Bahagia Dalam Dakwah, Sudahkah?

Kita ini makhluk yang lemah, sehingga patut bagi kita untuk menyerahkan segala yang terjadi dalam kehidupan hanya kepada yang Maha Kuat yaitu Allah Swt. Hal ini akan membuat setiap diri orang beriman menjadi lebih kuat dalam menghadapi masalah, karena telah menyandarkan serta menyerahkan segala sesuatu yang terjadi kepada Allah.


Oleh: Inna Ziqraini

NarasiPost.Com-Para pengemban dakwah haruslah terwujud rasa bahagia dalam menjalankan hidupnya, terutama dalam aktivitas pentingnya yaitu dakwah. Bahagia saat melaksanakan dakwah disebabkan kesadarannya bahwa dakwah adalah sebuah perintah dari Rabb yang telah menciptakan dan mencintainya dengan cara mengatur serta mengurus kehidupan setiap hamba yang diciptakan-Nya, sehingga ini salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan. Maka, hamba-Nya yang sadar terhadap bagaimana Rabbnya sangat mencintai makhluk yang diciptakan, sudah seharusnya mematuhi segala perintah-Nya sebagai wujud nyata membalas cinta Rabb semesta.

Jika seorang pengemban dakwah ditanya tentang bahagiakah perasaannya saat melakukan ativitas dakwah? namun masih terasa ragu dalam menjawab kata “Ya” atau mungkin masih terasa ada hal yang mengganjal dalam hatinya, maka pribadi tersebut teridentifikasi sebagai orang yang menyimpan luka dalam hidupnya. Luka yang telah lama disimpan tersebut akan mengganggu aktivitas dakwahnya, maka bagaimana mungkin seorang pengemban dakwah akan dapat mengobati luka seseorang yang didakwahinya jika yang menyampaikan masih menyimpan luka lama?

Bentuk luka tersebut seperti munculnya perasaan sensitif terhadap respon negatif dari objek dakwah yang sebenarnya mereka belum memiliki pemahaman utuh. Bentuk lainnya seperti rasa tidak sabar terhadap objek yang didakwahi karena belum bisa memahami atau melakukan isi dari dakwah.

Berbeda halnya dengan orang yang bahagia dalam melaksanakan aktivitas dakwah. Respon negatif yang didapat dari objek yang didakwahi akan dijadikan sebagai celah untuk mengambil pelajaran maupun hikmah, berusaha berpikir positif dan berusaha sabar melakukan semampunya.

Oleh karena itu, pengemban dakwah terlebih dahulu harus mengobati luka dirinya dengan cara memaafkan kejadian yang terjadi dalam hidupnya. Namun tidak cukup hanya dengan memaafkan, pengemban dakwah harus mempersiapkan dirinya agar tujuan pelaksanaan aktivitas dakwah dapat terwujud secara optimal. Beberapa hal yang harus dipersiapkan dalam diri para pengemban dakwah di antaranya terampil mengontrol emosi, terampil aulawiyat, dan tangguh menghadapi masalah.

Pertama, pengemban dakwah harus terampil mengontrol emosi, di antaranya dalam hal memahami level masalah. Pengemban dakwah tidak boleh terlalu larut dalam masalah yang kecil atau mengerahkan seluruh energinya hanya untuk menghadapi masalah yang sebenarnya tidak perlu dipusingkan, sehingga jika dibiarkan masalah individu menjadi salah satu pengaruh terhambatnya aktivitas dakwah. Pengemban dakwah harus mengerti bahwa sumber masalah yang terjadi, sebenarnya termasuk ke dalam permasalahan utama dakwah itu sendiri. Oleh karena itu, penting bagi pengemban dakwah untuk terampil dalam hal ini.

Selanjutnya, pengemban dakwah harus memahami wilayah masalah yang terjadi. Jika masalah yang datang berada di luar kuasa dirinya, maka serahkan segala yang terjadi kepada Allah sambil menyadarkan diri dengan mengingat kalimat “Qadarullah wa maa syaa-a fa’ala”, sisanya maksimalkan dengan ikhtiar. Terakhir, pengemban dakwah juga harus memahami adab dalam mengendalikan emosi.

Kedua, pengemban dakwah harus terampil aulawiyat yang berarti terampil memilih prioritas. Sebagai hamba Allah yang sadar akan tujuan hidup di dunia, yaitu beribadah kepada Sang Pencipta, Allah Swt., maka sudah seharusnya memprioritaskan Allah sebagai hal yang utama. Adapun cara memprioritaskan Allah yakni diwujudkan dalam bentuk melakukan segala perintah Allah serta menjauhi larangan-Nya dengan segala upaya yang dapat dilakukan setiap pribadi yang beriman.

Ketiga, pengemban dakwah harus tangguh dalam menghadapi masalah. Beberapa poin yang harus diterapkan agar tangguh dalam menghadapi masalah yaitu poin pertama, bahwa kita ini makhluk yang lemah, sehingga patut bagi kita untuk menyerahkan segala yang terjadi dalam kehidupan hanya kepada yang Maha Kuat yaitu Allah Swt. Hal ini akan membuat setiap diri orang beriman menjadi lebih kuat dalam menghadapi masalah, karena telah menyandarkan serta menyerahkan segala sesuatu yang terjadi kepada Allah.

Poin kedua, setiap diri yang mengaku beriman kepada Allah, maka haruslah yakin bahwa sesungguhnya Allah tidak akan pernah memberikan ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya. Poin ketiga, yakin saat terjadi kesulitan dalam hidup, maka bersama kesulitan pasti ada kemudahan. Poin keempat, setiap diri yang mengaku beriman sudah selayaknya mengoptimalkan amal saleh, karena tujuan hidup sebenarnya yaitu beribadah kepada Rabb yang menciptakan hamba-hamba-Nya. Poin kelima, berhenti mengatakan “Saya tidak bisa”, namun teruslah berikhtiar, karena sejatinya Allah hanya melihat proses yang kita jalani dan bukan hasil. Poin terakhir, selesaikan apapun masalah yang terjadi dalam kehidupan kita dan jangan menyangkal masalah yang terjadi atau memilih untuk menghindari masalah. Wallahu a’lam bish-shawab.

Picture Source by Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
The Angel of My Tear
Next
Karya Terbaik
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram