Cukupkah Saleh Saja?

Keutamaan seorang muslim tidak hanya menjadi saleh, tetapi juga ia menjadi seorang muslih, ia melakukan kebaikan tidak hanya untuk dirinya sendiri tapi juga melakukan perbaikan terhadap orang lain. Karena hal itu ia akan mendapatkan keridaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala baik di dunia maupun di akhirat.


Oleh: Aya Ummu Najwa

NarasiPost.Com-Kita tentu sering mendengar kata saleh. Bahkan kesalehan adalah sebuah cita-cita, baik oleh orang dewasa, yang sudah menjadi orang tua, maupun anak-anak. Saleh sering diartikan sebagai seorang yang rajin beribadah, taat kepada Allah, menjalankan semua perintah dan menjauhi semua larangan-Nya. Namun ternyata saleh pun tak cukup itu saja, orang saleh pun harus berbakti kepada orang tua, tidak melakukan kekerasan dalam rumah tangga, akur dengan tetangga, menjaga silaturahmi, dan yang lainnya.

Imam Ibnu Hajar berkata tentang orang saleh,

الْقَائِم بِمَا يَجِب عَلَيْهِ مِنْ حُقُوق اللَّه وَحُقُوق عِبَاده وَتَتَفَاوَت دَرَجَاته

“Orang yang menjalankan kewajiban kepada Allah dan kewajiban kepada sesama hamba Allah. Kedudukan saleh pun mempunyai tingkatan” (Fathul Bari, 2: 314).

Seakan sudah tercapai semua cita-cita dan merasa sudah aman ketika orang sudah menjadi pribadi yang saleh. Namun benarkah cukup saleh saja? Ataukah ada yang harus dilakukan oleh seorang muslim selain kesalehan untuk mencapai keridaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala?

Orang saleh sudah pasti dicintai manusia. Karena ketaatannya kepada Rabbnya, karena kesopanan adabnya, karena kelembutan tutur katanya, karena senantiasa menjaga silaturahmi, dan lain hal. Namun, ternyata tidak cukup hanya itu. Karena kesalehannya itu hanya untuk dirinya saja. Ia akan puas dengan dirinya saleh, namun di satu sisi ia tidak merasa keberatan dan risih dengan tidak saleh lingkungannya. Maka dari sini tidak cukup saleh saja, akan tetapi selain saleh manusia juga harus menjadi Muslih.

Muslih adalah orang yang melakukan perbaikan di tengah-tengah kerusakan. Ia merasa ia adalah bagian dari umat, sehingga ia akan merasa tidak rela jika umat keluar dari jalur sebagai umat Islam, dengan segala kemaksiatan dan kemungkaran, maka ia akan serta merta melakukan perbaikan. Namun, akan ada perbedaan antara ia hanya menjadi saleh saja dan antara ia menjadi seorang muslih. Jika orang saleh akan dicintai segenap manusia, maka ketika ia bertekad menjadi seorang muslih, ia akan menemui orang-orang yang tidak menyukainya atau bahkan membencinya.

Dalam sebuah ungkapan Arab disebutkan,

 الصالح تحبه الناس و المصلح تعاديه الناس

“Orang baik (saleh) akan dicintai manusia, sedang penyeru kebaikan (muslih) akan dimusuhi manusia.”

Begitu pun yang terjadi pada kekasih kita Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, ketika beliau belum diutus sebagai rasul, dengan budi pekerti beliau yang jujur, bahkan kaum Quraisy memanggil beliau dengan gelar Al Amin, begitu menghormati dan segan terhadap beliau. Beliau sangat dicintai kaumnya, sebab beliau adalah orang yang saleh.

Namun tidak demikian ketika beliau telah menerima risalah kenabian dan mulai menyampaikan Islam di tengah-tengah kaumnya, beliau menjadi seorang muslih. Karena Islam mengajak kepada tauhid, sedang kaum Quraisy dengan kemusyrikannya, juga kerusakan dan kemungkaran di mana-mana. Beliau berbenturan dengan kaumnya karena mereka tidak menginginkan beliau melakukan perbaikan atas kerusakan mereka. Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pun mulai dimusuhi, difitnah dengan berbagai fitnah keji, dikriminalisasi, diboikot, hingga akan dibunuh.

Demikianlah memang sunnatullahnya nahi mungkar akan senantiasa mengalami penentangan, seorang muslih akan dimusuhi oleh manusia, karena merasa ada yang mengusik kesenangannya. Maka Allah pun telah berfirman dalam surat Lukman ayat 17, ketika engkau telah melakukan perbaikan di tengah-tengah kerusakan maka benturan itu pasti ada, penentangan dan hambatan akan selalu mewarnai, maka bersabarlah.

 (یَـٰبُنَیَّ أَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَٱنۡهَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَٱصۡبِرۡ عَلَىٰ مَاۤ أَصَابَكَۖ إِنَّ ذَ ٰ⁠لِكَ مِنۡ عَزۡمِ ٱلۡأُمُورِ)

Lukman berkata: "Wahai anakku, tegakkanlah shalat, perintahkanlah yang makruf, cegahlah yang mungkar dan bersabarlah atas apa yang menimpamu." (QS Lukman: 17)

Allah akan memberikan kekuatan kepada seorang muslih karena kesabarannya. Dari kesabarannya dalam melakukan perbaikan inilah ia akan meraih cinta Allah, sedang cinta Allah adalah segalanya bagi seorang hamba. Seorang ulama mengatakan,

مصلح واحد أحب إلى الله من آلاف الصالحين

"Seorang  yang mushlih lebih dicintai oleh Allah dari pada ribuan orang yang saleh."

Mengapa demikian? Karena seorang muslih ia akan menjadi pelindung umat dari kerusakan dan segala hal penyebab kerusakannya. Ia akan senantiasa memberikan cinta dan perhatiannya untuk kebaikan umat. Sedang orang saleh ia hanya mencukupkan dan menyibukkan diri mencari cara untuk melindungi dirinya sendiri.

Ketika seseorang menjadi pribadi yang saleh atau orang yang baik saja, ia akan fokus dengan perbaikan dirinya sendiri tanpa memikirkan perbaikan orang lain. Tentu ini tidak akan berdampak pada orang lain di sekitarnya. Ia hanya akan dipandang sebagai orang baik dari setiap aktifitasnya, namun ia tidak ada urusan dengan kerusakan orang lain.

Namun, ketika orang yang saleh ini meningkatkan kualitasnya menjadi seorang yang muslih ia akan mengalami segala hal hambatan dan rintangan. Dan di situlah ia membutuhkan kesabaran dan keteguhan iman dalam menghadapi semua hambatan itu. Akan tetapi seharusnya semua hambatan dan rintangan tersebut menjadi motivasi untuk setiap orang yang muslih untuk teguh dalam melakukan perbaikan. Karena manusia diciptakan oleh Allah tidak bisa sendiri, ia adalah makhluk sosial.

Ketika manusia saleh sendiri sedang lingkungan rusak, bukankah tidak menutup kemungkinan akan berdampak pada dirinya? Baik keselamatan diri maupun agamanya. Bahkan dampak ini tidak hanya di dunia saja, namun juga di akhirat kelak ia akan ditanya mengapa ia tak melakukan perbaikan? Ketika manusia menuju kehancuran mengapa ia mencegah? Maka ia pun masuk ke dalam kehancuran pula karena sikap apatisnya. Maka benarlah jika dikatakan tak ada manusia masuk surga sendirian. Begitu pentingnya nasihat menasihati, mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Yang tentu saja di dalam Al-Qur'an banyak sekali ayat yang menyebutkan kewajiban tersebut.

Imam Al Ghazali dalam kitab ihya Ulumuddin menjelaskan bahwa menjadi manusia yang baik atau saleh memang penting, akan tetapi lebih penting lagi adalah menjadi manusia yang lebih utuh yaitu saleh secara pribadi dan saleh secara sosial.

Karena itu, keutamaan seorang muslim tidak hanya menjadi saleh, tetapi juga ia menjadi seorang muslih, ia melakukan kebaikan tidak hanya untuk dirinya sendiri tapi juga melakukan perbaikan terhadap orang lain. Karena hal itu ia akan mendapatkan keridaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala baik di dunia maupun di akhirat.

Wallahu a'lam.

Picture Source by Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Hakikat Keistikamahan
Next
Pembentukan Komponen Cadangan (Komcad) Memantik Indonesia Berdarah-darah
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram