Perang Budaya: Pacaran Berkedok Taarufan

“Terlalu konyol dan tidak berdasar, siapa pun dia yang mengatakan pacaran sama dengan taaruf. Taaruf adalah aktivitas untuk menghindari zina. Sedangkan pacaran adalah jalan menuju zina.”

Oleh. Ana Nazahah
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Duh Bestie ! Bikin syok nggak sih? Ada yang bilang taaruf itu sama dengan pacaran. Padahal, dua aktivitas ini jauh berbeda. Taaruf adalah ikhtiar bagi mereka yang mencari pasangan halal, tujuannya untuk menuju jenjang pernikahan. Sementara, pacaran adalah aktivitas maksiat dengan tujuan coba-coba, tanpa niat serius untuk menikah.

Dengan kata lain, taaruf itu merupakan budaya Islam, jalan kemuliaan bagi mereka yang siap menikah, agar terhindar dari perbuatan zina. Sedang pacaran itu budaya yang disedot dari Barat, hanya dilakukan oleh mereka yang minim tanggung jawab, pintu bagi segala aktivitas zina. Menyamakan dua aktivitas beda jalur ini adalah bagian dari propaganda, perang budaya yang dilakukan oleh kaum liberalis. Jelas, ini wajib kita waspadai, Bestie!

Makin Berani

Budaya pacaran memang sudah tidak asing lagi di negara kita. Mulai dari selebgram, seleb tiktok, bahkan sinetron semua mempertontonkan budaya pacaran. Hanya saja, sampai sejauh ini belum ada ulama atau tokoh umat yang membenarkan pacaran, mengatasnamakan tindakan maksiat itu sebagai bentuk saling mengenal yang sah, dan dibenarkan Islam. Tidak ada!

Namun akhir-akhir ini, Bestie! Para pengikut ide-ide liberal itu semakin berani unjuk gigi. Rendahnya literasi dan pemahaman akan syariat, mereka jadikan ladang peluang untuk merecoki umat. Dengan memanfaatkan influencer atau sosok-sosok yang viral. Pintar mereka mengelabui. Hingga generasi kita hari ini, tidak sadar tengah digiring menuju jalan kesesatan.

Kondisi ini, seharusnya membuat kita semakin waspada. Agenda kaum liberal semakin menunjukkan keberhasilannya, menyeret generasi muslim mengikuti gaya hidup yang mereka inginkan. Sejengkal demi sejengkal kita meninggalkan budaya Islam yang sesungguhnya.

Perang Budaya dan Pemikiran

Sejak dahulu, kaum liberal memang tak pernah berhenti mempropagandakan ide-ide mereka. Lewat fun, food, fashion, music, dan film mereka mengampanyekan ide-ide kebebasan agar diakui dan diikuti oleh generasi kita. Dan pacaran itu, salah satu budaya yang mereka propaganda. Kaum liberal itu, ingin menyibukkan generasi muslim dari prestasi dan berkarya, menjadi generasi yang dimabuk nafsu dan seks bebas.

Saat budaya rusak ini kian merajalela, maka hanya menunggu waktu, mereka menyasar hal yang paling pokok yang menjadi landasan hidup kita sebagai hamba di hadapan Allah Swt. Ya, benar Bestie! Tujuan akhir dari para liberal itu tidak lain agar kita meninggalkan akidah dan keyakinan kita, untuk digantikan dengan akidah sekularisme sesuai arahan Barat.

Saat ini saja, kita sudah melihat imbasnya, Bestie! sebut saja sejoli atas nama Nadia dan Tegar yang viral di tiktok baru-baru ini. Video yang sudah ditonton puluhan juta kali itu menunjukkan rendahnya kualitas generasi masa depan. Melihat saja sudah bikin miris.

Dan kita juga masih ingat kasus yang menimpa mahasiswi yang berinisial NW Desember tahun kemarin, yang ditemukan bunuh diri di pusara ayah kandungnya. Gadis itu depresi karena sang pacar tidak mau bertanggung jawab atas janin yang dikandungnya, yang membuatnya memutuskan menenggak sianida.

Nah, Ini adalah sebagian kecil imbas dari budaya rusak pacaran. Bagaimana bisa tindakan tercela ini disamakan dengan taaruf? Terlalu konyol dan tidak berdasar, siapa pun dia yang mengatakan pacaran sama dengan taaruf. Taaruf adalah aktivitas untuk menghindari zina. Sedangkan pacaran adalah jalan menuju zina, yakni jalan yang Allah haramkan, sebagaimana firman-Nya, di surah Al-Isra' ayat 32, "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji…"

Jangan Mau Dibodohi!

Bestie! Sebagai generasi muslim, sudah menjadi kewajiban kita untuk peduli pada persoalan keumatan. Perang budaya oleh kaum liberal dengan segala propagandanya wajib kita lawan. Ide dibalas ide, pemikiran dengan pemikiran, pun budaya dengan budaya. Jangan mau dibodohi dan diseret oleh arus liberalisme yang mereka jual.

Mungkin kita bisa memulainya dengan membangun dasar berpikir yang benar berlandaskan kitabullah dan sunah, melihat segala 'produk' dari Barat tersebut dengan kacamata Islam. Kita harus benar-benar paham, arah dan pola gerak mereka, agar kita tidak mudah dikelabui. Memahami konteks produk (ide) atau pemikiran yang mereka dagangkan.

Makanya, penting bagi kita untuk meningkatkan literasi, meningkatkan kemampuan memahami masalah kekinian yang umat alami. Tentunya hal tersebut wajib didukung dengan aktivitas meningkatkan tsaqafah keislaman kita. Belajar dan mengkaji Islam, akan membuat kita mampu melihat masalah dengan sudut pandang yang benar, sekaligus bisa mendorong kita untuk menemukan solusi tuntas bagi masalah yang umat alami.

Nah, Bestie! Inilah satu-satunya jalan agar generasi muslim tidak dibodoh-bodohi. Saat generasi muslim mampu berpikir cemerlang, kritis serta bertanggung jawab, tidak ada yang bisa membengkokkan akidah kita. Kelak, generasi rabbani inilah yang bisa dipercayakan tampuk kepemimpinan, demi terciptanya peradaban masa depan yang lebih baik.

Khatimah

Namun, Bestie! Tugas menciptakan peradaban terbaik itu akan menjadi terhalang, jika sekularisme tetap dibiarkan bercokol di tengah kehidupan. Jadi, yuk kita akhiri dominasi pemikiran rusak ini di tengah kehidupan kita, karena inilah jalan satu-satunya memutuskan infiltrasi budaya rusak liberalisme masuk ke tubuh umat, sekaligus membungkam para pendukung-pendukungnya. Sehingga, umat berhenti memuja tingkah laku dan budaya yang menyesatkan itu.

Wallahu a'lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tim penulis Inti NarasiPost.Com
Yana Sofia Tim Penulis Inti NarasiPost.Com. Sangat piawai dalam menulis naskah-naskah bergenre teenager dan motivasi. Berasal dari Aceh dan senantiasa bergerak dalam dakwah bersama kaum remaja.
Previous
Khilafah: Mahkota Kewajiban Umat Islam
Next
Kemenangan Macron bagi Muslim Prancis: Islamofobia Tetap Eksis
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
R. Bilhaq
R. Bilhaq
1 year ago

pacaran itu maksiat.. sudah sangat jelas...

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram