Kaya Ilmu, Tetapi Miskin Adab

"Aku lebih menghargai orang yang beradab daripada berilmu, kalau hanya berilmu, iblis pun lebih tinggi ilmunya daripada manusia."
(Imam Syafii)


Oleh. Hana Annisa Afriliani, S.S
( Tim Redaktur NarasiPost.Com & Penulis Buku )

NarasiPost.com-Pernahkah anda terkagum dengan mereka yang memiliki ketinggian ilmu, keluasan tsaqofah, dan kemahiran beretorika? Ya, sungguh manusiawi. Sebab semua itu merupakan prestasi yang layak dibanggakan. Sebab sejatinya ilmu merupakan sesuatu yang akan menaikkan derajat pemiliknya, bahkan Allah menjanjikan kemudahan jalan menuju surga baginya.

Rasulullah Saw bersabda:
"Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim)

Tak hanya itu, orang yang berilmu, terutama ilmu agama, mengindikasikan bahwasannya Allah menghendaki kebaikan pada dirinya. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw:

"Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama." (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim No. 1037)

Namun, adakalanya berbagai prestasi dan keilmuan yang dimiliki oleh seseorang tadi justru menjadikan ia lupa memperindah adab dan akhlaknya. Sungguh celaka!

Hakikatnya adab merupakan puncak dari segala kebaikan. Seseorang yang indah adabnya, akan mulia di mata Rabbnya, meski ilmunya tak seberapa. Sebaliknya, seseorang yang memiliki ketinggian ilmu, namun miskin dalam adab, dia akan menjadi seburuk-buruknya insan di hadapan Allah, apalagi di hadapan manusia.

Itulah mengapa Imam Malik mengatakan, "Pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu." Bahkan Ibnu Mubarak menyatakan bahwa dirinya mempelajari adab selama 30 tahun, kemudian mempelajari ilmu selama 20 tahun. Menurut beliau, adab itu 2/3 dari ilmu.

Adapun yang sempurna itu adalah kaya ilmu juga adab. Sebagaimana yang tercermin dalam kepribadian Rasulullah Saw, para Sahabat, dan para Shahabiyah. Mereka memiliki keilmuan yang melimpah dan beradab mulia. Oleh karena itu, wajar jika Allah meninggikan derajat mereka setinggi-tingginya, serta memuliakan mereka dunia dan akhirat.

Mirisnya, di zaman sekarang begitu banyak orang-orang yang sibuk mengejar ilmu, namun lupa menghiasi diri dengan adab. Misalnya, di ranah publik terkenal sebagai seorang pengemban dakwah, singa panggung, namun terhadap istrinya sering berkata tidak ahsan dan bersikap menyakiti. Ada juga yang ilmunya tak kurang sedikit pun, gelar akademik berderet di belakang namanya, namun jika berbicara kerap merendahkan orang lain dan menganggap setiap perbedaan pendapat merupakan sebuah kebodohan yang layak disudutkan.

Ada pula yang pandai beretorika dalam bicara dan banyak tsaqofahnya, namun tidak memiliki ketsiqohan (ketaatan) terhadap guru. Sebaliknya, ia pandai mendebat, bahkan tersisip dalam hati bahwa sang guru tak lebih baik dari dirinya. Ada lagi, berlabel hafidz Qur'an namun keji dalam ucapan dan perbuatan, sering berkata kasar dan berbuat tidak sesuai syariat.

Sungguh celaka hal demikian bagi seorang muslim. Sayangnya, fakta-fakta tersebut nyata adanya di sekitar kita. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami bahwa hakikatnya ilmu dan adab merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan. Ilmu tanpa adab ibarat api tanpa kayu, sedangkan adab tanpa ilmu ibarat ruh tanpa jasad. Dan ingatlah bahwasannya seorang muslim yang minim adab akan terjerumus dalam kebinasaan.

Sungguh, semestinya ilmu yang kita punya mengantarkan kita menjadi pribadi muslim yang sejati, menjauhkan kita dari segala bentuk kemaksiatan sekecil apa pun itu. Maka, sudah selayaknya orang yang berilmu, memelihara lisannya, pandangan matanya, langkah kakinya, serta pendengarannya. Dengan itulah, ilmu yang kita punya akan berkah dunia akhirat. Insyallah.

Perkataan Imam Syafii berikut ini layaknya menjadi renungan bagi kita agar menghiasi diri dengan adab dan akhlak mulia, di sisi keluasan ilmu yang wajib kita kejar. Beliau berkata, "Aku lebih menghargai orang yang beradab daripada berilmu, kalau hanya berilmu, iblis pun lebih tinggi ilmunya daripada manusia."

Wallahu'alam bi shawab[]


Photo : Pinterest

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Bunga Pepaya, si Pahit Penangkal Penyakit
Next
Buramnya Pendidikan dan Rusaknya Remaja
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram