Saatnya kita meningkatkan energi dan kualitas ibadah dengan konsentrasi tinggi, melakukan sebaik-baik ibadah dengan sebaik-baik kualitas, pada waktu terbaik dengan sebaik-baik persiapan, dan juga usaha, agar Allah berkenan memberikan kita akhir terbaik.
Oleh: Aya Ummu Najwa
NarasiPost.com - Ramadhan, tak terasa telah memasuki sepertiga ketiga, yaitu sepuluh hari terakhir, tanda bahwa Ramadhan sebentar lagi akan berlalu meninggalkan kita. Sepuluh hari terakhir bisa dikatakan adalah bagian paling penting dan inti dari bulan Ramadhan. Bagian paling istimewa, dikarenakan pada sepuluh malam terakhir ini terdapat satu malam yang sangat spesial yaitu Lailatul Qadar, malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Dan sudah pasti setiap amalan yang dilaksanakan pada malam itu, nilainya akan lebih baik daripada amalan yang dilakukan selama seribu bulan atau sekitar 86 tahun.
Sungguh sangat istimewa, sebab setiap amalan saleh apapun yang dilaksanakan pada malam itu, akan mengandung nilai dan keutamaan itu pula. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun benar-benar melakukan amalan saleh secara maksimal pada sepuluh malam terakhir ini. Ummul mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha menerangkan,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِيْ غَيْرِهِ
"Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh malam terakhir, suatu hal yang beliau tidak bersungguh-sungguh (seperti itu) di luar (malam) tersebut. (HR. Muslim dan Ibnu Majah)
Jika diibaratkan sebuah perlombaan, maka sepuluh malam terakhir Ramadhan adalah babak finalnya, babak di mana sang juara ditentukan. Ramadhan pun bisa disebut sebagai olimpiadenya ahli takwa. Setiap peserta olimpiade pasti menginginkan dapat mencapai babak final lebih dulu agar dapat meraih kemenangan. Maka, jika benar demikian, adakah seorang peserta yang mengikuti perlombaan tapi tidak membutuhkan latihan dan pemanasan? Atau ia tidak mau berusaha dengan keras untuk bisa memperoleh medali emas?
Karena ketika seseorang telah memasuki sebuah kompetisi dan sampai di babak final, maka dia harus lebih fokus dan lebih maksimal lagi. Dia harus lebih serius dalam mengerahkan segala daya dan upayanya melebihi babak-babak sebelumnya.
Karena sejatinya, akan sangat mustahil untuk meraih kemenangan jika tidak disertai usaha yang lebih maksimal. Setiap peserta kejuaraan yang dapat mencapai babak final adalah orang-orang terpilih yang tentunya mereka ingin dapat meraih gelar juara. Di babak final ini, persaingan akan menjadi semakin ketat. Laksana lomba marathon, seorang atlit yang jarang atau tidak pernah latihan juga pemanasan, yang malah santai santai saja selama pertandingan, tidak akan mungkin akan memenangkan perlombaan dan meraih juara.
Demikian pula dengan Ramadhan, semakin menuju akhir, semakin memerlukan stamina dan konsentrasi yang lebih tinggi. Sebuah komitmen untuk meningkatkan amal saleh dan juga peningkatan kualitas ibadah sangatlah penting. Karena seperti yang kita ketahui, Ramadhan akan semakin terasa berat dan sulit ketika semakin mendekati akhirnya. Godaan-godaan akan semakin banyak yang datang untuk menggangu konsentrasi kita. Mulai dari persiapan lebaran, rencana mudik, juga yang lainnya.
Hal itulah yang terkadang melenakan kita, yang membutakan dan membuat tujuan utama kita meraih takwa berbelok arah dan menjadi sia-sia.
Padahal tujuan utama puasa Ramadhan adalah membentuk manusia yang takwa.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah, Ayat 183)
Sungguh tujuan inilah yang harus terus kita ingat dan kita pegang. Dengan terus berusaha menyibukkan diri dalam ibadah dan ketaatan, sehingga ketika keluar dari Ramadhan kita akan layak meraih kemenangan itu dan menjadi Muttaqien.
Betapa akan menjadi kerugian yang besar ketika kita mendapati Ramadhan, namun keimanan kita tidak bertambah dan meningkat. Atau malah lebih buruk dari itu, bahkan Rasulullah menyebutnya sebagai orang-orang yang celaka;
رَغِمَ أَنْفُ عَبْدٍ – أَوْ بَعُدَ – دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ
"Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni." (HR. Ahmad, shahih].)
Maka sungguh, seorang muslim tidak akan menginginkan hal yang demikian. Dalam menjalani Ramadhan, ia akan sangat bersungguh-sungguh, ia akan terus berupaya meningkatkan kualitas ibadahnya, karena ia tahu tahun depan belum tentu ia mempunyai kesempatan yang sama. Maka ia tidak akan bersantai dan malah acuh tak acuh, menyia- nyiakan kesempatan istimewa ini. Sungguh ia tak ingin menjadi orang yang merugi apalagi celaka dengan membuang peluang ini.
Dan inilah babak final Ramadhan kita. Saatnya kita meningkatkan energi dan kualitas ibadah dengan konsentrasi tinggi, melakukan sebaik-baik ibadah dengan sebaik-baik kualitas, pada waktu terbaik dengan sebaik-baik persiapan, dan juga usaha, agar Allah berkenan memberikan kita akhir terbaik. Allah Subhanahu Wata'ala berfirman;
وَلَلۡأٓخِرَةُ خَيۡرٞ لَّكَ مِنَ ٱلۡأُولَىٰ
"Dan sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu dari yang permulaan." (QS. Adh-Dhuhaa, Ayat 4)
Wallahu a'lam
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]