Ramadhan itu adalah bulan berkah yang di dalamnya ada reward dan pahala yang diobral. Akan sayang sekali jika kita melewatkannya karena terhalang oleh perut kekenyangan. Jadi, mulai sekarang jagalah setiap makanan yang kita makan, kehalalannya, kebersihannya, unsur sehatnya, dan secukupnya.
Oleh: Ana Nazahah (Revowriter Aceh, Kontributor NP)
NarasiPost.com - Apa menu berbukamu hari ini? Tentu tidak jauh-jauh dari yang manis bukan? Atau malah yang berlemak? Apapun itu, berbuka puasa dengan sesuatu yang kita sukai, asal bergizi dan makan secukupnya, tentu itu lebih baik.
Hanya saja, tiap berbuka terkadang makanan bablas masuk ke tenggorokan. Saking enaknya di lidah, khilaf hingga perut kekenyangan. Tubuh tak bisa menumpang perut yang kekenyangan. Sehingga beribadah pun menjadi kepayahan.
Sebenarnya makan berlebihan hingga kepayahan dalam beribadah adalah hal yang paling di benci oleh Allah dan Rasul-Nya. Allah mengingatkan kita melalui Firman-Nya agar tidak makan berlebihan melebihi kapasitas badan,
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوٓا
“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.” (Al-A’raf: 31).
Orang-orang yang makan berlebihan hanya akan menyiksa dirinya. Karena makan berlebihan selain membuat malas beribadah juga bisa menjadi sumber berbagai penyakit. Misalnya, diabetes, kolesterol, jantung koroner. Penyakit-penyakit ini walau juga dipengaruhi oleh faktor keturunan, namun kesalahan mendasarnya adalah karena makan yang tidak sesuai aturan.
Islam adalah agama yang sempurna yang mengatur seluruh hal dalam kehidupan, dari persoalan kecil hingga besar, urusan negara, pun soal makan. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam bersabda :
ما ملأ آدميٌّ وعاءً شرًّا من بطن، بحسب ابن آدم أكلات يُقمن صلبَه، فإن كان لا محالة، فثُلثٌ لطعامه، وثلثٌ لشرابه، وثلثٌ لنفَسِه
“Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun jika ia harus (melebihkannya), hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga lagi untuk bernapas” (HR.Tirmidzi)
Terlebih saat kita tengah menjalani ibadah puasa. Berpuasa hakikatnya melatih mental dan fisik kita sekaligus. Dengan menahan lapar (berpuasa) selama 14-15 jam bisa membersihkan diri kita dari berbagai kemaksiatan, melatih iman, sekaligus mendetox badan. Namun, apa jadinya jika Ramadhan disalah-artikan sebagai bulan makan? Dari terbit matahari yang dipikirkan hanya soal makanan. Menu berbuka, berburu takjil dan yang semisal? Maka tak ayal, saat berbuka makan pun suka hilang kontrol.
Padahal sejatinya, makanan yang melebihi kapasitas perut itu tak dibutuhkan badan. Yang mendorong kita untuk terus makan adalah hawa nafsu semata, kenikmatan hanya sampai di tenggorokan. Sampai ke perut malah membuat masalah. Menegakkan punggung untuk ibadah pun susah.
Itulah kenapa dalam Islam dianjurkan makan dan berbuka cukup sesuai kebutuhan badan. Melanggarnya adalah bentuk kemaksiatan. Kemaksiatan itu, secara fitrah sejatinya ditolak oleh akal dan badan. Namun, karena mengikuti hawa nafsu kemaksiatan pun dilakoni. Pada akhirnya hanya terpuaskan sesaat. Selebihnya malah menimbulkan kemudharatan.
Belajarlah bagaimana Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam berbuka. Karena di setiap sikap dan perbuatan Rasul ada kebaikan yang selalu bisa kita teladani.
Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Beliau berkata:
ﻛَﺎﻥَ ﺭَﺳُﻮ ﻝُ ﺍﻟﻠِّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪً ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻳُﻔْﻄِﺮُ ﻋَﻠَﻰ ﺭُﻃَﺒَﺎﺕٍ ﻗَﺒْﻞَ ﺃَﻥْ ﻳُﺼَﻠِّﻲَ ﻓَﺈِﻥْ ﻟَﻢْ ﺗَﻜُﻦْ ﺭُﻃَﺒَﺎ ﺕٌ ﻓَﻌَﻠَﻰ ﺗَﻤَﺮَﺍﺕٍ ﻓَﺈِﻥْ ﻟَﻢ ﺗَﻜُﻦْ ﺣَﺴَﺎ ﺣَﺴَﻮﺍﺕٍ ﻣِﻦْ ﻣَﺎﺀٍ
“Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassallam berbuka dengan kurma basah (ruthab), jika tidak ada ruthab maka berbuka dengan kurma kering (tamr), jika tidak ada tamr maka minum dengan satu tegukan air.” (HR. Abu Dawud)
Ramadhan itu adalah bulan berkah yang di dalamnya ada reward dan pahala yang diobral. Akan sayang sekali jika kita melewatkannya karena terhalang oleh perut kekenyangan. Jadi, mulai sekarang jagalah setiap makanan yang kita makan, kehalalannya, kebersihannya, unsur sehatnya, dan secukupnya. Mudah-mudahan bulan puasa ini kita tidak hanya lahir sebagai pribadi yang bertakwa, yang sehat luar dalam. Akalnya, pun badan.
Wallahua'lam.
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]