"Persahabatan itu sangat tinggi nilainya, tidak bisa dihargai dengan materi dunia, sebab sahabat setia adalah orang yang akan mampu menggandeng kita ke surga, harga yang tidak bisa dibeli di dunia karena Allah yang telah menjamin dalam janjinya."
Oleh :Yeni Marlina, A.Ma
(Pemerhati Kebijakan Publik dan Aktivis Muslimah)
NarasiPost.Com-Teringat ungkapan berharga dari Iman Syafi'i tentang sahabat:
"Jika engkau punya sahabat-yang selalu membantumu dalam rangka ketaatan kepada Allah-maka peganglah erat-erat dia, jangan pernah kau lepaskan dia. Karena mencari teman baik itu susah, tetapi melepaskannya sangat mudah sekali." (Imam Syafi'i)
Memang benar, memilih sahabat yang baik itu tidak mudah. Hal ini karena kriteria sahabat baik dalam tuntunan Islam adalah siapa yang bisa mengajak kita ke jalan takwa, bukan sembarang sahabat, bukan hanya orang yang menemani ketika suka. Namun, siapa yang tetap setia di kala kita berduka.
Persahabatan itu sangat tinggi nilainya, tidak bisa dihargai dengan materi dunia, sebab sahabat setia adalah orang yang akan mampu menggandeng kita ke surga, harga yang tidak bisa dibeli di dunia karena Allah yang telah menjamin dalam janjinya. Banyak keutamaan, pujian serta jaminan Allah bagi siapa yang mengikatkan tali persahabatan karena-Nya. Di antaranya, Allah mengumpulkan keduanya di hari kiamat karena mereka saling mencintai karena Allah.
Jalinan dan eksistensi persahabatan yang dibangun dalam takwa tidak memiliki batas waktu, berakhir dalam waktu yang singkat atau bisa langgeng dalam waktu yang panjang. Hal ini tergantung pada pihak yang saling bersahabat. Namun, mengingat betapa mulianya hubungan persahabatan hakiki dalam pandangan Islam, mestilah tak ada yang rela jika terputus di tengah jalan tanpa sebuah alasan yang disyariatkan. Selama sahabat yang kita miliki masih memiliki sifat-sifat yang layak untuk dijadikan sahabat, atas alasan apa kita memutuskan hubungan dengannya?
Hidup ini tempatnya ujian, salah satu cara Allah menguji iman, ketaatan, kesabaran serta keikhlasan hambanya. Begitu pula dalam berteman, terkadang akan ada ujian-ujian untuk memastikan kesetiaan atas dasar apa persahabatan tersebut dibangun.
Agar persahabatan bisa berusia panjang, maka perlu perawatan dan menjaganya dengan sangat hati-hati agar tidak cepat terhenti. Hal ini membutuhkan kiat-kiat dalam merawat usia persahabatan, di antaranya:
Pertama, tanyakan hal yang paling disuka.
Hal yang paling krusial untuk diketahui dalam bersahabat adalah apa yang disuka dari persahabatan itu, misal: suka sama teman yang amanah, menepati janji, tidak mengkhianati, jujur, tidak menyampaikan keburukannya pada orang lain karena dia lebih suka diingatkan secara langsung dan banyak lagi ktiteria lainnya.
Setelah sahabat kita menyampaikan hal tersebut, maka kita akan mengingat bahwa dia akan tidak suka jika kita melanggarnya. Point ini sebagai catatan penting untuk diingat dan dijaga.
Kedua, zahirkan rasa cinta kita padanya.
Dalam hadis riwayat Abu Daud dengan sanad yang sahih dari Anas bin Malik:
Ada seorang laki-laki berada dekat Nabi saw, kemudian kepadanya lewat seorang laki-laki lain. Laki-laki yang di dekat Rasul berkata,"Wahai Rasulullah saw, sungguh aku mencintainya, maka Rasulullah bertanya, "Apakah engkau sudah memberitahukannya?" Ia menjawab,"Belum". Rasulullah bersabda, "Beritahukanlah kepadanya!" Kemudian ia pun mengikutinya dan berkata, "Sungguh aku mencintaimu karena Allah", Laki-laki itu pun berkata, "Semoga engkau dicintai Allah, yang karena-Nya engkau mencintaiku."
Agar cinta tidak bertepuk sebelah tangan, Islam telah menuntun melalui kehidupan para generasi terdahulu sejak masa Rasul. Hendaklah seseorang menyampaikan cintanya kepada sahabatnya secara langsung, agar hati mereka terpaut karena Allah semata, bukan yang lainnya.
Ketiga, menjaga amanah.
Terkadang sahabat dibutuhkan untuk berbagi cerita, suka dan duka. Bahkan, di saat memiliki masalah, kita butuh sahabat untuk membantu menemukan solusi. Sahabat akan menguatkan kita ketika lemah, meluruskan ketika kita salah. Bahkan, pada kedekatan sahabat, akan mengalir cerita-cerita pribadi yang tak perlu diketahui yang lain. Bisa jadi, inilah bagian dari rahasianya. Semua ini amanah bagi kita sehingga tidak layak untuk disampaikan pada yang lain tanpa ada kepentingan.
Jika seseorang menceritakan suatu peristiwa kemudian ia berpaling, maka cerita itu menjadi amanah.'' (HR At-Turmudzi dari Jabir bin Abdullah).
Keempat, saling menghormati.
Hormatilah sahabat kita dengan posisinya masing-masing. Bersahabat tidak selamanya satu usia. Adakalanya sahabat kita lebih muda dan sebaliknya. Namun, mereka tetap sama-sama bisa saling menghormati. Yang lebih muda bisa menempatkan diri sebagaimana mestinya sebagaimana sikap pada orang yang lebih tua. Suatu saat, ia berposisi sebagai orang tua, kadang sebagai kakak, guru, dan lainnya. Begitu pun jika usianya lebih muda, maka layaknya dia disayang. Ini adalah bagian dari tatakrama yang diajarkan Nabi saw..
Kelima, mengajak dalam kebaikan.
Agar persahabatan berkah, selalu pupuk dengan amalan-amalan kebaikan. Amal kabaikan akan menyisakan kenangan yang berbuah ketenangan.
“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim ).
Keenam, menutupi kekurangannya.
Selama bergaul dengan sahabat, sebagai orang terdekat, kita akan banyak belajar dan mengetahui kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Kekurangan yang dimiliki sahabat, bukan berarti menjadi cela dari ketidakmampuannya. Sebagai sahabat, kita tidak boleh fokus pada kekurangannya. Namun, fokuslah pada kelebihannya agar bisa selalu berfikir positif tentang dirinya. Bisa jadi, kelebihannya adalah kekurangan kita, atau kekurangannya tertutupi dengan kelebihan kita. Artinya, saling melengkapi agar tetap bisa sinergi.
Menjaga aib masing-masing akan menciptakan kondisi harmonis dalam berteman.
"Siapa yang menutupi aib seorang muslim maka Allah akan menutupi aib orang itu di dunia dan akhirat ….” (HR Ibnu Majah).
Ketujuh, saling memaafkan.
Sahabat kita bukanlah malaikat tanpa dosa dan cacat. Dia adalah manusia biasa, terkadang ada cela, khilaf dan lupa. Ada yang terluka, kecewa, tersakiti. Jangan buru-buru mengambil keputusan bahwa dia tidak lagi setia. Kenali sifat dan hal-hal sensitif yang bisa menyakiti sahabat kita, berempati untuk saat-saat tertentu.
Berhentilah sejenak, mungkin ada yang sedang salah dalam dirinya atau diri kita. Melanggar perjanjijan persahabatan kadang membuat kecewa, tetapi benarkah dia atau kita berniat demikian? Belum tentu juga.
Maafkanlah dia, jika kesalahannya bukan yang prinsip untuk memutus persahabatan. Pun sebaliknya jika kita memang bersalah sebagai sahabat, bersegeralah minta maaf, jangan biarkan sahabat kita terluka apalagi kecewa.
"Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan." (QS: Asy-Syura: 43).
Saling memaafkan akan menguatkan kembali simpul ukhuwah islamiyyah.
Kedelapan, saling memberi hadiah.
Islam menganjurkan untuk saling memberi hadiah. Begitu pun dengan sesama sahabat. Kebiasaan memberi hadian bukanlah cela bagi yang diberi. Namun, ada nilai tertentu yang bisa memberi kesan perdamaian, rasa cinta, dan penghargaan sesama saudara.
Rasulullah saw. menganjurkan agar kita suka memberi dan menerima hadiah.
"Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai." (HR Al-Bukhari).
Dan hadiah tidak selalu dimaknai dengan nilai materi yang besar, sebagaimana pandangan orang-orang kapitalis. Tidaklah demikian, sebab keberkahan dari pemberian kepada saudara memiliki nilai tersendiri di sisi Allah.
"Wahai para wanita kaum muslimin, janganlah ada seorang tetangga meremehkan pemberian tetangganya yang lain sekalipun ia (pemberian tersebut) berupa ujung kuku unta.'' (HR Al-Bukhari).
Begitu pun pemberian kepada sahabat, padahal apalah artinya kuku yang tentunya hanya menyisakan sedikit daging.
Kesembilan, hadir dalam suka dan dukanya.
Hiburlah di kala sahabat kita dalam keadaan duka, atau dalam keadaan kesulitan. Beri kekuatan bahwa dia tidak sendirian. Ada kita walau hanya bisa memberikan pundak sebagai tempat dia bersandar sejenak untuk meluapkan kesedihan agar bisa menata hati dan menerima apa-apa yang menimpa dirinya.
Terlebih lagi jika kita mampu untuk membantu jika dia berada dalam kesulitan, baik kita dalam keadaan sempit ataupun lapang. Berikan pertolongan sesuai kebutuhannya. Terkadang ia hanya butuh untuk sekadar didengar ceritanya, terkadang butuh penguatan kagalauannya, terkadang benar-benar butuh solusi atas masalahnya. Bagi sahabat, pertolongan itu tak selamanya berupa materi. Bisa jadi, hadirnya kita menjadi obat buat ketenangannya.
Dalam keadaan suka dan senang, tentunya hampir tak ada kendala untuk saling mengingatkan bahwa semua itu dari Allah, maka jangan lupa bersyukur.
Kesepuluh, menyampaikan kabar gembira.
Menumbuhkan rasa bahagia dengan kabar gembira sangat diperlukan. Bahagianya kita adalah bahagianya sahabat, maka sampaikanlah setiap kabar gembira yang kita alami padanya. Sukai juga kegembiraannya dengan mengingatkan bahwasanya itu semua dari Allah. Semoga sama-sama menambah kedekatan pada-Nya.
Demikianlah di antara hal-hal yang perlu diperhatikan agar usia persahabatan bisa berlangsung lama, bahkan hingga ajal memisahkan di dunia. Insyaallah nanti kelak bisa bertemu kembali di surga. Aamiin Allahuma aamiin.[]
Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]