"Bagi siapa yang memperbanyak istighfar, niscaya Allah akan merubah setiap kesedihannya menjadi kegembiraan; Allah akan memberikan solusi dari setiap kesulitannya, dan Allah akan anugerahkan rezeki dari jalan yang tidak ia sangka." (HR. Ahmad dan al-Hakim
Oleh: Aya Ummu Najwa
( Kontributor tetap NarasiPost.Com )
NarasiPost.Com-Hidup adalah serangkaian ujian. Ujian dan masalah akan selalu ada selama manusia hidup. Ketika manusia selesai dan sukses melewati satu ujian, ia akan diuji dengan ujian yang lain, bahkan kadang belum selesai satu masalah, ditambah lagi dengan masalah yang lain. Ujian itu bisa datang dari keluarga, tetangga, namun tak jarang masalah itu datang dari diri sendiri, yaitu dari hati manusia itu sendiri.
Ketika hati manusia bermasalah, maka akan mempengaruhi kinerja anggota badan lainnya. Maka benarlah jika dikatakan bahwa hati adalah raja, dan anggota badan adalah prajuritnya. Hati manusia sangat rentan bermasalah dan cenderung cepat berpenyakit jika tidak sering diperhatikan dan dirawat. Karena apabila seseorang telah terserang penyakit hati, maka kehidupannya pun akan jauh dari kebahagiaan dan tentu saja jauh dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Bagi manusia, hati adalah poros kebahagian sekaligus kebinasaannya. Alaminya hati manusia akan bahagia jika ia menemukan jalan menuju penghambaan kepada Rabbnya. Namun ia akan sedikit demi sedikit binasa jika jauh dari Rabbnya. Karena ketika hati dilanda berbagai masalah, ia akan gelisah, resah, depresi, yang akhirnya mempengaruhi jasadnya, ibadah dengan niat yang salah, malas beribadah, cenderung abai atau lalai, malas untuk berkarya, bahkan memicu permusuhan terhadap sesamanya.
Lalu ketika hati dilanda berbagai kerisauan, apa yang harus dilakukan? Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda,
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَأَبُو الرَّبِيعِ الْعَتَكِىُّ جَمِيعًا عَنْ حَمَّادٍ قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَبِى بُرْدَةَ عَنِ الأَغَرِّ الْمُزَنِىِّ - وَكَانَتْ لَهُ صُحْبَةٌ - أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِى وَإِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِى الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ ».
Al-Aghar al-Muzani radhiyallahu 'anhu, meriwayatkan bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: “Ketika sesuatu melanda hatiku, maka aku beristighfar (memohon ampunan) kepada Allah 100 kali dalam sehari”. (HR. Muslim: 7033)
Dari hadis di atas, para ahli bahasa arab mengartikan Al ghaim dengan segala sesuatu yang menyelimuti hati. Ada yang berpendapat pula bahwa Rasulullah dilanda futur atau lelah dan juga ghaflah atau lalai dari zikir yang biasa beliau lazimkan pada diri beliau, sehingga jika beliau lalai dari hal itu maka beliau menganggap hal itu dosa, sehingganya beliau beristighfar.
Namun ada pula yang berpendapat beliau bersusah hati memikirkan kondisi umat dan beliau pun beristighfar untuk mereka. Ada satu pendapat mengatakan bahwa sebab beliau beristighfar adalah karena kesibukan beliau dalam memandang berbagai urusan umat, berbagai pertempuran dan mengenai diplomasi, juga menaklukkan jiwa-jiwa musuh, karena hal itu beliau tersibukkan, di samping keagungan kedudukan beliau.
Maka, beliau menganggap hal itu sebagai sebuah dosa dikaitkan dengan keagungan kedudukan tersebut. Padahal sejatinya semua itu merupakan ketaatan yang agung dan amal yang utama. Semuanya dinilai menurunkan ketinggian derajat dan kemuliaan kedudukan beliau di sisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala, dari penyaksian-Nya, pengawasan-Nya dan penyerahan jiwanya dari selain-Nya, maka dari itu beliau pun beristighfar.
(Syarh Shahih Muslim, lin Nawawi: 9/65)
Keutamaan Beristighfar
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjelaskan dalam sabda beliau,
وَاللَّهِ إِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِى الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً
"Demi Allah, sungguh aku beristighfar dan bertobat kepada Allah lebih dari 70 kali dalam sehari.”
(HR. Bukhari: 6307)
Hadis ini menganjurkan manusia untuk memperbanyak istighfar, karena sebagai manusia tentu tidak bisa lepas dari salah atau pun dosa. Setiap saat, setiap hari, manusia melakukan dosa, baik kecil atau pun besar, baik dosa kepada Rabbnya, maupun kepada sesama manusia. Tak terkecuali anggota tubuh pun pernah berbuat salah dan dosa. Dari mata yang sering melihat hal yang haram, lidah yang sering berbicara yang tidak benar, dusta dan laknat, fitnah dan sumpah palsu, menuduh juga ghibah, mengejek dan mencela, menghina serta mengadu domba, dan lain sebagainya. Telinga pun tak luput dari dosa, sering mendengarkan lagu dan musik yang tidak syar'i, tangan yang menyentuh yang bukan mahram, ghasab yaitu mengambil barang orang lain tanpa izin dan mencuri, memukul bahkan membunuh, dan lain sebagainya. Begitu pun kaki yang sering berjalan menuju tempat-tempat maksiat dan juga dosa-dosa yang lain.
Demikianlah manusia tak pernah lepas dari maksiat dan dosa. Sedang setiap kemaksiatan yang dilakukan seorang hamba adalah pangkal dari setiap kagalauan dan kegelisahan hatinya. Hatinya senantiasa resah dan gelisah dikarenakan kotoran dosa yang melekat di dalam hati. Mudah untuk berburuk sangka atau bersuudzan, dan sulit untuk berbaik sangka atau husnudzan, baik kepada sesamanya atau pun bahkan berburuk sangka kepada Allah. Hatinya semakin hari semakin tidak tenang, mudah bersedih hati dan berduka, mudah baper dan tersinggung, yang tentu hal ini akan menjauhkan kebahagiaan dari hidupnya.
Untuk yang demikian Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memberikan motivasi kepada kita,
مَن أَكْثَرَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجاً، وَمِنْ كُلِّ ضَيْقٍ مَخْرَجاً، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ.
"Bagi siapa yang memperbanyak istighfar, niscaya Allah akan merubah setiap kesedihannya menjadi kegembiraan; Allah akan memberikan solusi dari setiap kesulitannya, dan Allah akan anugerahkan rezeki dari jalan yang tidak ia sangka." (HR. Ahmad dan al-Hakim)
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berkata:
Salah satu di antara nikmat Allah yang paling besar yang Allah limpahkan atas seorang hamba adalah, bahwa Allah menurunkan ketenangan pada hatinya, maka ia menjelma menjadi orang yang tenteram, tidak gelisah, maupun ragu. Terhadap ketetapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala ia rida. Ketika kesusahan menimpanya, maka ia pun bersabar dan menunggu Allah menurunkan kelapangan untuknya. Dan ketika ia mendapatkan nikmat, maka ia bersyukur dan terus memuji Allah. (Syarh Riyadhush Shalihin: 4/709).
Maka, perbanyaklah istighfar. Dalam keadaan suka apalagi jika duka melanda hatimu. Bisa jadi, karena itu adalah kotoran yang kita sebabkan sendiri dari kemaksiatan dan kelalaian hati kita. Sungguh, apapun permasalahan yang menimpamu beristighfarlah, karena dengan berzikir dan beristighfar hilanglah duka, dosa diampuni, dan Allah turunkan solusi.
اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ. أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ. أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ. وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ. فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلَّا أَنْتَ
"Wahai Tuhanku, Engkau Tuhanku. Tiada Tuhan yang layak disembah selain Engkau. Engkau yang menciptakan diriku. Aku adalah hamba-Mu. Aku berada dalam perintah iman sesuai perjanjian-Mu sesuai kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang kulakukan. Kepada-Mu, aku mengakui segala nikmat-Mu atasku. Aku mengakui segala dosaku. Maka dari itu ampunilah aku. Sungguh tidak ada yang mengampuni dosa-dosa selain Engkau.” (HR. Bukhari: 6306).
Wallahu a'lam[]
photo : google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]