Puasa Bukan Penghalang Dakwah!

”Di saat dakwah dilakukan tiada henti saja, kemaksiatan masih merajalela di sana-sini. Lalu bagaimana jika dakwah dihentikan? Tentu kerusakannya akan lebih parah lagi.”

Oleh. Yana Sofia
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Dalam berpuasa memang sangat menyita energi, jika dibarengi dengan bekerja. Apalagi yang bekerja di bawah terik matahari langsung, menciptakan rasa haus dan dahaga, membuat badan lelah dan mudah mengantuk. Karenanya, ada sebagian orang merasa berat untuk berdakwah, bahkan malas melangkahkan kaki ke majelis ilmu.

Lantas, apakah alasan meninggalkan dakwah karena berpuasa ini bisa dibenarkan? Bagaimana seharusnya muslim menyikapi hal ini?

Dakwah Itu Wajib!

Dakwah bukanlah seperti pekerjaan kantoran, yang di waktu-waktu tertentu ada masa liburnya. Tidak ada istilah untuk mengqadanya, dengan alasan sedang menjalani ibadah puasa. Karena dakwah adalah amalan fardu yang dilaksanakan secara kontinu yang bermakna terus-menerus, hingga umat meraih kemenangan Islam yang sesungguhnya.

Allah Swt. berfirman di surah Ali Imran ayat 104, “Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah."

Ayat ini menjelaskan dakwah adalah satu-satunya jalan bagi umat ini untuk bisa mengembalikan kehidupan mulia di bawah payung pemerintahan Islam. Hanya dengan dakwah manusia bisa bangkit dari kemunduran, imbas penerapan paham sekularisme yang bercokol di tengah kehidupan.

Jika umat berhenti berdakwah dengan alasan berpuasa, maka kita harus siap dengan fitnah lebih besar yang akan menimpa umat? Di saat dakwah dilakukan tiada henti saja, kemaksiatan masih merajalela di sana-sini. Lalu bagaimana jika dakwah dihentikan? Tentu kerusakannya akan lebih parah lagi.

Semestinya kita belajar dari apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. dan para sahabatnya. Rasulullah dan para sahabat mengisi hampir seluruh waktu di bulan Ramadan dengan dakwah, juga jihad. Kebanyakan peperangan dengan kaum kafir justru dimenangkan oleh kaum muslim di bulan Ramadan. Sebut saja perang Badar Al-Kubra yang terjadi pada tahun ke-2 H. Rasul sendiri yang memimpin sekurangnya 300 pasukan muslim mengalahkan 1000 tentara musuh, dan berhasil membawa kemenangan yang gemilang.

Begitu pun di tahun ke-5 H, di saat sedang menjalani ibadah puasa, Rasulullah dan para sahabat harus menghadapi kepungan pasukan gabungan yang dipimpin Quraisy dan Ghathafan. Di tengah cuaca yang ekstrem yang dingin menusuk tulang itu, kaum muslim harus membangun parit yang besar yang membuat energi terkuras. Bayangkan, hal itu terjadi di bulan puasa! Di saat umat sedang menjalankan ibadah menahan lapar dan dahaga.

Ya, sikap pantang menyerah dalam dakwah inilah yang wajib kita contoh. Puasa bukan penghalang dakwah. Sebaliknya, bulan Ramadan wajib diisi dengan amalan terbaik. Dan tak ada amalan yang utama dan paling besar pahalanya di sisi Allah melainkan dakwah dan jihad, meninggikan kalimatullah dan Islam sebagai ideologi, yakni satu-satunya agama dan millah yang wajib diikuti.

Lebih Utama dari Lailatulqadar

Sebagaimana yang kita pahami, Lailatulqadar adalah ibadah yang sangat istimewa yang ada di bulan Ramadan. Allah berfirman dalam surah Al-Qadar ayat 3, "Lailatulqadar itu lebih baik dari seribu bulan." Jumhur ulama menyatakan, bahwa yang dimaksud lebih baik daripada 1000 bulan di sini adalah lebih baik dari pahala ibadah yang dilakukan sepanjang 1000 bulan.

Betapa besarnya pahala yang diberikan pada malam istimewa tersebut, membuat malam Lailatulqadar dinanti-nanti oleh pribadi yang bertakwa. Dicari di malam-malam ganjil dengan harapan bisa mendapatkan keuntungan yang berlipat-lipat ganda.

Namun, masih sedikit yang tahu bahwa ada aktivitas yang pahalanya lebih besar dari malam Lailatulqadar, yakni jihad fisabilillah dan dakwah memperjuangkan tegaknya hukum-hukum Allah. Hal ini berdasarkan hadis riwayat Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi, yang menuturkan sabda Rasulullah saw., "Berjaga-jaga satu jam di medan perang fisabilillah adalah lebih baik daripada menghidupkan malam Lailatulqadar di samping Hajar Aswad."

Masyaallah, kita pahami menghidupkan malam Lailatulqadar adalah ibadah yang sangat istimewa, apalagi dilakukan di tanah suci. Namun hal ini belumlah sebanding dengan jihad fisabilillah, walaupun dilakukan hanya dengan satu jam saja. Karena jihad fisabilillah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah Swt..

Dan sebagaimana yang kita pahami, dakwah menegakkan keagungan Islam lewat kepemimpinan negara yang bernama Khilafah Islamiah adalah tugas yang sama beratnya dengan jihad fisabilillah. Terutama dakwah ini harus berhadapan dengan berbagai fitnah dari musuh-musuh Allah dan rintangan dari pemimpin zalim yang memihak pada negara kafir sebagai tuan-tuan mereka.

Karena itu, Rasulullah mengatakan bahwa dakwah di level ini, yakni menegur penguasa zalim yang berbuat aniaya terhadap rakyatnya, adalah sama seperti jihad fisabilillah di medan perang yang sengit. Sebagaimana sabda Rasul yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud, "Jihad yang paling utama adalah menyampaikan kata-kata kebenaran di hadapan penguasa zalim.”

Khatimah

Hari ini kita melihat umat berada dalam kondisi terpuruk akibat ketiadaan khalifah sebagai pemimpin yang mengayomi dan menjamin kesejahteraan mereka. Dakwah menyeru penguasa kembali kepada sistem Islam sebagai asas dalam kehidupan bernegara, menjadi sesuatu yang paling genting dan utama untuk dilakukan, bahkan melebihi mengejar Lailatulqadar.

Jadi, tidak ada alasan untuk menyerah dalam dakwah. Alasan lelah karena sedang berpuasa hanya keluar dari mulut-mulut mereka yang malas lagi berpenyakit di hatinya. Dalih mereka tidak patut dijadikan hujah, apalagi ditiru oleh kita yang meyakini janji Allah dan Rasul-Nya berupa kemenangan Islam yang datang dalam waktu dekat. Insyaallah! Wallahu a'lam bi ash-shawwab.

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim penulis Inti NarasiPost.Com
Yana Sofia Tim Penulis Inti NarasiPost.Com. Sangat piawai dalam menulis naskah-naskah bergenre teenager dan motivasi. Berasal dari Aceh dan senantiasa bergerak dalam dakwah bersama kaum remaja.
Previous
Tajdid Ad-Din
Next
Hadiah Spesial dari NP
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram