Istikamah hingga Akhir Hayat

"Wahai Rasulullah tolong jelaskan padaku tentang Islam yang sebenarnya, supaya aku tak bertanya lagi setelah ini kepada seseorang selainmu?" Rasul pun menjawab, "Katakanlah, aku beriman kepada Allah kemudian beristikamahlah!" (HR. Muslim)

Oleh. Bunga Padi
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.com-"Istikamahlah dan janganlah kalian menghitung-hitungnya."

Rangkaian pesan penuh makna yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah di atas patutlah menjadi bahan renungan bagi orang yang mau berpikir.

Mengingat gempuran pemikiran, kehidupan serta sosial budaya yang serba sekuler dan liberal hari ini begitu masif dan tak terkendali. Hendaklah setiap diri memperhatikan dan menanamkan sikap istikamah sebagai rambu utama dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Sebenarnya apa yang disebut dengan istikamah?

Istikamah menurut KBBI berarti teguh pendirian, tidak mudah terpengaruh atau kokoh. Sedangkan menurut bahasa Arab, "istiqomah" berasal dari kata dasar qama yang berarti tegak lurus. Jadi bermakna sebuah sikap atau perbuatan yang dilakukan terus menerus, tetap, tidak berubah atau konsisten.

Sebagai hamba yang beriman, istikamah dalam ketaatan sangat diperlukan dan keharusan melaksanakannya sebagai bentuk penghambaan manusia kepada Sang Pencipta-Nya. Merupakan keteguhan hati mengikuti petunjuk yang benar dalam Al-Qur'an dan Hadis menuju jalan kebenaran tanpa mengurangi atau menambah baik secara ucapan, perbuatan, sikap, nilai, maupun keyakinan.

Ulama Ibnu Rajab al-Hambali menjelaskan bahwa hakikat dari istikamah yakni berjalan di atas kebenaran yang lurus tanpa terbelokkan sedikit pun dari syariat Islam sebagaimana yang telah dicontohkan Rasul saw. dalam mengerjakan perintah maupun larangan Allah Swt.

Diriwayatkan dari Imam Muslim, Rasulullah saw. telah mengingatkan kepada umatnya bahwa Allah menyukai perbuatan yang dikerjakan terus menerus walaupun kadarnya sedikit.

Oleh karenanya, sikap istikamah harus menjadi prioritas bagi seorang beriman dalam menjalani kehidupan baik secara pribadi, masyarakat maupun sebagai pejabat ketika menjabat.

Ketika seseorang memiliki sikap istikamah maka berpeluang untuk mencapai keberhasilan. Jalan menuju kebahagiaan di dunia akhirat akan mudah diraih. Rezeki yang luas dan terhindar dari marabahaya hawa nafsu yang buruk.

Bahkan ulama tafsir Imam Qurthubi menerangkan, orang yang hatinya istikamah dalam kebenaran, malaikat akan turun memberikan ketenangan dan menghindarkan dari rasa takut terhadap siksa kubur. Di samping itu orang yang istikamah akan diterima amalan-amalan baiknya dan dihapuskannya seluruh dosa-dosanya.

Masyaallah. Jelaslah istikamah merupakan keniscayaan bagi hamba yang beriman. Suatu hari sahabat Rasul saw. yakni Abu Sufyan bin Abdullah bertanya: "Wahai Rasulullah tolong jelaskan padaku tentang Islam yang sebenarnya, supaya aku tak bertanya lagi setelah ini kepada seseorang selainmu?" Rasul pun menjawab, "Katakanlah, aku beriman kepada Allah kemudian beristikamahlah!" (HR. Muslim)

Dari ungkapan di atas dapat di simpulkan hendaklah kita memiliki keyakinan (iman) yang kokoh dan istikamah meyakininya. Memahami sepenuhnya menjadi seorang Muslim tak cukup hanya dengan mengakui eksistensi Allah dan segala ciptaan-Nya, tapi membuktikannya melalui tingkah laku yang sesuai hukum syarak.

Bagi mereka yang senantiasa menumbuhkan dan memelihara sikap istikamah dalam dirinya dalam keadaan apa pun dan di mana pun berada. Allah Swt. memberikan sanjungan terhadap mereka, seperti yang terangkai dalam Al-Qur'an Surah Fushshilat ayat 30, "Sesungguhnya orang-orang yang berkata, Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka tetap dalam pendiriannya (istikamah), maka malaikat turun kepada mereka dengan berkata, janganlah kamu merasa takut dan bersedih hati dan bergembiralah kamu dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu."

Dengan demikian sudah selayaknya kita terus mempertahankan sikap istikamah dalam diri dan tak boleh futur atau goyah ketika sedang di uji dengan berbagai cabang persoalan kehidupan. Ada beberapa hal yang dapat memengaruhi agar tetap istikamah di antaranya:

Pertama, meluruskan niat dan memahami bahwa keberadaan dirinya hidup di dunia ini semata menggapai rida Allah Swt.

Kedua, membangun kesadaran hubungan dengan Allah Swt. (idrak silah billah). Seperti menunaikan salat wajib tepat waktu, berpuasa, merutinkan salat duha dan tahajud, membaca Al-Qur'an, belajar Islam kaffah, berdakwah, hanya memakan makanan yang halal dan seterusnya.

Ketiga, menumbuhkan rasa selalu dalam pengawasan Allah (muraqabah) dalam setiap gerak gerik kita. Sekalipun berada di balik tembok yang tinggi Allah selalu melihat dan mengetahui segala perbuatan dan ucapan kita. Malaikat pencatat amal tak pernah lalai akan tugasnya mencatat setiap kejadian.

Keempat, memilih pergaulan yang baik dan sehat. Karena akan saling memengaruhi satu sama lain (meniru). Itulah mengapa Islam menganjurkan bergaul dengan orang-orang saleh. Rasul saw. mengingatkan dalam hadis riwayat Tirmizi bahwa, "Seseorang itu mengikuti agama sahabatnya, karenanya perhatikanlah dengan siapa orang itu bersahabat."

Kelima, senantiasa memuhasabahi diri setiap saat. Apakah kita sudah memiliki kepribadian Islam? Menjadikan akidah Islam sebagai tolok ukur berpikir dan syariat Islam sebagai landasan dalam bertindak atau perbuatan. Allah Swt. menegaskan dalam Surah An-Nahl ayat 89 yang berbunyi, "Kami menurunkan kepadamu Al-Qur'an sebagai penjelas segala sesuatu."

Keenam, dalam Surah Al-Balad ayat 10 Allah telah menunjukkan kepada manusia dua jalan yakni jalan baik atau jalan buruk yang akan diambil. Perlu dipahami konsekuensi setiap perbuatan akan ada balasannya. Bila kebaikan akan mendapatkan pahala, tapi jika perbuatan itu buruk maka akan mendapatkan dosa dan semuanya akan dipersaksikan di yaumulhisab kelak.

Pada akhirnya, sebagai muslim sejati tentu kita berharap dan berdoa kepada Allah agar diberikan kemampuan untuk terus istikamah berada di jalan kebenaran Islam kaffah, menjadi pembela agama dan pejuang-Nya hingga akhir hayat. Sebab hanya dengan keistikamahan, maka kemuliaan hidup serta keridaan Allah bisa diraih. Insyaallah. Wallahu a'lam bishshawab.[]


Photo : Pinterest

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Bunga Padi Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Koin Emas, Jurus Sakti Bekuk Inflasi?
Next
Agama Mabda'i
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

5 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Ummu
Ummu
2 years ago

Masyaallah semoga istikamah hingga maut menjemput

Muthmainnah
Muthmainnah
2 years ago

Masyaallah semoga istikamah hingga maut menjemput

Tiara
Tiara
2 years ago

Masyaallah mudahan selalu istiqomah dlam iman islam

Mimi Muthmainnah
Mimi Muthmainnah
2 years ago

Masyaallah. Tabarakallah semoga istikamah dalam iman Islam hingga maut menjemput. Amin

Tya Ummu Zydane
Tya Ummu Zydane
2 years ago

Selalu keren dan mencerahkan pemikiran tulisan bundaku
The Best

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram