Berdamai dengan Keadaan, Menjaga Kewarasan

"Wahai diri, betapa hebatnya kamu mampu berjalan kuat sejauh ini. Terus berjalan hingga sampai pada tujuan. Jika lelah menepilah sejenak, menyiapkan amunisi untuk melanjutkan perjalanan kehidupan."

Oleh. Sherly Agustina, M.Ag.
(Kontributor NarasiPost.Com dan Penulis)

NarasiPost.Com-Imam asy-Syafi'i rahimahullah pernah mengatakan, "Aku pernah bersama dengan orang-orang sufi. Aku tidaklah mendapatkan pelajaran darinya selain dua hal. Pertama, dia mengatakan bahwa waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memotongnya (memanfaatkannya), maka dia akan memotongmu." Beliau melanjutkan, "Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (Hak), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil)." (al Jawab Kafi, 109, Darul Kutub al-'Ilmiyah)

Wahai para muslimah, terutama para ibu. Banyak hal kita temui, dengar, dan rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Hingga terkadang membuat hidup kita penat, apalagi saat lelah melanda, resah menyelimuti, pikiran pusing tak karuan, masalah demi masalah seakan tak kunjung usai. Namun, pernahkah kita sejenak merenung, sejenak menepi dari lelahnya aktivitas sehari-hari, beristirahat untuk menetralkan kembali energi positif yang hampir habis karena rutinitas yang ada.

Kita memang dituntut harus siap menjalani kehidupan yang sering tak sesuai ekspektasi dan harapan. Akan tetapi, jangan membuat kita terlena dalam keresahan, mengeluh dalam penyesalan. Mengapa? Karena waktu akan terus berjalan, begitu pun kehidupan harus terus berjalan bagai roda kehidupan. Berdamai dengan keadaan terkadang bisa mengobati hati kita yang sering luka dan kecewa. Agar kita tetap menjaga kewarasan sebagai predikat apa pun yang melekat pada diri kita.

Baik sebagai istri bagi suami kita, sebagai ibu bagi anak-anak kita, sebagai kakak bagi adik-adik kita, sebagai anak bagi orang tua kita, sebagai tetangga yang hidup bermasyarakat, sebagai pengemban dakwah bagi sahabat dakwah jemaah, sebagai guru bagi murid-murid kita, sebagai hamba bagi Allah, Sang Pengatur hidup kita. Serta predikat-predikat lainnya.

Kalau bukan kita yang menjaga kewarasan hidup kita, siapa lagi? Kalau kita tak berdamai dengan keadaan, maka hidup kita akan terus merasakan kecewa dan kecewa. Dalam perjalanan hidup, ketika kita mengurus anak pasti banyak hal yang kita temui dan rasakan. Berdamailah dengan anak, bahwa anak manusia biasa yang memiliki potensi salah dan lupa. Sama seperti kita. Semua ini by proses karena ending-nya adalah di akhirat nanti. Biarkan mereka belajar dan belajar dari kesalahan yang ada, tugas kita terus mengarahkan, membimbing dengan sabar dan mendoakan dengan tulus.

Berdamailah dengan suami, karena dia bukanlah malaikat yang harus selalu benar dan sesuai dengan ekspektasi kita. Ingatlah, dia tercipta untuk kita agar menyempurnakan apa yang kurang dari diri kita. Bukan untuk sempurna di hadapan kita dan anak-anak. Berjalanlah bersama saling menguatkan dan mengingatkan di jalan-Nya ketika berlayar di samudra kehidupan. Hingga suatu saat nanti sampai di pelabuhan-Nya, dengan penuh cinta dari-Nya.

Tugas kita memaksimalkan diri menjalani kewajiban pada suami tercinta, sibuk berlomba dalam kebaikan dan ketaatan. Allah yang menggenggam hatinya, yang akan membukakan dan membolak-balikkan hatinya agar semakin sayang pada kita sebagai pasangannya. Fokus pada tugas kita, sisanya biarkan Allah yang menyempurnakan.

Berdamailah dengan keadaan di mana kita tinggal, bahwa sunatullah ada yang suka dan tidak pada diri kita. Bukan karena kita salah mungkin ada yang tak suka, tapi karena Allah hendak menguji saja seberapa besar keluasan hati dan kesabaran kita sebagai hamba-Nya. Berdamailah dengan teman-teman kita, bahwa mereka juga manusia biasa seperti kita. Kadang khilaf baik disengaja atau tidak, begitulah manusia tercipta. Maka janganlah terus membesarkan rasa kecewa, menambah luka tak berdaya.

Berdamailah pada diri sendiri, banyak menghargai diri atas pencapaian yang didapat hingga saat ini. "Wahai diri, betapa hebatnya kamu mampu berjalan kuat sejauh ini. Terus berjalan hingga sampai pada tujuan, jika lelah menepilah sejenak menyiapkan amunisi untuk melanjutkan perjalanan". Bersabar, jika banyak target yang belum dicapai, terus berusaha dan memohon bimbingan-Nya.

Sejatinya, dalam hidup ini Allah memberikan dua hal, bersabar dan bersyukur. Saat kenyataan tak sesuai harapan maka ada ilmu sabar yang sedang Allah beri. Ya, sabarlah. Bukankah di setiap doa kita meminta kepada Allah diberi kesabaran? Maka Allah kabulkan doa kita lewat ujian dan cobaan. Entah ujian dari sisi suami, anak, teman, saudara, dan lainnya.

Namun, jika kenyataan sesuai dengan harapan kita maka Allah sedang memberi ilmu syukur. Ya, harus terus pandai bersyukur. Karena janji-Nya, bagi hamba yang pandai bersyukur akan terus diberi nikmat yang berlipat. Begitulah potret insan beriman, kalau tidak bersabar, ya bersyukur. Waktu, energi, dan pikiran kita tetap fokus pada kebaikan, karena jika kita tidak disibukkan dengan kebaikan maka akan tersibukkan pada yang sia-sia atau bahkan kemaksiatan. Mari kita berlindung kepada Allah dari hal yang demikian.

Pengingat diri, "Obat paling bermanfaat adalah kamu menyibukkan diri dengan berpikir tentang apa yang seharusnya menjadi perhatianmu, bukan kepada hal-hal yang seharusnya bukan urusanmu." (Imam Ibnu Qayyim al-Jauzi)

Wallahu a'lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Sherly Agustina M.Ag. Kontributor NarasiPost.Com dan penulis literasi
Previous
Kasus Pelecehan Parimo, Cermin Rusaknya Sistem Sekuler
Next
Lembar Berdarah Kosovo-Serbia
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

13 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Firda Umayah
Firda Umayah
1 year ago

Bagi masyarakat suku Jawa, menjadi orang yang berdamai dengan keadaan alias legowo memang sulit. Butuh latihan dan upaya yang terus menerus agar tidak ada lagi riak dalam hati yang mengganjal di setiap aktivitas dan langkah kehidupan.

Sherly Agustina
Sherly Agustina
Reply to  Firda Umayah
1 year ago

Benar, semua butuh proses ❤️

Neni Nurlaelasari
Neni Nurlaelasari
1 year ago

Masya Allah, Tulisannya sangat menyentuh nurani. Menjaga kewarasan dan berdamai dengan keadaan tidak mudah apalagi bagi seorang ibu yang hidup dalam sistem rusak saat ini. Terkadang ketika seorang ibu mengungkapkan perasaan berupa keluhan, kadang dianggap kurang iman, padahal mungkin itu bentuk dirinya melepaskan beban dengan bercerita.

Sherly Agustina
Sherly Agustina
Reply to  Neni Nurlaelasari
1 year ago

Betul

Azalea
Azalea
1 year ago

MasyaAllah, Pengingat untuk diri yang lalai ini. Jika kita telah berdamai dengan diri sendiri maka disetiap kegiatan tak akan merasakan lelah dan ingin menyerah. Jazaakillah Khoir Tulisan Yang Sangat Memotivasi Semoga Banyak Hati Tercerahkan.

Sherly Agustina
Sherly Agustina
Reply to  Azalea
1 year ago

Aamiin ❤️

Reva Lina
Reva Lina
1 year ago

MasyaAllah Barakallah Tulisan yang begitu berkesan hingga membuatku terenyu-enyu. Yups memang benar ketika kita telah berdamai dengan diri maka hati akan terus merasakan syukur kepada ilahi Rabbi. Next Tulisannya Yang Begitu Mempesona Mbak❤️✨

Sherly Agustina
Sherly Agustina
Reply to  Reva Lina
1 year ago

Jazaakillah khair ❤️❤️❤️

Nirwana Sadili
Nirwana Sadili
1 year ago

Maasyaallah tulisan yang menggugah. Membacanya tidak terasa buliran air mata yang bening jatuh di pipi. Tersentuh, tertampar, semakin merasa bahwa terkadang belum berdamai dengan keadaan. Astagfirullah ampuni kami ya
Allah

Sherly Agustina
Sherly Agustina
Reply to  Nirwana Sadili
1 year ago

Aamiin ❤️

Pengingat diri, dan curcol isi tulisan ini

Nirwana Sadili
Nirwana Sadili
1 year ago

Maasyaallah tulisan yang menggugah. Membacanya tidak terasa buliran air mata yang bening jatuh di pipi. Tersentuh, tertampar. Semakin merasa bahwa terkadang belum berdamai dengan keadaan

Nining Sarimanah
Nining Sarimanah
1 year ago

Masyaa Allah, aku suka tulisannya..

Jazaakillah khoyr mbak ilmunya, menjadi pengingat diri

Sherly Agustina
Sherly Agustina
Reply to  Nining Sarimanah
1 year ago

Sama-sama

Mbak juga keren tulisannya ❤️

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram