Urgensitas Ilmu Sebelum Amal

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata, "Orang yang beramal tanpa ilmu bagai orang yang berjalan tanpa ada penuntun. Sudah dimaklumi bahwa orang yang berjalan tanpa penuntun akan mendapatkan kesulitan dan sulit untuk selamat. Taruhlah ia bisa selamat, namun itu jarang. Menurut orang yang berakal, ia tetap saja tidak dipuji bahkan dapat celaan.”


Oleh: Fatimah Azzahra, S. Pd

NarasiPost.com-"Saya tak perlu mengaji. Saya sudah menutup aurat, sholat lima waktu, rajin tilawah."

Begitulah pikiran beberapa orang yang enggan diajak mengaji. Bukan sekadar membaca Al-Qur'an tapi mengkaji ilmu agama. Merasa cukup dengan apa yang sudah dilakukan. Sehingga merasa saleh karena amalannya terasa banyak. Benarkah yang demikian?

Setiap aktivitas kita hendaknya diniatkan untuk ibadah. Dalam rangka mengumpulkan bekal hari akhir nanti. Semoga bisa menghantarkan pada surga tertinggi.

Lebih Utama Mana?

Antara kedudukan mencari ilmu dan beribadah tentulah keduanya sangat penting. Keduanya memiliki keutamaan masing-masing. Namun, Rasulullah Saw pernah bersabda, "Keutamaan ilmu jauh lebih baik daripada keutamaan ibadah." (HR. Ath Tabrani)

Mengapa ilmu jauh lebih baik dari ibadah? Karena ahli ibadah yang menyibukkan dirinya untuk beribadah bisa jadi keliru melaksanakan ibadahnya jika tanpa ilmu. Semangatnya dalam berpuasa bisa membuatnya berpikir, "Kalau yang lain buka puasa saat Magrib. Mungkin lebih baik jika saya buka saat Isya. "

Demikian juga pikiran semisalnya, dalam hal sholat, zakat, sedekah, baca Al-Qur'an, dll. Semuanya perlu ilmu sebagai bekal amal. Jika beramal tanpa ilmu atau mencukupkan dengan ilmu yang ada, bisa berbahaya. Karena bisa menghantarkan pada kesesatan dalam beribadah.

Seperti fenomena aliran rambut merah di Cianjur yang mencukupkan sholat dengan niat (suarajabar.com, 23/5/2021). Atau seperti video yang sempat viral di jagad Maya, yang memperlihatkan para pemuda sholat sambil komat kamit secepat kilat (metro.sindinews.com,14/5/2021).

Masih banyak fenomena serupa lainnya baik itu dari ibadah pada Allah, atau pun ibadah dengan sesama seperti hubungan suami istri, jual beli, bertetangga, dan lainnya. Semuanya butuh ilmu, tak bisa asal atau mengira-ngira sekehendak hati sendiri. Apalagi dinyatakan bahwa hukum asal ibadah adalah haram sampai ada dalil yang memperbolehkannya.

Keutamaan Ilmu

Ilmu adalah bekal utama dalam beribadah. Sebagaimana Ibnu Qayyim rahimahullah berkata, "Orang yang beramal tanpa ilmu bagai orang yang berjalan tanpa ada penuntun. Sudah dimaklumi bahwa orang yang berjalan tanpa penuntun akan mendapatkan kesulitan dan sulit untuk selamat. Taruhlah ia bisa selamat, namun itu jarang. Menurut orang yang berakal, ia tetap saja tidak dipuji bahkan dapat celaan.”

Dengan ilmu, kita bisa berhati-hati dalam beramal, tidak sembrono dan tergesa dalam memutuskan sesuatu. Dan Allah pun meninggikan orang berilmu beberapa derajat. Allah berfirman, "… Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. " (TQS. al-Mujadalah: 11)

Rasulullah Saw bersabda, "Keutamaan ahli ilmu atas ahli ibadah adalah seperti keutamaanku atas orang yang paling rendah di antara kalian." Setelah itu beliau melanjutkan, "Sesungguhnya Allah, para malaikat, para penduduk langit dan bumi, bahkan semut di lubangnya, dan para ikan mendoakan pengajar kebaikan pada manusia." (HR At-Turmidzi)

Ilmu menjaga diri, harta, hati, dan amal kita. Ilmulah sebaik-baik bekal dan sebaik-baik pelindung. Karena begitu berharganya ilmu, Imam Syafi'i berkata, "Siapa yang menginginkan dunia, raihlah dengan ilmu. Siapa yang menghendaki kehidupan akhirat, juga capailah dengan ilmu.”

Wajar jika ulama menganggap tholabul 'ilmi (menuntut ilmu) sebagai aktivitas yang sangat penting. Apalagi memang ia adalah aktivitas yang wajib dilakukan oleh setiap muslim. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw, "Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224)

Sayang, masih banyak yang menganggapnya hal sepele untuk dilakukan. Beralasan sibuk kerja, belajar atau melakukan pekerjaan rumah tangga, maka terasa ringan meninggalkan aktivitas mencari ilmu. Tak sadar sudah meninggalkan salah satu kewajiban utama.

Marilah kita bersemangat mencari ilmu sebagai bekal untuk beramal di dunia.

Wallahua'lam bish shawab.

Picture Source by Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Apakah Diam Akan Selamanya Emas?
Next
Bukan Lagi Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram