“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al Mu’minun: 115).
Oleh: Ana Nazahah (Kontributor Tetap Narasipost.com)
NarasiPost.Com-Ada banyak di antara kita yang menjalani hidupnya dengan perasaan kosong dan hampa. Menjalani rutinitas hidup itu-itu saja. Sehingga terselip rasa bosan dan perasaan bahwa hidup belum berguna.
Bayangkan, sejak matahari terbit, kita telah berjibaku dengan daftar pekerjaan panjang. Sebelum akhirnya tidur kembali untuk mengulangi aktivitas yang sama.
Ibu rumah tangga, mendedikasikan seluruh waktunya untuk mengurus rumah. Memasak, mencuci, menyapu, belanja dan begitu terus sepanjang hidupnya, menjalani peran yang sama.
Wanita karir pun sama. Setelah pekerjaan beres di rumah. Aktivitas berlanjut ke dunia kerja. Bekerja dari pagi sampai petang. Lalu pulang untuk mengulang agenda dan rutinitas yang sama. Tidur di malam hari untuk merebahkan tubuh demi persiapan hari esok yang sama.
Kita bisa bayangkan betapa lelahnya menjalani rutinitas yang sama dalam jangka waktu yang bukan sesaat. Jadi, wajar jika ada perasaan bosan terselip jika jiwa dan raga diterpa lelah. Terlebih jika aktivitas yang dijalani ini ternyata tidak sesuai ekspektasi yang diharapkan. Stres terkadang bisa menyerang.
Memang benar, hidup adalah masalah. Adanya perasaan lelah berujung stres pun sunatullah. Meski hidup tak selalu susah, ada kebahagian kecil kadang menghampiri kita. Saat mendapat gaji atau sekadar mampu melunasi hutang pakaian di butik kesayangan kita. Mampu membeli kosmetik dan memiliki wajah yang kinclong untuk dipamerkan ke orang-orang. Kita lantas bahagia.
Tapi, apakah kita sudah benar-benar bahagia? Bahagia yang sesungguhnya? Apakah peran hidup yang kita ambil sudah sedemikian sempurna, sehingga merasa fix inilah tujuan hidup yang kita cita? Jika esok-esok kita hidup hanya untuk mengulang rutinitas yang sama. Di mana rasa kekosongan kembali tiba. Bosan lagi-lagi menghampiri kita.
Memang benar, setiap manusia menyukai hidupnya stabil dan berjalan sempurna. Hanya saja, jika pilihan hidup kita hari ini terselip jenuh dan bosan, bukankah sudah sepatutnya kita curiga. Jangan-jangan hidup kita selama ini tidak sesuai fitrah sebagai hamba. Ada yang kita alpakan dalam hidup kita. Yang seharusnya ada tapi tidak kita lakukan.
Seperti memasak makanan dengan resep yang sudah ditentukan. Apa jadinya jika bumbu terpenting ternyata tidak kita masukkan. Makanan akan kehilangan cita rasa khasnya. Seperti halnya makanan yang kehilangan cita rasa, jangan-jangan hidup kita terasa hampa dan kosong bisa jadi karena kita kehilangan hal terpenting, yang seharusnya ada dalam hidup kita. Yang kita lupakan atau sengaja meninggalkannya.
Untuk mencari jawaban dari bumbu terpenting dalam hidup kita, tidak salahnya kita kembali merenungi tujuan hidup kita diciptakan. Melalui ayat-ayat Allah yang Maha mengetahui segalanya. Salah satu firman Allah dalam surat Ali Imran,
"Dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan siang, pasti ada tanda-tanda bagi semua yang diberkahi dengan wawasan, yang mengingat Allah ketika mereka berdiri, dan ketika mereka duduk, dan ketika mereka berbaring untuk tidur, dan renungkan penciptaan langit dan bumi: "Ya Tuhan kami, Engkau tidak menciptakan ini tanpa makna dan tujuan. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Ali Imran: 190-191).
Ya, benar! Mana mungkin Allah menciptakan kita dengan tujuan sederhana dan tanpa makna. Setelah Allah mencukupkan segala kebutuhan kita, bagaimana mungkin kita hidup hanya demi tujuan sepele sebatas memenuhi isi perut dan mengulang rutinitas yang itu-itu saja.
Manusia Allah ciptakan dalam rangka misi besar menjadi umat terbaik di atas muka bumi. Sebagaimana yang tertera dalam surat Ali Imran ayat ke 110, "Kuntum khaira ummah ukhrijat linnas" Kamu adalah umat terbaik yang diutus untuk manusia.
Menjadi umat terbaik itu adalah perintah Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Bukan sekadar informasi yang hanya perlu diketahui tanpa ada tuntutan mewujudkannya. Dan tentu saja hal ini sejalan dengan tujuan manusia diciptakan. Tidak lain untuk beribadah kepada-Nya. Mewujudkan rahmatan Lil A'lamiin bagi seluruh alam semesta.
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)
Rasa bosan menjalani hidup dan perasaan jenuh menjalani aktivitas, bisa saja karena kita tidak menghadirkan Allah dalam tujuan hidup kita. Karena kita tidak hidup sesuai fitrah kita sebagai hamba yang diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Kita belum menjadikan Allah dan Rasulnya sebagai tujuan hidup kita, yang karenanya hidup kita hanya berputar di persoalan makan, minum dan memenuhi kesenangan dunia.
Hidup yang tidak sesuai fitrah ini jika terus dilanjutkan tidak hanya akan menjadikan hidup berkubang dalam kebosanan, namun juga kesengsaraan yang tiada ujungnya. Sampai kita benar-benar memilih sadar dan berhenti hidup dalam lingkaran rutinitas dan pengulangan yang sama. Bangkit dan berbenah memenuhi misi hidup yang lebih mulia.
Berikan jeda sejenak untuk kita berpikir. Benarkah tak apa-apa jika hidup kita jauh dari Allah dan syariat-Nya? Bulatkan tekad untuk berubah, jika memang jawaban kita adalah kita butuh Allah dan Islam sebagai tuntunan hidup kita. Berangkat dari kesadaran; kita Muslim, bagaimana mungkin memilih syariat lain sebagai tuntunan hidup kita.
Karena hidup kita terlalu berharga untuk kita habiskan sia-sia. Menjalani kehidupan yang itu-itu saja. Mengejar dunia fana yang tidak ada habisnya.
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al Mu’minun: 115).
Wallahua'lam.
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]