“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al Baqarah ayat 152)
Oleh: Bunda FaHsan
NarasiPost.Com-Pernahkah kamu merasa galau dan gundah atas sesuatu hal atau situasi yang kamu hadapi? Susah menerima kenyataan. Selalu menilai bahwa kehidupan orang lain jauh lebih baik daripada kehidupanmu? Atau merasa diri paling malang dan menderita, bahkan sering menyalahkan keadaan. Hati-hati, ini merupakan gejala awal dari penyakit kurang bersyukur. Mengapa kurang bersyukur disebut sebagai penyakit? Karena seperti halnya sebuah penyakit, jika hal ini tidak diobati, maka akan menjadi semakin parah dan bisa menggerogoti juga merusak bagian tubuh. Bagian tubuh yang akan dirusak oleh penyakit ini adalah hati.
Seperti yang kita tahu, hati merupakan pusat perasaan. Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
Insecure adalah perasaan cemas, tidak mampu, dan kurang percaya diri yang membuat seseorang merasa tidak aman. Banyak hal yang menjadi penyebab rasa insecure. Insecure bisa menjangkiti siapapun. Mirisnya, banyak para pemuda yang terjangkiti perasaan ini. Perkembangan zaman dan teknologi pun menjadi sarana dalam menyebarkan rasa insecure. Betapa tidak, dalam sistem kapitalisme seperti sekarang ini, para pemuda sudah terlenakan dengan pemikiran sekuler yang merajalela. Kehidupan hedonis sudah biasa. Harta kekayaan, wajah yang rupawan, pekerjaan mapan menjadi tolok ukur kesuksesan bagi mereka. Ditambah lagi, cepatnya arus komunikasi membuat mereka semua terbius dengan standar kehidupan semu ini. Pada akhirnya, mereka yang ada di luar klasifikasi "sukses ala kapitalisme" akan merasa insecure.
Mulailah mereka menyalahi keadaan. Menyalahi rupa fisik dan raga. Menyalahi nasib dan garis takdir hidup mereka. Rasa kurang bersyukur pun merasuki jiwa-jiwa mereka yang haus akan standar "kesuksesan ala kapitalisme". Pada akhirnya, merekapun mulai melakukan segala cara agar dapat memuaskan rasa dahaga mereka. Halal haram tak mereka jadikan tolok ukur. Karena sedari awal, tolok ukur mereka adalah materi, manfaat dan kesenangan. Mereka tidak peduli, apakah tingkah laku dan perbuatan mereka akan membuat Allah rida atau murka. Mereka dibutakan oleh kesenangan semu.
Sekularisme, biang kerok dari semua ini. Pemisahan agama dari kehidupan membuat mereka merasa jauh dari Allah. Mereka tidak merasa diawasi. Mereka terlena akan gemerlapnya dunia. Padahal dunia dan segala keindahannya ini adalah sementara.
Sahabat, sadarlah. Bangunlah dari keterpurukanmu. Bangun rasa syukurmu. Lihatlah sekelilingmu dengan mata hati yang bersih. Hidupmu adalah pemberian Allah. Maka sudah selayaknya kita bersyukur atas apa yang Allah berikan. Allah Swt berfirman:
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
Artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al Baqarah ayat 152)
Menjaga rasa syukur akan merawat hati kita. Firman Allah dalam Al-Qur'an surat al-Hajj ayat 46,
"Maka sesungguhnya bukan mata kepala mereka yang buta, tetapi mata hati mereka yang buta. Apabila dalam dirinya terdapat hati yang bersih, maka akan lahir di sana akhlak yang terpuji. Sebaliknya, bila dalam diri seseorang tersimpan hati yang kotor, maka akan lahir di sana akhlak yang bejat."
Dengan hati yang bersih. Maka akan mengubah pandangan kita terhadap kehidupan. Lantas bagaimana caranya agar kita senantiasa bersyukur dan menjaga kebersihan hati kita? Cara tersebut antara lain adalah :
Pertama, kita harus senantiasa memberi 'makan' hati kita dengan makanan yang bergizi. Mengikuti kajian, duduk dalam majelis ilmu dan mempelajari agama Islam secara kaffah dan mendalam. Sebagaimana kita ketahui, Islam merupakan agama sempurna yang Allah turunkan. Dengan mempelajarinya secara mendalam, maka kita akan mendapatkan petunjuk hidup dan jalan yang lurus. Menerapkannya dalam kehidupan, dapat merubah mindset dan cara pandang kita terhadap kehidupan.
Kedua, mengkaji dan mentaddaburi Al-Qur'an dan As-Sunnah. Al-Qur'an dan As-Sunnah merupakan 'manual book' yang Allah turunkan untuk seluruh umat manusia. Kedua hal itu merupakan pedoman hidup manusia. Segala aturan kehidupan tertulis detail didalamnya.
Rasulullah Saw pernah berwasiat kepada umatnya tentang pentingnya menjadikan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai pedoman hidup. “Aku tinggalkan kepada kamu (umatku) dua perkara. Jika kamu berpegang teguh kepada keduanya maka niscaya kamu tidak akan tersesat untuk selama-selamanya. (Dua perkara itu adalah) Al-Qur'an dan As-Sunnah,” (HR. Muslim).
Ketiga, berkumpullah dengan teman-teman saleh yang satu frekuensi dengan kita, baik pemikiran dan perasaan yang sama. Carilah teman yang memiliki satu visi dengan kita. Sehingga dapat menjadi teman seperjuangan dalam mengkaji Islam juga mendakwahkannya. Teman yang saleh akan senantiasa mengingatkan kita jika kita berbuat salah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang syafaat antara sahabat di hari kiamat,
“Setelah orang-orang mukmin itu dibebaskan dari neraka, demi Allah, Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kalian begitu gigih dalam memohon kepada Allah untuk memperjuangkan hak untuk saudara-saudaranya yang berada di dalam neraka pada hari kiamat. Mereka memohon: Wahai Tuhan kami, mereka itu (yang tinggal di neraka) pernah berpuasa bersama kami, shalat, dan juga haji. Dijawab: ”Keluarkan (dari neraka) orang-orang yang kalian kenal.” Hingga wajah mereka diharamkan untuk dibakar oleh api neraka. Para mukminin inipun Mengeluarkan banyak saudaranya yang telah dibakar di neraka, ada yang dibakar sampai betisnya dan ada yang sampai lututnya. Kemudian orang mukmin itu lapor kepada Allah, ”Ya Tuhan kami, orang yang Engkau perintahkan untuk dientaskan dari neraka, sudah tidak tersisa.” Allah berfirman, ”Kembali lagi, keluarkanlah yang masih memiliki iman seberat dinar.” Maka dikeluarkanlah orang mukmin banyak sekali yang disiksa di neraka. Kemudian mereka melapor, ”Wahai Tuhan kami, kami tidak meninggalkan seorangpun orang yang Engkau perintahkan untuk dientas…” (HR. Muslim no. 183).
Sahabat, dengan berupaya untuk terus memegang teguh kepada tali agama Allah, niscaya perasaan bersyukur akan memenuhi seluruh ruang di hati kita. Maka hati kitapun bersih, dan akan terpancar keimanan dan akidah yang kokoh dari dalamnya. Maka kita akan terhindar dari rasa insecure. Kita akan percaya bahwa Allah tidak pernah menurunkan sesuatu, kecuali itu baik bagi umat manusia. Karena Allah yang lebih tahu tentang kita. Karena itu, mari tingkatkan rasa syukur, agar insecure kabur. Wallahua'lam.
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]