"Tak masalah jika saat sedang datang "tamu" spesialnya, sebab kaum perempuan masih bisa mendulang pahala yang lainnya dengan cara-cara yang dibenarkan syariat. Seperti mendengarkan Al-Qur'an, menuntut ilmu, bahkan memasak untuk orang yang berpuasa, lalu membagikannya ke tetangga. Semua mendapat nilai pahala yang besar di sisi Allah Swt.."
Oleh. Yana Sofia
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Ada yang spesial bagi kaum wanita dalam menjalankan Ramadan walau tidak bisa berpuasa sebulan penuh sebagaimana kaum pria. Karena pada hari-hari tertentu itu, para akhwat tidak boleh berpuasa karena uzur syar'i-nya, sebab haid atau nifas. Lantas apakah kaum hama berkecil hati karena hal ini? Bisakah mereka mendapatkan pahala walau tidak berpuasa?
Jangan Berkecil Hati!
Ada banyak akhwat yang berdoa agar Allah meliburkan mereka mendapatkan tamu spesial bulanan khusus di bulan Ramadan. Itu karena kaum hawa merasa tersiksa karena "berpuasa" padahal tidak sedang puasa. Halal makan dan minum, namun saat hendak melakukan rasanya sulit demi menghindari "ketahuan" dari orang rumah, yang bisa jadi adik-adik laki-laki, atau bahkan anak-anaknya.
Apalagi jika ada agenda wajib di luar rumah, kondisinya mungkin akan lebih sulit lagi. Malu bawa air atau bekal makanan saat keluar. Tidak leluasa makan dan minum walaupun kondisi sedang haus dan lapar. Jika hendak makan harus curi-curi waktu dengan cara sembunyi-sembunyi. Rasanya, sungguh tidak mudah.
Namun, di sinilah letak istimewanya. Hal yang disangkakan penderitaan itu membawa hikmah yang besar di baliknya. Asal para akhwat sadar bahwa di setiap detik Ramadan itu berharga, walaupun ia dalam kondisi tidak dibolehkan oleh syariat untuk menjalankan puasa.
Karena bagi mereka yang tak wajib berpuasa sebab uzur syar'i-nya, Allah berikan pahala yang sama seperti halnya orang lain yang menjalankan ibadah utama. Asal ia tetap menjalankan hari-hari di Ramadan dengan pikiran positif, menghindari hal sia-sia, dan memenuhi hari-hari Ramadan dengan aktivitas dan agenda yang bermanfaat untuk umat dan agama.
Jadi, tak masalah jika saat sedang datang "tamu" spesialnya, para akhwat tak bisa melakukan ibadah utama seperti salat, puasa, mengaji dan sebagainya. Kaum perempuan masih bisa mendulang pahala yang lainnya dengan cara-cara yang dibenarkan syariat seperti mendengarkan Al-Qur'an, menuntut ilmu, bahkan memasak untuk orang yang berpuasa, lalu membagikannya ke tetangga. Semua mendapat nilai pahala yang besar di sisi Allah Swt..
Menyibukkan Diri dalam Dakwah
Rasulullah saw. bersabda yang diriwayatkan Imam Tirmidzi,
“Barang siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala dari orang yang berpuasa itu sedikit pun.
Jika pahala memberikan makanan bagi yang berpuasa saja begitu besar, maka pahala bagi yang menuntut ilmu tentunya lebih besar lagi. Diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra., Rasulullah saw. bersabda,
“Barang siapa hadir di majelis ilmu pada bulan Ramadan maka Allah menulis bagi orang tersebut tiap-tiap langkah kakinya sebagaimana ibadah satu tahun.”
Masyaallah, begitu besarnya pahala yang Allah berikan untuk mereka yang menggerakkan kakinya ke majelis ilmu.
Lantas bagaimana pula pahala orang-orang yang mengajarkan Islam dan berdakwah agar orang-orang kembali ke jalan ketakwaan? Kita akan menemukan jawabannya dalam sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Muslim, yang artinya,
“Barang siapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.”
Pertama, karena dakwah adalah aktivitas wajib maka Allah akan lipat gandakan pahala di bulan Ramadan sampai 70 kali lipat.
Kedua, karena mendakwahkan orang lain adalah bagian dari menuntut ilmu, maka yang berdakwah juga mendapatkan pahala yang sama sebagaimana orang yang menuntut ilmu.
Dan yang terakhir, orang yang berdakwah akan mendapat pahala yang mengalir tanpa putus walau yang melakukan dakwah itu telah tiada. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. riwayat Muslim,
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang senantiasa mendoakan kedua orang tuanya.”
Nah, dari dalil-dalil ini kita bisa simpulkan bahwa sekalipun para wanita Allah larang untuk berpuasa dan salat di bulan Ramadan, bukan berarti ia kehilangan ladang untuk meraup pahala yang berlimpah. Kita bisa mendulang pahala lewat dakwah sesuai kemampuan kita masing-masing. Misalnya dari segi waktu, materi, hingga tenaga. Allah akan membalas setiap jerih payah itu dengan pahala yang besar.
Terlebih, jika dakwah itu berpijak pada cita-cita yang begitu agung yakni mengajak umat untuk berislam secara kaffah. Di tengah berbagai problematika kehidupan imbas diterapkannya hukum jahiliah yang berasaskan sekularisme yang batil dan merusak akidah umat manusia. Tentu cita-cita menegakkan Islam Kaffah dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiah akan lebih mulia dilakukan di bulan mulia. Pahala yang Allah siapkan tentunya sangat besar dan istimewa.
Telah kita pahami bersama bahwa keberadaan Khilafah Islamiah merupakan mahkota kewajiban, yang menjadi wasilah tegaknya berbagai kewajiban lainnya. Tanpa Khilafah Islamiah kaum muslim tercerai-berai, hidup dalam penderitaan dan penjajahan baik fisik maupun pemikiran.
Tanpa Khilafah kita saksikan bagaimana bumi Pertiwi ini dijajah baik dari aspek pemikiran budaya, hingga SDA. Sementara saudara kita di belahan dunia lainnya seperti Palestina misalnya, dijajah secara fisik dengan cara di tembaki, dirusak rumah dan tempat ibadahnya, bahkan dihalangi salat di Masjid Al-Aqsa.
Semua ini menunjukkan betapa dakwah Islam kaffah demi mewujudkan Islam rahmatan lil'alamin tegak kembali ke dunia adalah tugas yang sangat mulia dan istimewa di sisi-Nya. Sudah sepantasnya para akhwat yang istimewa, ikut berpartisipasi dan terlibat di dalamnya. Meraih keuntungan yang besar dalam perniagaan yang imbalannya tidak lain adalah surga. Allah berfirman dalam surah At-Taubah ayat 110,
"Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka."
Khatimah
Jadi, para akhwat yang berhalangan berpuasa janganlah bersedih hati karena pada hari-hari tertentu tidak bisa berpuasa. Di hadapan kita ada pilihan dakwah yang memiliki keutamaan di sisi Allah dan tentunya pahala yang berlimpah yang tak kalah besarnya. Masyaallah, Allah Maha Pengasih sangat adil terhadap seluruh hamba-Nya. Wallahu a'lam bishawab.[]