Nikmat Tuhanmu yang Mana yang Kamu Dustakan?

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (QS.Ibrahim : 7).


Oleh: Ana Nazahah (Kontributor Tetap Narasipost.com)

NarasiPostCom-Pernahkah kamu menghitung berapa banyak nikmat Tuhan yang telah kamu syukuri? Sudahkan nikmat ini menjadi pelecut kesadaran, memenuhi panggilan sebagai insan yang beriman?

Setidaknya ada tiga nikmat hidup yang saat ini kita punya, yakni nikmat sehat, usia dan Islam. Nikmat ini adalah nikmat yang luar biasa, yang terkadang sering kita abaikan, bahkan sering didustai.

Ada banyak dari kita yang jarang mensyukuri nikmat sehat, sebelum datangnya sakit. Jarang kita bersyukur dengan ke-Islaman kita, menghargainya sungguh-sungguh dalam bentuk bakti. Jarang kita mensyukuri nikmat usia, sebelum kematian menghampiri.

Ya, hari ini kita masih hidup. Kita bisa menghirup udara, mencari nafkah, makan dan minum. Bergerak dengan kedua kaki dan tangan. Semua adalah berkat nikmat yang Allah Subhanahu Wa Ta'ala berikan. Begitu banyak nikmat itu, sehingga tak sanggup kita menghitungnya. Sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala,

“Dan jika kamu menghitung nikmat-nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya." (QS An-Nahl: 18).

Sayangnya, nikmat yang banyak ini sering kita ingkari. Jarang sekali kita menggunakannya sebagai dorongan untuk berbakti kepada Ilahi Rabbi. Malah sebaliknya kita menganggap seluruh nikmat hidup yang kita dapati dalam kehidupan ini adalah berkat upaya kita sendiri.

Jika kita mendapat rezeki, kita katakan bahwa rezeki itu adalah berkat usaha kita sendiri. Saat kita dalam kondisi sehat, kita katakan sehat itu karena kita pandai menjaga diri. Saat kita hidup dalam kemudahan, kita katakan kitalah yang menciptakan peluang dan upaya untuk mewujudkan kemudahan hidup bagi kita sendiri.

Padahal seluruh nikmat hidup yang kita miliki ini adalah pemberian Tuhan. Yang sewaktu-waktu bisa dicabut jika Allah menghendaki. Nikmat sehat dan nikmat usia misalnya, jika sudah tiba ajal. Tak ada yang mampu menghalangi.

Tapi, entah kenapa kematian pun belumlah cukup menjadi pengingat diri. Bahwa kita tidak selamanya hidup di atas bumi ini. Kelak kita akan benar-benar berpisah dengan seluruh kenikmatan yang sering kita sepelekan dan kita dustai.

Telah Allah berikan kita akal yang sehat, yang dengan akal itu kita mampu membedakan mana yang hak dan mana pula yang batil. Tapi kita belum menggunakan akal kita untuk sekadar mengenal syariat Allah, yang dengannya kita bisa hidup selamat dunia dan akhirat-Nya.

Telah Allah berikan kita umur dan kesempatan, yang dengannya kita memiliki waktu berharga untuk beramal saleh. Namun, waktu yang berharga itu belum dipergunakan untuk beribadah kepada-Nya. Mengumpulkan amal yang kelak menjadi pemberat timbangan kebaikan, penolong kita di pengadilan-Nya yang maha dahsyat.

Sayangnya, akal dan seluruh pemikiran kita. Pun waktu dan usia berharga. Semua kita kerahkan hanya untuk mengejar kesenangan hidup dunia yang fana. Kita menolak memberikan waktu-waktu istimewa untuk Dia yang Maha Pemurah. Bahkan untuk waktu sisa pun kita tidak punya.

Maha benar Allah dengan segala Firman-Nya. Tak heran jika Allah menanyakan kepada kita berkali-kali di surat Ar-Rahman tentang nikmat dari-Nya,

فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ 

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”

Allah menanyai kita di surat Ar-Rahman sebanyak 31 kali, setiap Allah menyebut nikmat yang diberikannya, maka Allah mengulang kembali di ayat berikutnya pertanyaan serupa. Sebagai bentuk pengingat sekaligus ancaman bagi orang-orang yang yang menafikkan kenikmatan yang Tuhan beri.

Jika kita masih memiliki keimanan dan kesadaran sebagai hamba-Nya, pasti kita bisa mencerna pertanyaan yang Allah tujukan kepada kita, ini. Pertanyaan “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” mengandung makna yang dalam, tentang kenapa kita berdusta, menentang Allah dan memilih menjadi musuh Allah, dan memilih bersikap sombong menentang Allah, di saat setiap detiknya kita bahkan bernapas dengan oksigen yang Tuhan beri.

Melalui ayat tersebut Allah tengah mengingatkan kita, sekaligus mencegah kita dari berbuat sesuatu yang kelak pasti kita sesali. Karena itulah Allah mengulang-ulang pertanyaan tersebut sebanyak 31 kali. Menandakan betapa Allah menyayangi kita, tidak ingin kita menzalimi diri, sekaligus mengingatkan kita bahwa Allah maha keras siksa-Nya bagi siapapun yang melampaui batas, setelah diperingati.

وَاِذۡ تَاَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَٮِٕنۡ شَكَرۡتُمۡ لَاَزِيۡدَنَّـكُمۡ‌ وَلَٮِٕنۡ كَفَرۡتُمۡ اِنَّ عَذَابِىۡ لَشَدِيۡدٌ‏

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (QS.Ibrahim : 7).

Wallahua'lam.

Picture Source by Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Pajak Mencekik: Kebijakan Keliru Negara Berbasis Kapitalisme
Next
Hukum Tak Bertaji di Bawah Kaki Pinangki
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram