"Karakter muslim itu sejatinya adalah di mana pun ia berada, membawa misi Islam sebagai nur (cahaya) yang menghapus kegelapan (kesesatan). Itulah misi hidup kita di bumi, sekaligus pembuktian jati diri sebagai hamba terbaik di hadapan Allah pemilik semesta."
Oleh. Ana Nazahah
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Sebagai pribadi muslim, kita wajib menyadari iman dan akidah adalah hal yang tak bisa ditawar. Karenanya, menebar kebaikan adalah prioritas kita bersama, di saat masih banyak manusia yang sesat pikiran dan sesat dalam tindakan. Bukan sebaliknya, menjadi pribadi yang menciptakan wasilah untuk dekat dengan kemaksiatan.
Nah, begitulah komentar penulis, terkait Podcast tokoh publik yang menghadirkan dua pelaku L9BT yang viral baru-baru ini. Sebagai muslim adalah kewajiban kita berpihak pada yang hak. Jika kita tidak mampu membela yang hak tersebut, maka akan lebih baik diam daripada mempromosikan hal tercela demi berharap keuntungan yang sedikit.
Ayo, Berpikir Cerdas!
Sebagaimana yang disampaikan oleh Ustaz Felix Siauw di laman Instagrammya @felix.siauw, "Smart itu cerdas, cerdas itu memikirkan akhirat dengan memanfaatkan dunia, bukan jual akhirat untuk kepentingan dunia." Nah, penulis setuju sekali dengan pendapat beliau, tindakan memanfaatkan isu viral kemaksiatan demi kepentingan materi atau yang lainnya, adalah sama saja mengorbankan urusan akhirat demi kepentingan sesaat!
Aktivitas maksiat itu seharusnya tidak diberikan ruang untuk eksis di tengah umat. Terlebih semua agama dan konsensus masyarakat berbangsa menolak hubungan sesama jenis ini. Terlebih bagi umat Islam, Allah mengharamkan segala jenis tindakan yang melenceng secara fitrah dan kodrat, sebagaimana firman Allah dalam Al-A'raf ayat 80, “Mengapa kalian mengerjakan perbuatan yang sangat hina itu, yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelum kalian?”
Adapun sikap kita dalam memandang kemaksiatan ini, maka Rasulullah saw. telah menyampaikannya dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, "Siapa yang melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubah dengan tangannya. Apabila tidak mampu, maka hendaklah ia mengubah dengan lisannya. Jika tidak mampu, hendaklah mengubah dengan hatinya. Itu adalah selemah-lemah iman."
Jelas sudah, bagaimana Islam mengatur perbuatan hamba dalam menyikapi kemaksiatan. Allah memerintahkan kita mencegah dengan tangan, dalam hal ini adalah penguasa (yang memiliki wewenang). Jika negara tidak memiliki UU yang tegas terkait hal ini, maka Allah perintahkan kita untuk mendakwahkan. Dan jika dakwah pun tidak mampu, maka Allah perintahkan kita mendoakan.
Lihatlah! Indahnya aturan Allah, begitu memuliakan manusia. Tegasnya sikap muslim bukan berarti benci pada sosok atau pribadi pemaksiat. Karena yang dibenci itu adalah perbuatan maksiatnya, bukan orangnya. Adapun jika mereka bertobat, kembali ke jalan yang benar, kita semua tau bahwa Allah adalah maha penerima tobat, bagi siapa pun yang mengakui dosanya dan bersungguh-sungguh kembali ke jalan yang benar.
Karenanya, Rasulullah pernah mengatakan, bahwasanya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Dengan belajar dan memahami hakikat perbuatan, maka akan melahirkan sosok yang berpikir cerdas dan bertindak berkelas. Bukan sebaliknya, karena terdorong konten viral, lupa akidah dan iman, apalagi ikut-ikutan menyebarkan hal yang tak layak tersebut. Sungguh sikap yang tidak cerdas dan tidak mencerminkan jati diri muslim sama sekali!
Jati Diri Muslim
Setiap muslim, Allah wajibkan untuk terikat dengan syariat dalam setiap perbuatan. Baik dan benar tidak diukur dengan kedangkalan akal, melainkan dikembalikan pada perintah dan larangan-Nya. Karena setiap aturan Allah di dalamnya pasti mengandung kebaikan. Sementara apa yang Allah larang, di dalamnya pasti ada keburukan. Maka, sudah menjadi karakter muslim, untuk senantiasa taat. Jika itu halal, dikerjakan. Jika itu haram, ditinggalkan.
Kita semua tau, selain karena haramnya, perilaku 'menyimpang' kaum gay hanya mengundang kerusakan. Seks bebas dengan segala risikonya, lahir dari pergaulan ini. Dan yang lebih parah, kaum ini telah melanggar fitrah gharizatun nau', yang diberikan oleh Allah Swt., yakni untuk melestarikan keturunan, melahirkan generasi-generasi bertakwa, yang dibutuhkan oleh peradaban di masa akan datang.
Jadi wajar saja umat merasa kecewa, jika ada muslim yang sengaja memberi panggung dua pasangan gay ini. Apa pun alasannya, tindakan ini tidak menggambarkan jati diri sebagai muslim. Jika pun ada dalih, "Ini tentang kemanusiaan." Maka, mari kita luruskan! Jika benar-benar melihat dari aspek ini, bukankah dakwah ke jalan yang benar (Islam) lebih mereka butuhkan? Itulah salah satu bentuk kepedulian dan kasih sayang. Tentu saja, sembari mengadang arus liberalisme, dan menutup celah perbuatan tercela tersebut menyebar ke seluruh lini kehidupan.
Karena memilih berakidah muslim itu adalah kita menentukan keberpihakan. Hal-hal yang Allah cintai, kita pun cintai. Hal-hal yang Allah benci, sudah sewajarnya kita pun membencinya. Karenanya, karakter muslim itu, sejatinya adalah di mana pun ia berada, membawa misi Islam sebagai nur (cahaya) yang menghapus kegelapan (kesesatan). Itulah misi hidup kita di bumi, sekaligus pembuktian jati diri sebagai hamba terbaik di hadapan Allah pemilik semesta.
Khatimah
Jika kita perhatikan, biasnya umat Islam menilai aktivitas L9BT, disebabkan lemahnya jati diri kita sebagai muslim. Hal ini dikarenakan ide kebebasan dan bertingkah laku begitu masif dipropagandakan, sementara aktivitas dakwah kurang diberi ruang.
Maka menjadi tugas kita bersama untuk berani melawan kebatilan. Dakwah wajib menjadi fokus utama dalam membangun peradaban masa depan. Waspadalah, dengan sikap diamnya umat di tengah derasnya arus ide-ide jahiliah tersebut. Ditakutkan, kehancuran generasi nantinya tak bisa kita hindarkan. Wallahu a'lam bishawab[]