Sudah Ikhlaskah Aku?

"Aku sering lupa bahwa setan akan senantiasa menggoda dan merusak amal kebaikan yang dikerjakan oleh seorang hamba. Sudah seharusnya aku terus berusaha untuk melawan iblis beserta pasukannya hingga aku bertemu dengan Tuhanku kelak dalam keadaan iman dan ikhlas pada seluruh amal perbuatanku."

Oleh. Aya Ummu Najwa

NarasiPost.Com-Sering aku mengaku ikhlas dalam setiap amalanku. Aku pun percaya diri bahwa aku adalah orang yang ikhlas. Setiap aktivitas kukerjakan dengan kepercayaan bahwa aku ikhlas melakukannya. Hanya karena Allah, hanya untuk Allah. Namun, benarkah aku telah ikhlas? Kadang niat ikhlasku berubah seketika karena keramaian, pujian, hingga karena jempol-jempol yang disematkan.

Kemudian aku mengingat kisah seorang ulama bernama Sufyan Ats-Tsauri yang pernah berkata, "Satu hal yang paling sulit bagiku untuk kuluruskan adalah niatku, karena ia begitu seringnya berubah-ubah." Sungguh, keikhlasan niat adalah hal yang sulit kulakukan karena kondisi hatiku yang sering berubah. Padahal, aku pun tahu bahwa keikhlasan harus ada dalam setiap amalan kebaikan. Karena pasti akan sia-sia semua amalanku jika kulakukan tanpa kuiringi dengan keikhlasan niat. Bahkan aku ingat akan hadis Rasulullah tentang tiga orang yang akan masuk neraka lebih dulu adalah mereka yang beramal kebaikan dengan niat bukan karena Allah.

Aku pun tahu bahwa setiap amal kebaikan yang dilakukan bukan karena Allah tidak hanya akan sia-sia, namun juga akan diazab oleh-Nya. Karena sungguh, amalan kebaikan yang tidak didasari niat ikhlas karena Allah termasuk perbuatan syirik yang tak akan diampuni kecuali ia bertobat. Sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nisa ayat 48, “Sungguh, Allah tidak akan mengampuni dosa kesyirikan, padahal Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Siapa saja yang berbuat syirik, maka sungguh ia telah berbuat dosa besar."

Dalam kitabnya Jami’ul Ulum Wal Hikam, Imam Ibnu Rajab menyatakan bahwa “Amalan riya yang murni jarang timbul pada amalan fardu seorang mukmin, seperti salat dan puasa, tapi terkadang riya muncul pada amalan seperti zakat, haji, dan amalan lainnya yang terlihat di mata manusia, atau pada amalan yang terlihat bermanfaat bagi orang lain (seperti berdakwah, membantu orang lain, dan lainnya). Ikhlasnya niat dalam jenis amalan seperti ini sangatlah berat, padahal amal yang dilakukan tanpa keikhlasan akan sia-sia dan pelakunya berhak memperoleh kemurkaan dan azab dari Allah."

Bagaimana Caranya agar Aku Ikhlas?

Aku sering lupa bahwa setan akan senantiasa menggoda dan merusak amal kebaikan yang dikerjakan oleh seorang hamba. Sudah seharusnya aku terus berusaha untuk melawan iblis beserta pasukannya hingga aku bertemu dengan Tuhanku kelak dalam keadaan iman dan ikhlas pada seluruh amal perbuatanku. Maka, aku berusaha untuk mencari tahu apa saja yang bisa kulakukan untuk dapat membantu usahaku agar tetap ikhlas dalam setiap amalanku. Meskipun sulit, namun tetap harus kucoba.

Pertama, aku harus memperbanyak doa kepada Allah agar membantuku untuk lebih ikhlas dalam setiap amalanku. Dan salah satu doa yang diajarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah:

« اَللّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ أَعْلَمُ »

"Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu perlindungan dari perbuatan menyekutukan-Mu sedang aku mengetahuinya, dan aku pun memohon ampun kepadamu atas perbuatan syirik yang tidak kuketahui.” (Hadis sahih riwayat Imam Ahmad)

Kedua, aku harus menyembunyikan amal kebaikan yang kulakukan. Aku berharap hal ini dapat membantuku untuk lebih ikhlas dalam beramal. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim tentang tujuh golongan manusia yang akan dinaungi Allah pada hari kiamat, salah satunya adalah "… dan seseorang yang berinfak dan menyembunyikan infaknya tersebut hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh tangan kanannya."

Sungguh, harus kurenungkan nasihat Basyr bin Al-Harits berikut, "Janganlah kamu beramal agar kalian dielu-elukan, sembunyikanlah kebaikanmu, sebagaimana kamu menyembunyikan aibmu."

Ketiga, memandang rendah setiap amal kebaikan yang kulakukan. Dengan begitu, aku tidak akan merasa ujub atau berbangga diri dengan amalan yang telah kukerjakan, padahal itu akan merusak niat ikhlasku, karena semakin aku bangga semakin sia-sia amalanku.

Sa’id bin Jubair (seorang ilmuan di masa Khilafah Umayyah) pernah berkata, “Ada manusia yang masuk surga dikarenakan perbuatan maksiat dan ada manusia yang masuk neraka karena amal kebaikannya. Ada yang bertanya kepadanya, 'Bagaimana itu bisa terjadi?' Jawabnya, 'Seseorang yang bermaksiat, ia pun senantiasa takut akan azab Allah akibat perbuatannya itu, maka ia pun bertemu dengan Allah sedang Allah mengampuni dosanya karena rasa takutnya, sementara ada orang yang melakukan kebaikan, ia senantiasa bangga terhadap amalannya itu, maka dalam keadaan demikian ia pun bertemu Allah, maka Allah pun memasukkannya ke neraka.'"

Keempat, aku takut amalanku tidak diterima. Karena keikhlasan tidak hanya harus ada ketika aku mengerjakan amal kebaikan itu, namun keikhlasan harus senantiasa ada, baik sebelum maupun sesudah kukerjakan. Rasa takut itu harus terus ada dalam diri untuk mencegah rasa bangga muncul dalam hati. Sebab Allah telah berfirman dalam surah Al-Mukminun ayat 60, “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan dengan rasa takut karena mereka tahu bahwa sesungguhnya mereka akan dikembalikan kepada Tuhan mereka."

Imam Ibnu Katsir berkata bahwa Allah menjelaskan pada ayat tersebut, yakni termasuk sifat-sifat orang mukmin adalah mereka yang memberi suatu pemberian, namun mereka takut dan cemas amal perbuatannya tersebut akan tidak diterima.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda dalam hadis sahih riwayat Imam At-Tirmidzi, dari ibunda Aisyah r.a tatkala beliau bertanya kepada Rasulullah tentang makna ayat di atas. Ummul Mukminin bertanya, “Wahai Rasulullah apakah maksud dari ayat, 'Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka' adalah mereka yang mencuri, berzina dan meminum khamar yang kemudian mereka takut kepada Allah?' Maka Rasulullah menjawab, 'Tidak, wahai putri Abu Bakar Ash-Shiddiq, maksud dari ayat tersebut adalah mereka yang salat, puasa, juga bersedekah, namun mereka takut Allah tidak akan menerima amalan mereka tersebut.'"

Kelima, aku tidak boleh terpengaruh dengan perkataan manusia. Karena pujian adalah sesuatu yang disukai oleh manusia dan celaan merupakan hal yang tidak disukai oleh manusia. Aku tidak boleh menjadikan pujian dan celaan sebagai alasan aku beramal baik. Pujian haruslah menambah ketawadukan, juga pujian akan menjadi fitnah sehingga kita harus senantiasa berdoa kepada Allah agar menyelamatkan kita dari fitnah tersebut. Sungguh aku harus ingat, pujian tak akan bermanfaat bagiku dan celaan tak akan pernah membahayakanku, kecuali datangnya dari Allah. Sedang dalam hadis riwayat Imam Muslim Rasulullah pernah bersabda ketika ditanya terkait amalan seseorang yang kemudian ia dipuji oleh manusia, kemudian Beliau saw. menjawab, "Itu merupakan kabar gembira bagi seorang muslim yang disegerakan."

Keenam, aku harus menyadari bahwa pemilik surga dan neraka bukanlah manusia. Sungguh harus kuingat bahwa manusia yang sering mencari pujian maupun kedudukan yang tinggi di antara mereka, akan sama-sama berdiri dalam keadaan takut dan telanjang untuk dihisab oleh Allah di padang mahsyar bersamaku. Kami akan sama-sama menunggu keputusan apakah surga ataukah neraka untuk kami, maka aku tidak boleh beramal dengan niat untuk mereka. Karena mereka tidak dapat memasukkanku ke dalam surga, ataukah menyelamatkanku dari neraka. Jadi, untuk apa aku harus bersusah payah beramal untuknya?

Kembali Ibnu Rajab berkata dalam kitabnya Jamiul Ulum wal Hikam, “Siapa saja yang berpuasa, salat, juga berzikir kepada Allah, dan dia tujukan amalan-amalan tersebut untuk memperoleh dunia, maka tidak ada kebaikan sama sekali dalam setiap amalan itu, semua tidak bermanfaat baginya, bahkan hanya akan menyebabkan dosa baginya."

Ya Allah, bantulah hamba-Mu ini ikhlas dalam setiap amalan. Janganlah Engkau jadikan diri ini tertipu dengan kesombongan dan kebanggaan. Jadikan ketawadukan senantiasa melekat pada diri hamba. Terimalah amalanku yang tak seberapa. Layakkanlah aku masuk surga dan jauhkanlah api neraka dariku. Aamiin.

Wallahu a'lam.[]


Photo : Pinterest

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Aya Ummu Najwa Salah satu Penulis Tim Inti NP
Previous
Prediksi Covid-19 dari Pandemi Menjadi Endemi
Next
Penguasa Anyar Uni Emirat Arab, Jangan Sampai Salah Akrab!
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram