"Secara individu, wajib baginya untuk tidak berdiam diri dengan keadaan atau sibuk dan galau dengan urusan pribadi yang sepele dan receh. Ini ciri pemuda kerdil. Maka langkah awal bagi para pemuda besar adalah beroptimal mempelajari agamanya."
Oleh. Putri Dwi Kasih Anggraini
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Seorang ahli tafsir mengatakan, "kalau ada orang yang mati sibuk memikirkan diri sendiri, maka matinya mati kerdil. Mati besar adalah orang yang meninggal dalam keadaan memikirkan umat. Itulah anak muda. Dipikirkan sampai menjadi kegelisahan, karena kegelisahan itu yang akan mendorong dia bergerak, apa yang harus dilakukan. Salahuddin Al-Ayyubi memikirkan bagaimana membebaskan Palestina, Muhammad Al-Fatih berpikir bagaimana bisa menembus benteng tebal Konstantinopel. Jangan memikirkan yang sepele dan remeh. Urusan karena dibuat sedih sama teman yang update status, itu bukan orang besar. Urusan cari pekerjaan saja kok galau, urusan cari pasangan saja kok galau. Pemuda sudah harus segera selesai di urusan pribadi agar segera bisa mengurus umat ini." Itulah sepenggal ceramah yang disampaikan oleh Ustaz Budi Ashari, Lc. dalam sebuah video YouTube.
Apa yang disampaikan beliau dalam video tersebut menjadi cambukan pada generasi muda era kini yang semakin menuju pada kerusakan. Suguhan berita yang kita temui setiap hari tidak lepas dari usia muda. Bukan prestasi positif di setiap kilas berita, namun kemaksiatan yang menambah deretan masalah negeri.
Dalam sebuah situs berita kompas.com (14/06/2022) dijumpai beberapa berita kriminal yang dilakukan oleh para pemuda seperti berita “Berkelahi karena Rebutan Pacar, Seorang Pemuda Ditusuk di Mal Palembang”. Lalu berita “Tak Diberi Uang untuk Beli Narkoba, Pemuda di Palembang Bakar Rumah Orang tua”, dan berita “Cabuli Remaja 13 Tahun, Pemuda di Tanah Bumbu Kalsel Ditangkap Polisi”. Di situs yang sama (13/06/2022) berita “Pulang Mancing, Warga Rangkapan Jaya Depok Dibegal 10 Pemuda Bersenjata Tajam.”
Dari situs yang berbeda yakni tvonenews.com (07/06 2022), mengabarkan, "akibat kecanduan bermain judi online seorang pemuda warga Jelutung, Kota Jambi nekat membobol rumah warga. Pemuda tersebut menguras barang berharga di dalam rumah dan menjualnya untuk modal membeli slot judi online”. Lalu dalam situs yang sama (09/06 2022) berita “Diduga Akan Bunuh Diri, Pemuda Pengangguran di Pekalongan Dievakuasi dari Atap Bangunan”. Adapun berita yang menggegerkan negeri ini yakni kasus penemuan 7 janin di dalam kos di kota Makassar. Na'udzubillahi min dzalik.
Betapa miris kondisi pemuda. Dalam sepekan saja kita bisa menemukan beberapa kasus kriminal yang pelakunya para pemuda hanya dalam satu situs berita. Ini kasus yang terekspos media, berapa yang tidak terekspos? Pasti jauh lebih banyak. Lalu, bagaimana akan mencapai misi Indonesia Emas Tahun 2045?
Sebagaimana yang disampaikan oleh Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kemenpora RI, Asrorun Ni'am, dalam sambutannya sekaligus menutup kegiatan secara resmi Pelatihan Kepemimpinan Pemuda dalam Rumah Tangga yang digelar 10 hingga 11 Juni 2022 di Yogyakarta. Beliau mengatakan bahwa Tahun 2045 menjadi momentum Indonesia emas karena bertepatan dengan 100 tahun Indonesia merdeka. Pada saat itu yang akan menjadi pemimpin ialah mereka yang berusia muda hari ini. Artinya kesiapan Indonesia menyambut kebangkitan baru di usia 100 tahun sangat bergantung pada kualitas pemuda Indonesia saat ini.
Lebih lanjut mengatakan “Proses penyiapan diri menghadapi Indonesia Emas 2045 harus dimulai dari koloni atau kelompok terkecil, yaitu keluarga. Jika keluarga memiliki ketangguhan dan ketahanan serta mampu membangun kualitas di dalamnya tentu akan melahirkan lingkungan masyarakat yang berkualitas juga. Selanjutnya, lingkungan masyarakat yang tangguh dan berkualitas, akan menjadi sokongan utama kualitas dan ketangguhan bangsa dan negara. Oleh sebab itu, kepentingan untuk mengokohkan pemahaman kepemimpinan dalam keluarga perlu dioptimalkan oleh semua pihak.” (Kompas.com, 12/06/2022)
Pertanyaannya, apakah Indonesia Emas mampu terwujud dalam tatanan kehidupan saat ini?
Pemuda dengan potensi kekuatan yang dimiliki jika tidak diberi panduan yang benar maka potensi kekuatannya hanya menghasilkan kerusakan. Saat ini, akibat dari adanya penerapan konsep kebebasan dari sistem kapitalisme sekularisme, lahirlah beragam kerusakan pemuda. Selama pemuda memakai panduan tersebut, maka Indonesia Emas dipastikan hanya mimpi siang bolong.
Kegagalan panduan hidup pemuda hari ini, harusnya mengantarkan pada kesadaran bersama, mulai dari kesadaran individu, keluarga, hingga negara. Kesadaran yang dibangun dari akidah melalui proses berpikir yang mendalam dan menyeluruh. Artinya bahwa tidak ada panduan hidup yang benar selain Islam semata.
Secara individu, wajib baginya untuk tidak berdiam diri dengan keadaan atau sibuk dan galau dengan urusan pribadi yang sepele dan receh. Ini ciri pemuda kerdil. Maka langkah awal bagi para pemuda adalah beroptimal mempelajari agamanya. Pembinaan penguatan akidah dan tsaqafah Islam kepada para pemuda harus dilakukan secara intensif dan berkesinambungan. Sebab dari ilmu akan menggerakkan mereka untuk beramal. Pembinaan ini dapat dilakukan melalui peran keluarga atau komunitas dakwah di masyarakat.
Selanjutnya menerapkan Islam dalam kehidupan menggantikan semua sistem rusak hari ini juga wajib diupayakan oleh kaum muslimin terkhusus para pemuda Islam yang memiliki visi mulia merujuk pada janji Allah dan Rasulullah saw. Ia akan mencurahkan semua kekuatan potensi yang dimilikinya hingga visi terwujud secara nyata. Sebagaimana mengikuti sejarah para pendahulu mereka di masa emas kekhilafahan. Para pemuda Islam masa itu telah menorehkan banyak prestasi gemilang bagi kemaslahatan umat dan agama dengan tiada banding di sepanjang peradaban.
Maka jadilah pemuda yang berkualitas, pemuda yang galau dan perannya untuk umat dan agama. Ingatlah wahai para pemuda, satu pesan dari Rasulullah saw.,
Rasulullah saw. bersabda “Tidak akan bergeser kaki manusia di hari kiamat dari sisi Rabb-nya sehingga ditanya tentang lima hal: tentang umurnya dalam apa ia gunakan, tentang masa mudanya dalam apa ia habiskan, tentang hartanya dari mana ia peroleh dan dalam apa ia belanjakan, dan tentang apa yang ia amalkan dari yang ia ketahui (ilmu).” (HR. At-Tirmidzi)
Wallahu a'lam bishawab.[]
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu
Salam kenal ka Giri
Cuma ngasih masukan aja ka
Next time bahas prihal tindakan asusila di kalangan pondok pusantren dong, agar kedepan nya orang tua yang menitipkan anak nya ke pondok pusantren agar bisa tenang
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu