Kita dan Pengorbanan

Jika nabi dan keluarganya saja digoda saat melaksanakan pengorbanan dalam rangka ketaatan, bagaimana dengan kita yang jauh dari level iman dan takwanya? Apalagi setan memang sudah berjanji akan menggoda manusia dari hadapan, samping kanan, kiri, atas, bawah, juga belakang. Tak rela manusia taat dan takwa pada Rabb Alam Semesta.


Oleh: Fatimah Azzahra, S. Pd

NarasiPost.Com-"Cinta itu menuntut pengorbanan, jika kita belum bisa berkorban demi ketaatan maka kita belum betul-betul mencintai Sang Pemilik Alam"

Begitu kata mutiara yang tertulis di laman media sosial. Kata mutiara yang membuat diri berpikir, sudahkah saya berkorban dalam ketaatan? Sudahkah saya betul-betul mencintai Sang Pemilik Alam?

Bukan Nabi Ibrahim

Saya mungkin bukan nabi Ibrahim yang diperintahkan untuk mengorbankan anak sendiri. Tapi, kisah nabi Ibrahim tentang pengorbanan sungguh sangat patut diteladani kita semuanya, khususnya untuk diri saya sendiri.

Dari nabi Ibrahim saya belajar bukan untuk menyakiti buah hati. Tapi, mengenyahkan rasa kepemilikan dan kecintaan yang berlebih terhadap apa yang Allah anugerahkan. Walau Ibrahim bertahun-tahun lamanya menanti sang buah hati, beliau membuktikan bahwa posisi Allah tetap pada urutan pertama di dalam diri. Itu pula yang diestafetkan pada sang istri, Sayyidah Hajar juga anaknya tersayang, Ismail as.

Begitu pun dengan diri, seberapa sayang dan cintanya kita pada buah hati, tak sepatutnya membuat kita menomorduakan Sang Pemilik Alam. Kendor dalam amal dibanding sebelum hadir buah hati. Menjadikan kesibukan diri sebagai alasan. Atau bahkan sampai membuat kita melanggar aturan dari-Nya.

Godaan Setan

Bukan mulus jalan pengorbanan nabi dan keluarganya yang mulia. Bisikan setan yang menggoda mampir di telinga. Bisikan yang mempertanyakan, "Ayah macam apa yang tega menyembelih anaknya sendiri? "

Bisikan penuh godaan untuk menggoyahkan pengorbanan sang kekasih Allah, istrinya, dan anaknya yang saleh. Semua bisikan ini tak digubris oleh mereka yang mulia. Bahkan, saat setan menampakkan diri ke hadapan nabi Ibrahim, sayyidah Hajar juga nabi Ismail as semuanya kompak mengusir setan dengan melempar kerikil.

Jika nabi dan keluarganya saja digoda saat melaksanakan pengorbanan dalam rangka ketaatan, bagaimana dengan kita yang jauh dari level iman dan takwanya? Apalagi setan memang sudah berjanji akan menggoda manusia dari hadapan, samping kanan, kiri, atas, bawah, juga belakang. Tak rela manusia taat dan takwa pada Rabb Alam Semesta.

Pasti ada godaan dalam setiap niat kebaikan. Bahkan godaan hadir sebelum, saat dan setelah manusia beramal. Amal apapun itu pasti setan akan berusaha membelokkannya.

Sama seperti kita, mau beramal saleh dalam posisi sebagai pribadi, istri, ibu atau anak, pasti ada saja bisikan penuh godaan menyapa. Mulai dari mempertanyakan amal, merasa tak suka atau tak adil dengan yang Allah perintahkan, merasa diri lebih menderita dan banyak berkorban dari pasangan juga banyak lainnya.

Bersabar dalam Ketaatan

Mungkin ada banyak pengorbanan yang sudah dilakukan. Bisa saja diri pernah atau mungkin kini sedang merasa lelah. Tapi, bersabarlah dalam kebaikan. Bersabarlah dalam ketaatan. Sebagaimana Rasulullah Saw sabdakan.

“… Ketahuilah bahwa di dalam kesabaran atas apa yang tidak engkau sukai terdapat kebaikan yang banyak, bahwa kemenangan itu bersama dengan kesabaran, bahwa jalan keluar itu bersama dengan kesusahan dan bahwa bersama kesukaran itu ada kemudahan.” (HR Ahmad dan al-Baihaqi)

Buah nikmat atas kesabaran pengorbanan yang dilakukan sudah dibuktikan oleh sang khalilullah, nabi Ibrahim beserta keluarganya. Buah nikmat kesabaran pengorbanan dalam ketaatan berkali-kali kita rasakan, bukan?

Allah hanya ingin menguji dan menyucikan diri kita dari semua kecintaan selain dari cinta-Nya. Kembali menggantungkan semua harapan hanya pada-Nya. Percayalah, Allah takkan menyiakan kita. Allah sayang pada kita, melebihi cinta kita pada diri sendiri.

Wallahua'lam bish shawab.

Picture Source by Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Fungsional Sistem Pelayanan Kesehatan Kolaps: Rapor Merah bagi Kapitalisme
Next
Keyakinan yang Sempurna
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram