Jadi, tak masalah seseorang dalam jemaah Salaf, Muhammadiyah, NU, Persis, dan lain sebagainya. Selama dia menjadikan Islam, yakni Al-Qur'an dan sunah sebagai landasan dalam bernegara, maka tak boleh ada tuduhan menyesatkan antargolongan, merasa paling lurus di antara jemaah lainnya.

Oleh. Yana Sofia
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com -Sobat, kamu pernah dengar istilah manhaj? Berdasarkan KBBI V istilah ini ditulis sebagai minhaj, artinya jalan atau cara. Sedang menurut Wikipedia minhaj adalah jalan yang ditempuh oleh seorang muslim, biasanya berkaitan dengan Salafiyah atau biasa disebut dengan Salaf.

Beberapa waktu lalu, seorang adik binaan penulis bertanya tentang minhaj, bagaimana menyikapi mereka yang menuduh komunitas dakwah yang tidak memiliki minhaj sebagai jemaah sesat? Mereka mengatakan bahwa jemaah yang tidak berdiri di atas minhaj telah beribadah tanpa tuntunan.

Karena itulah, adik binaan penulis bertanya, "Benarkah orang yang tidak memiliki minhaj telah sesat? Lalu bagaimana caranya agar kita tidak tersesat dalam beragama?"

Untuk menjawab pertanyaan ini, penulis mencoba mencerna terlebih dahulu pertanyaan si adik. Apa yang melatarbelakanginya menanyakan hal ini? Benarkah kita harus memiliki minhaj tertentu untuk disebut orang-orang yang bertakwa? Lalu, benarkah orang-orang tanpa minhaj  sesat?

Terus terang, ilmu penulis masih sangat dangkal untuk berbicara masalah ini. Namun penulis yakin, tak ada masalah yang tak ada jalan penyelesaiannya, dan Islam adalah solusi satu-satunya untuk menyelesaikan apa pun masalah manusia. Termasuk perkara yang ditanyakan oleh adik binaan penulis.

Sebagai kakak pembina yang masih sedikit ilmunya, penulis juga sering ditanyai tentang minhaj ini. Saat penulis bersama komunitas dakwah @Ngajiweek  Aceh mengadakan kajian tentang bahayanya liberalisme dan seks bebas misalnya, penulis pernah ditanyai mengikuti mazhab apa, belajar dengan ustaz mana, dan di pesantren mana penulis menuntut ilmu agama?

Saat itu penulis berpikir, masalah umat ini sudah sangat pelik. Karena itu, bertikai tentang perbedaan mazhab hanya menambah masalah. Di hadapan masalah umat yang tak ada ujungnya ini, agak aneh jika kita malah saling menyalahkan sesama. Seolah hanya orang yang jelas minhajnya yang layak berdakwah, dan yang lainnya ditolak. Penulis pikir, dakwah ini tidak serumit itu.

Di hadapan kita, kerusakan yang ditimbulkan oleh ide rusak sekularisme sudah sangat nyata. Perilaku liberal dan seks bebas kini telah merajalela, boroknya ada di mana-mana. Haruskah menolak dakwah orang yang tulus untuk menyeru kepada agama, hanya karena mereka tidak berada di minhaj yang sama?

Tapi sayangnya, yang keras kepala tetap menolak. Mereka tetap kekeh pada pendirian bahwa harus berminhaj dulu baru layak untuk berdakwah. Karena itu, penulis merasa masalah ini sensitif sekali untuk dibicarakan. Jika tidak hati-hati dalam membahasnya, bisa-bisa membawa pada perselisihan, pertentangan, dan memecahkan persaudaraan antarumat.

Karena itu, penulis merasa wajib menjawab pertanyaan si adik dengan menjelaskan hubungan syariat dengan kehidupan manusia dewasa ini, serta peran sekularisme yang telah menjauhkan agama dari kehidupan sosial, budaya, bahkan politik. Perlu kita garisbawahi, virus sekularisme inilah yang menyebabkan umat bertikai dan terpecah menjadi banyak golongan. Menyalahkan golongan orang lain, sementara abai terhadap persoalan keumatan.

Merujuk pada makna minhaj secara bahasa yakni jalan atau tata cara, maka minhaj ini memiliki pengertian yang sama dengan thariqah yang bermakna metode yang bisa juga bermakna landasan. Jika kita sampai pada kesimpulan ini, maka sebenarnya mudah untuk memahami bahwa Islam adalah minhaj itu sendiri. Karena Islam adalah satu-satunya agama sekaligus ideologi, yang di dalamnya mengandung fikrah (ide) dan thariqah (metode), dan siapa pun yang berpegang teguh kepada jalan ini, maka ia akan selamat di dunia dan akhirat.

Allah berfirman dalam surah Ali-Imran ayat 103, "Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana."

Jelas di sini Allah telah terangkan, jalan/metode lurus itu adalah agama. Allah menyeru siapa pun untuk berpegang teguh kepada tali agama (syariat Allah). Tanpa melihat status, ras, golongan, warna kulit, juga bangsa. Karena sesungguhnya manusia yang tinggi derajatnya adalah manusia yang bertakwa. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Hujurat ayat 13, "Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa."

Namun masalahnya, sejak Daulah Islam runtuh pada tahun 1924 di Turki Utsmani, ideologi Islam tinggal cangkang belaka, digantikan oleh sekularisme yang menjadi landasan kehidupan manusia. Saat itu, ada banyak sekali golongan-golongan yang muncul untuk mengembalikan negara yang pernah berjaya, tetapi sayangnya partai Islam yang banyak itu tergilas oleh kejamnya propaganda Barat dan busuknya pemikiran sesat para kafir. Sehingga banyak jemaah musnah atau membentuk spora baru yang kehilangan niat awalnya.

Karena itu, kita melihat ada banyak jemaah Islam yang telah melupakan perjuangannya di masa lalu, yakni untuk mengembalikan kedigdayaan Islam di bawah kegemilangan Daulah Khilafah Islamiah. Kita melihat perjuangan itu bergerak dalam aspek yang kecil seperti pendidikan, muamalah, juga gerakan kemanusian belaka.

Seharusnya, landasan berdirinya jemaah wajib berada di atas minhaj (jalan) yang lurus berupa keterikatan sepenuhnya pada hukum syarak. Di sini, kaum muslim tidak boleh pilah-pilih hukum syariat sesuai selera, mengambil hukum muamalah lalu membuang hukum siasah (politik). Karena tindakan ini merusak perintah Allah untuk berada di atas jalan yang lurus (agama).

Karena itu, mari kita sudahi obrolan tentang minhaj yang bermakna mencintai golongan dan menyesatkan jemaah lain yang berbeda. Karena pada dasarnya Allah telah mewahyukan prinsip tauhid yang sama pada seluruh hamba-Nya. Islam mengajarkan konsep spiritual yang berkaitan dengan ibadah, salat, puasa, zakat, naik haji, dan jihad. Menetapkan aturan sosial berupa kewajiban menutup aurat, menjaga pergaulan, dan melarang zina. Mengatur masalah ekonomi seperti melarang riba  dan judi. Islam juga mengatur konsep pemerintahan seperti kewajiban mengangkat imam, pengangkatan pemimpin lewat baiat, dan kewajiban pemimpin untuk bertanggung jawab atas seluruh masalah rakyatnya. Seluruh konsepsi ini bersifat qath'i dan tidak boleh ada yang berbeda pendapat di dalamnya.

Jadi, tak masalah seseorang dalam jemaah Salaf, Muhammadiyah, NU, Persis, dan lain sebagainya. Selama dia menjadikan Islam, yakni Al-Qur'an dan sunah sebagai landasan dalam bernegara, maka tak boleh ada tuduhan menyesatkan antargolongan, merasa paling lurus di antara jemaah lainnya.

Sebaliknya, hanya orang-orang yang menyelisihi jalan terang ini yang boleh disebut telah melenceng dari tali agama Allah. Mereka tidak lain adalah orang kafir dan musuh-musuh Allah. Kepada merekalah api permusuhan itu diarahkan.

Sedang pada masyarakat muslim yang menjadi korban sistem rusak sekularisme, kepada umat yang sakit inilah optimalisasi dakwah dilakukan. Upaya penyadaran umat wajib melibatkan seluruh masyarakat muslim, tanpa peduli dia dari jemaah apa. Oleh sebab itu, jangan lagi bermusuhan karena beda jemaah. Karena setiap muslim bersaudara, dan setiap yang bersaudara wajib saling membantu demi kemajuan Islam dan tegaknya Daulah Khilafah Islamiah.

Wallahu a’lam bishawab []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim penulis Inti NarasiPost.Com
Yana Sofia Tim Penulis Inti NarasiPost.Com. Sangat piawai dalam menulis naskah-naskah bergenre teenager dan motivasi. Berasal dari Aceh dan senantiasa bergerak dalam dakwah bersama kaum remaja.
Previous
Tiwul, Jajanan Rakyat Segudang Manfaat
Next
Pentingnya Taharah bagi Umat Islam
3.5 6 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

8 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Riah ummu zalfa
Riah ummu zalfa
1 year ago

Betul sekali

R. Bilhaq
R. Bilhaq
1 year ago

Syukron atas pemaparannya...

Last edited 1 year ago by R. Bilhaq
Firda Umayah
Firda Umayah
1 year ago

Penting bagi muslim untuk memahami bahwa kita memiliki kewajiban yang sama untuk menerapkan semua syariat-Nya apa pun jemaah dakwah yang diikuti.

Mimy Muthamainnah
Mimy Muthamainnah
1 year ago

Jika memang mencintai Islam, duduklah bersama satukan visi dan misi. Bukan lagi membahas atau mempersoalkan hal2 kecil seperti beda manhaj, lalu katakan tdk boleh berdakwah. Hati2 paparan sekularisme menjangkiti iman.

Bukankah sejatinya dakwah kewajiban setiap muslim?

Sherly
Sherly
1 year ago

Apa pun jemaahnya, yang penting tetap satu akidah yang sama yaitu akidah Islam. Jangan lupa bersatu dengan ukhuwah Islam untuk sama-sama memperjuangkan Islam kembali memimpin dunia.

Raras
Raras
1 year ago

Benar banget, sebaiknya fokus pada tujuan dakwah untuk melanjutkan kembali kehidupan Islam, dibandingkan berdebat pada perbedaan Mazhab. Perbedaan itu fitrah, tapi bersatu itu perintah.

Dia dwi arista
Dia dwi arista
1 year ago

Tidak adanya khalifah menjadikan kaum muslim terpisah, bahkan saling tuduh sesama muslim, saling benar dengan golongannya.

Sartinah
Sartinah
1 year ago

Betul, seharusnya setiap orang mengambil perannya masing-masing dalam dakwah ini, bukan justru saling terpecah hanya dengan dalih tidak sekelompok, semanjaj, seguru, dll. Sebab, kerusakan umat sudah berada di level kritis yang mengharuskan untuk diperbaiki dengan dakwah seara bersama-sama.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram