"Sungguh, bukanlah kemewahan kehidupan dunia yang layak dikejar. Namun, memaksimalkan potensi yang dimiliki dunia untuk mengejar kehidupan setelah dunia. Inilah kehidupan yang masih sangat panjang akan dijalani manusia, namun sangat ditentukan oleh kehidupan dunia yang amat singkat ini."
Oleh. Rochma Ummu Arifah
NarasiPost.Com-Ajaran Islam menggariskan bahwa kehidupan dunia bukanlah tujuan akhir kehidupan. Setelah kehidupan dunia, masih ada serangkaian perjalanan yang akan ditempuh manusia sampai menghantarkannya pada tujuan akhir, yaitu dua tempat kembali, surga atau neraka.
Memandang Dunia
Sebagai tempat hidup manusia saat ini, dunialah yang dipandang manusia. Pun dunia juga yang menghadirkan aneka ragam kenikmatan dan kesenangan. Tak sedikit, manusia menjadi tertipu dengan mengedepankan, memprioritaskan, dan mengejar dunia ini. Bahkan parahnya, sebagian manusia terpalingkan pada tujuan yang sebenarnya yaitu menjadikan dunia sebagai alat untuk mendapatkan kehidupan abadi kelak.
Segala macam usaha dilakukan untuk menggapai tujuan dunia. Standar dan tolok ukur halal haram yang ada di dalam Islam diterjang dan tidak dihiraukan. Angan utama adalah menikmati hidup dengan kesenangan yaitu penuh dengan materi.
Terlebih, dunia digital dengan sangat mudah memberikan akses informasi pada gemerlap dunia. Sampai muncul istilah crazy rich, yaitu sekelompok orang yang hidup bergelimang harta. Memakan makanan mewah, memakai pakaian dengan harga fantastis, mengendarai kendaraan mewah dengan harga miliaran, serta memiliki hunian layaknya istana. Melihat ini semua, tak sedikit pula yang memperpanjang mimpi untuk menikmati hal serupa. Kembali, apa pun dilakukan demi mencicipi manisnya dunia ini.
Kenikmatan dan indahnya kehidupan dunia yang didambakan sebagian manusia sebenarnya sangatlah bertolak belakang dengan bagaimana pandangan agama ini mengenai dunia. Allah Swt. pun memberikan sejumlah gambaran bagaimana nilai dunia yang sebenarnya. Salah satunya adalah tak lebih dari seekor nyamuk. Atau Rasulullah saw. yang menggambarkan mengenai dunia yang tak lebih baik dari bangkai kedelai yang kurus dan berjalan pincang semasa hidupnya.
Penggambaran ini seakan menegaskan bahwa dunia tak layak dikejar mati-matian, terlebih sampai melenakan dan memalingkan manusia dari menggapai tujuan kehidupan yang sebenarnya.
Inilah dunia yang digambarkan hanya sebagai permainan dan kelalaian belaka. Al-Qur'an mencatat ada empat ayat yang memuat penjelasan serupa, yaitu surah Al-An'am ayat 32, surah Al-Ankabut ayat 64, surah Muhammad ayat 36, dan surah Al-Hadid ayat 20 yang berbunyi, "Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu."
Tujuan Sejati
Keempat ayat yang diulang oleh Allah Swt. di dalam Al-Qur'an semakin menandaskan hakikat dunia itu sendiri. Juga untuk menegaskan kepada manusia di mana seharusnya memberikan fokus dan perhatian utama, apakah untuk dunia yang notebene hanya sebatas permainan dan kelalaian atau kepada akhirat yang bisa dicapai dengan memaksimalkan kehidupan dunia.
Yang seharusnya ada, dunia dijadikan sebagai sarana untuk menggapai keridaan Allah Swt. dan bukan sebagai tujuan akhir. Bagaimana kisah para sahabat dan para salaf saleh seharusnya juga bisa memberikan gambaran kepada kita mengenai bagaimana kita memandang dunia.
Sungguh, bukanlah kemewahan kehidupan dunia yang layak dikejar. Namun, memaksimalkan potensi yang dimiliki dunia untuk mengejar kehidupan setelah dunia. Inilah kehidupan yang masih sangat panjang akan dijalani manusia, namun sangat ditentukan oleh kehidupan dunia yang amat singkat ini. Dapat dikatakan bahwa kehidupan singkat di dunia akan sangat menentukan kehidupan panjang setelah di dunia. Untuk itu, pandangan manusia terlebih muslim mengenai dunia ini haruslah tepat dan tak mengandung kecacatan.
Jangan sampai pula manusia tertipu dan terpalingkan pada dunia. Sebagaimana yang disebutkan di dalam surah Al-Hadid ayat 20 yang menegaskan kembali bahwa kesenangan dunia adalah tipuan. Muslim harus selalu fokus pada tujuan akhir. Menjadikan dunia sebagai jembatan untuk meraih kehidupan akhirat dalam keadaan yang paripurna.
Dunia hanyalah sebatas permainan dan kelalaian, sungguh tak pantas untuk dilombakan dan diperjuangkan semaksimal mungkin. Pemahaman ini harus selalu berada di hati dan jiwa kaum muslimin agar tetap dapat selalu istikamah memperjuangkan kehidupan akhirat melalui dunia yang dimilikinya saat ini.[]