Menulis karena Terbiasa

"Menulis tak hanya menulis. Tapi sebuah proses penuangan gagasan dan ide yang diwujudkan dalam bentuk sebuah bacaan yang akan dipahami oleh setiap pembacanya."


Oleh. Mila Sari
(Penulis, Pendidik Generasi dan Member Akademi Kreatif)

NarasiPost.Com-Aktivitas menulis tidak bisa dikatakan aktivitas yang mudah, namun tidak pula bisa dikatakan sebagai aktivitas yang sukar. Namun pada dasarnya, setiap kita bisa melakukannya dan bahkan secara berkesinambungan. Terlepas apakah bermula dari menulis di buku harian, memo, ringkasan pelajaran, alur suatu pembahasan, skripsi, tesis, jurnal, opini, puisi, cerpen, novel dan lain sebagainya. Intinya tak ada di antara kita yang tidak pernah melakukan aktivitas menulis sama sekali. Lalu, apakah aktivitas menulis yang kita lakukan itu sulit?

Terkadang, bukan aktifitas menulis yang sulit bila tulisan tersebut adalah tulisan yang penting yang akan disidangkan di meja persidangan, seperti tulisan hasil penelitian atau tulisan opini yang membutuhkan fakta yang mendalam, analisa tepat dan solusi yang solutif, tapi yang sulit dari semua ragam tulisan itu adalah memulai untuk melakukan aktivitas menulis itu sendiri. Itu faktor kesukaran yang pertama.

Adapun faktor kesukaran yang kedua dalam aktivitas menulis adalah adanya tuntutan untuk utuhnya pemahaman kita terkait tulisan yang kita angkat. Sehingga tulisan itu dapat kita pertanggungjawabkan, karena tidak mungkin kita sendiri tidak paham dengan apa yang kita tulis. Terlebih bila tulisan ini adalah jenis tulisan yang butuh kepada pembuktian kebenaran, seperti jenis tulisan riset atau penelitian ilmiah lainnya, termasuk tulisan opini salah satunya.

Dalam tulisan opini pun demikian, ada alur tulisan yang saling terkait antara satu unsur dengan unsur yang lainnya. Dimana tidak boleh ada satu unsur pun yang terlewat, seperti fakta, analisa, dan solusi. Seorang penulis hendaknya mengangkat fakta yang benar-benar ia pahami secara utuh, seperti keabsahan sebuah fakta, kredibel, up date, viral dan segala unsur lainnya yang dibutuhkan dalam sebuah fakta. Semata agar penyajian fakta yang disajikan oleh penulis dapat pula sampai kepada pembaca dengan baik dan benar.

Sebab analisa yang tepat hanya akan dapat diperoleh dari ketepatan fakta yang disajikan pula, sehingga kritik dan saran yang membangun terhadap suatu fakta dapat pula diraih. Dengan begini, kita tidak hanya menyampaikan permasalahan kepada pembaca, namun juga dapat memberikan gambaran seperti apa yang harus dilakukan dalam menyikapi fakta tersebut.

Ketepatan fakta dan analisa tentu akan mengantarkan kita kepada solusi yang tepat pula. Namun solusi haruslah mengacu kepada sudut pandang (baca; pandangan hidup atau ideologi) dan sumber yang benar (akidah), dilihat dari mana dan siapa yang menghadirkan solusi tersebut, cukupkah hanya bertumpu kepada akal pikiran manusia yang terbatas atau kepada Sang Pencipta.

Tentu ini semua membutuhkan bekal yang cukup. Bak istilah, "Sedia Payung sebelum Hujan", maka seorang penulis juga mesti membekali diri agar tulisannya menjadi berkualitas dan layak untuk dikonsumsi para pembaca. Sebab ada tujuan lain dalam menulis, dia tidak hanya sekadar hobi sebagai mengisi waktu luang atau tugas untuk kelulusan dalam tes tertentu. Namun tulisan opini bertujuan untuk mencerdaskan para pembaca, membangkitkan taraf berpikir mereka, menghapus pemahaman dan pemikiran yang keliru hingga menggantinya dengan pemikiran yang sahih, dengannya pula dapat memahami realita secara jelas, memahami cara yang benar tentang bagaimana seharusnya bersikap terhadap fakta tersebut, memahami solusi hakiki dari fakta tersebut, mengetahui dengan baik siapa musuh mereka, dan yang tak kalah pentingnya adalah menjadi amalan jariyah bagi sang penulis.

Bagi seorang penulis pula, ini bukanlah hal yang mudah. Tidak cukup memiliki bekal kepenulisan saja untuk menjadi terampil dalam menulis, tapi butuh kepada latihan yang dilakukan secara terus-menerus. Seseorang yang sudah terlatih, tentu menjadi sukar pula meninggalkan kebiasaan. Meskipun untuk ini, seorang calon penulis harus berjuang lebih keras memaksakan dirinya untuk menulis sampai ia terbiasa.

Inilah materi Kulwa di kelas Akademi Menulis Kreatif pada Rabu lalu (30 Juni 2021), yang disampaikan oleh Mpu Apu Indragiri. Sebuah trik cerdas dan jitu yang menjadi bekal penting bagi setiap penulis ataupun calon penulis.

Karena menulis tak hanya menulis. Tapi sebuah proses penuangan gagasan dan ide yang diwujudkan dalam bentuk sebuah bacaan yang akan dipahami oleh setiap pembacanya. Oleh karena itu, menulis adalah cara paling jitu bila ingin gagasan atau ide itu menjadi awet bahkan akan sampai ratusan atau ribuan tahun meski sang penulis sudah wafat. Dan semua itu butuh persiapan, karena tak mungkin tiba-tiba seseorang memiliki karya berupa buku, tanpa ada proses dan tahapan yang mesti ia lalui.

Seorang penulis tidak boleh sombong dengan bekal teori kepenulisan yang ia miliki. Apakah itu karena bekal teori kepenulisan yang ia miliki cukup banyak dan lain sebagainya, tanpa ada latihan menulis, menulis lagi dan terus menulis. Tapi ia mesti senantiasa membiasakan diri untuk terus berlatih membuat peta konsep kepenulisan (mind mapping), menulis cepat dan tepat (fast writing) dan terus meramu pertanyaan 5w1h hingga bisa menyajikan tulisan dengan baik dan benar pula. Bila itu terus dilakukan, tentu jari-jemari tidak akan kaku dan ide tidak menjadi buntu ketika akan melakukan aktivitas menulis. Itulah tiga kunci sukses sebagai modal dan bekal yang mesti dimiliki oleh seorang penulis. Sehingga setiap ide akan tertuang dalam kerangka kata, kalimat, paragraf atau bahkan tulisan yang utuh yang dibutuhkan oleh pembaca.

Nulis itu susah, mungkin memang benar. Karena yang sudah bisa menulis pun tetap dianjurkan terus melatih diri dengan tidak meninggalkan tiga kunci dasar kepenulisan tadi. Namun aktivitas menulis akan menjadi gampang bila itu sudah menjadi kebiasaan. Sehingga setiap ide yang terlintas di ingatan selalu berusaha menjadikannya sebuah tulisan. Karena itulah efek yang ditimbulkan dari kebiasaan menulis, yang dia bukan soal skill atau bakat dari lahir, melainkan lahir dari kebiasaan yang terus-menerus dilakukan. Jadi mulai saat ini, jangan malas nulis, jangan enggan untuk memulai dan jangan bolong-bolong lagi nulisnya sebab banyak calon pembaca yang merindukan tulisan kita dan ingatlah selalu bahwa setiap tulisan itu ada pembacanya. Tetap semangat selalu, niatkan semuanya karena Allah Swt dan untuk kebangkitan umat.

Wallahu 'alam bishsawab[]


Photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Sedekah Tidak Mengurangi Harta
Next
Muslim Tak Butuh Pendidikan Seks, Apalagi Konten Porno
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram